Mengenal Ahmad Yani International Airport

<—-Kisah Sebelumnya

Free business trip kali ini kumulai dengan sangat mendadak dan berbekal ala kadarnya. Yang terpenting barang kesayangan tak tertinggal….Tak lain adalah Canon EOS M10 warna hitam. Selain perbekalan, itinerary juga tak pernah tersusun sebelum berangkat. Empat hari ke depan aku akan menjadi “Si Bolang” yang bermain sesuka hati.

Ketika Citilink mulai take-off meninggalkan Halim Perdanakusuma International Airport, aku pun tak pernah memikirkan apapun perihal Ahmad Yani International Airport. Memoriku masih sama tentangnya. Sederhana, tak besar, ruang tunggu yang langsung bertatap muka dengan moncong pesawat ketika parkir. Begitulah lembaran ingatan yang tersusun rapi dalam cabinet otakku. Bagaimanapun, beberapa tahun lalu, Ahmad Yani International Airport berperan besar dalam melepas landaskan penerbangan pertama kalinya dalam sejarah hidupku.

Oh ternyata…..

Ini berbeda, sungguh menakjubkan”, gumamku ketika mengintipnya melalui jendela saat QG 144 sedang taxiing menuju apron.

Benar adanya, Ahmad Yani International Airport yang berkode IATA “SRG” ini sudah mentransformasi dirinya menjadi super elegan. Aku diturunkan bersebelahan parkir dengan “Maskapai Singa Merah”. Melangkah dibawah sayap raksasa, tampak bangunan utama terminal menampilkan hamparan jendela kaca yang memamerkan pilar-pilar besar di dalamnya. Cahaya surya tampak menembus sempurna seisi ruangan dalam bangunan berkaca itu.

Mari memasuki bangunan terminal.

Aspal pada jalur kendaraan bandara pun masih terlihat sangat hitam dan halus, pertanda lintasan ini belum lama digunakan. Rambu-rambu yang menempel di aspal masih putih sempurna. Tembok terminal masih berwarna krem menyala.

A. Arrival

Aku memasuki koridor arrival hall menuju ke area baggage claim. Lantai yang masih mengkilat memantulkan cahaya lampu dalam pola yang teratur, ruangan kaca disebelah kiri masih berstatus underconstruction sedangkan sisi kanan koridor sudah beroperasi beberapa toilet, lift, dan musholla. Beberapa rak berisi pot-pot bunga sepatu memperindah sudut-sudut ruangan.

Koridor menuju baggage claim area.
Baggage claim area.

Beberapa konter baggage service milik beberapa maskapai masih tampak tutup, mungkin maskapai yang bersangkutan belum beroperasi di terminal ini.

Setelah melalui baggage claim area, deretan konter penyedia informasi telah dipersiapkan seperti Tourist Information Center, BP3TKI, money changer dan perusahaan persewaan mobil TRAC. Sementara antara bangunan utama dan ruas jalan untuk keluar-masuk bandara dipisahkan oleh hamparan air. Ya, aku kini sedang berada di terminal terapung seluas 7 hektar yang didirikan diatas rawa.

Area pintu keluar diletakkan di bawah sebuah koridor berkanopi dan berangka balok baja  bercat putih. Koridor ini menghubungkan arrival hall dan commercial zone bandara. Keberadaan kolam, umbrella shade dengan kursi-kursi dibawahnya dan taman tertanam pohon bertinggi sedang dengan sebaran berpola menjadikan penampakan area pintu keluar menjadi sangat apik. Di sinilah para penjemput menunggu kedatangan tamu atau sanak saudara mereka yang baru saja mendarat.

Pintu keluar.
Area taman.

Begitu melewati pintu keluar terdapatlah photospot area dengan background presiden Joko Widodo yang sedang mengontel sepeda kebo. Dilanjutkan dengan keberadaan toilet, nursery room, money changer, musholla dan ATM area.

Musholla setelah pintu keluar.
Koridor dengan sederet ATM beberapa bank.

Layar airpot digital clock sudah menunjukkan pukul 17:09, ketika aku memasuki commercial zone. Tampak dua meja customer service dominan hijau diletakkan sejajar dengan exit gate. Sedangkan bangku bangku tunggu berselang-seling warna hitam merah melingkari setiap pilar-pilar utama bangunan terminal serta berjajar di beberapa sisi dinding yang kosong. Beberapa spot foto berada di pojok bangunan, sedangkan departure and arrival flight information LCD menguasai zona tengah sehingga mudah diakses oleh semua penumpang dan pengunjung bandara.

Konter customer service.

Area commercial zone sudah ditempati beberapa brand ternama seperti X-Side Eat, A&W, Kukomart, Bank BNI, Eaten Kopi Tiam dan brand lainnya.

Keluar dari commerzial zone building, aku disambut oleh koridor ganda yang dipisahkan oleh jalur kendaraan roda empat. Ini zona taksi dan drop and pickup zone. Koridor ini tampak rapi dengan tiang tiang bulat dan beratapkan spandek.Sementara di bawah naungan, disusunlah kursi tunggu di sepanjang koridor. Aku sendiri memilih moda transportasi taksi menuju pusat kota, mengingat ini adalah business trip yang semua biayanya ditanggung oleh kantor tempatku bekerja.

B. Departure

Tiga hari berselang, aku menyambangi kembali bandara ini untuk pulang ke ibukota. Taksi online menurunkanku di tempat yang sama ketika aku meninggalkan bandara saat tiba di hari pertama. Aku menginjakkan kaki di drop and pickup zone lalu bergegas mencari check-in area di dalam bangunan terminal.

Tiba di drop and pickup zone.

Memasuki commercial zone, aku terus melaluinya saja, banyak calon penumpang yang nampak bersantai di area ini, baik di area umum atau menyantap makanan di  beberapa coffee shop. Begitu keluar dari commercial zone aku memasuki area beratap transparan bertiang baja dengan dua layar check-in information LCD, sementara di sisi kanan tersaji geladak kayu dengan sejumlah pot palem diatasnya sedangkan bagian lainnya berupa kolam air yang merendam tiang-tiang pancang pondasi terminal sehingga memberikan kesan bahwa ini adalah terimal penumpang terapung….Keren sekali.

Taman dan kolam disisi kanan departure hall.

Di ujung taman dan kolam, aku memasuki sebuah gedung yang berfungsi sebagai check-in area. Seperti pada taman di luarnya, check-in area ini tampak tinggi dan luas. Jajaran konter check-in memanjang hingga bilangan tiga puluh di salah satu sisi hall. Sementara konter ‘Total Baggage Solution” berwarna oranye siap membantu setiap penumpang me-wrapping bagasinya untuk mengamankannya selama proses loading & unloading bagasi ke lambung pesawat.

Check-in area.

Aku bergegas menuju ke waiting room setelah mendapatkan boarding pass, melewati sebuah koridor sempit dengan sisi kiri jendela kaca menghadap taman dan sisi kanan tertutup oleh triplek proyek pengerjaan ruang fungsional. Di ujung koridor, tepat berhadapan dengan iPORT shop, aku dibelokkan ke kiri menuju commercial zone. Beberapa toko pakaian seperti POLO atau coffee shop macam Starbucks ada di area ini.

Commercal zone di departure hall.

Aku mulai memasuki waiting room, berkursi tunggu hijau, berkarpet pola abu-abu, dilengkapi dengan musholla, executive lounge, smoking area, toilet, charging area, LCD TV dan free internet counter. Di beberapa spot disediakan photospot.

Waiting room.
Salah satu spot foto di waiting room.

Dan akhirnya, sore itu aku meninggalkan Ahmad Yani International Airport melalui  gate 2A.  Itulah cerita singkat eksplorasiku mengenai bandara kebanggaan warga Semarang.

Silahkan berkunjung ke Kota Atlas dan nikmati keindahannya.

Kisah Selanjutnya—->

Exploring Ahmad Yani International Airport

I started this free business trip, very suddenly and equipped myself sufficiently. The most important thing was, my lovely tool wasn’t left behind….None other than black Canon EOS M10. Apart from supplies, an itinerary was never arranged before leaving. In the next four days, I will be an explorer who played as I pleases.

When Citilink started to take-off and leaving Halim Perdanakusuma International Airport, I never thought anything about Ahmad Yani International Airport. My memory is still the same about it. Simple, not big, a waiting room which is directly face to face with plane muzzle when it’s parking. Those are memory sheets which neatly arranged in my brain cabinet. However, several years ago, Ahmad Yani International Airport was playing a role in taking off for the first flight in my life.

Oh apparently…..

It’s different, it’s amazing“, I muttered when I peeked through plane window when Citilink QG 144 was taxiing towards the apron.

It’s true, Ahmad Yani International Airport which have IATA code “SRG“, has transformed itself into a super elegant airport. I was dropped off in parking lot, next to Lion Air plane. Stepping under giant wing, main terminal building looked like a stretch of glass windows which showing off large pillars inside. Solar light appeared to perfectly penetrate the entire room in glass building.

Let’s entering the terminal building.

Asphalt on airport vehicle lane still looked very black and smooth, a sign that this route was recently operated. Road markings which stuck to asphalt were still perfectly white. The terminal wall was still a light beige.

A. Arrival

I entered arrival hall corridor towards baggage claim area. The floor was still shiny and reflected the lights in a regular pattern, glass room on left was still under construction status, while corridor right side had several toilets, lifts and a prayer room in operation. Several shelves containing shoe flower pots were beautify room corners.

Corridor towards baggage claim area.
Baggage claim area.

Some baggage service counters of several airlines still appeared to be closed, maybe the airlines concerned weren’t operating yet at this terminal.

After going through baggage claim area, a row of information provider counters have been prepared, such as Tourist Information Center, BP3TKI, money changers and TRAC car rental companies. Meanwhile, between main building and road for in and out of the airport are separated by a stretch of water. Yes, I was currently in a floating terminal which covering 7 hectares area which was built on a swamp.

The exit area is under a canopy corridor and framed by whitewashed steel beams. This corridor connects arrival hall and commercial zone of airport. The existence of a pool, umbrella shade with chairs under it and a garden planted with medium tall trees with a patterned distribution make exit area appearance is very neat. Here is where the pick-up await their guests arrival or relatives who have just landed.

Exit gate.
Park area.

Once past exit gate, there was a photospot area with background of President Joko Widodo who is riding his onthel bicycle. Followed by existence of toilets, nursery rooms, money changers, prayer rooms and ATM areas.

Musalla after exit gate.
Corridor with a line of ATMs from several banks.

Airport digital clock screen showed 17:09 hours, when I entered commercial zone. Two predominantly green customer service desks appear parallel to exit gate. Meanwhile, black and red waiting benches circle every main pillars in terminal building and several of them line up in several empty walls. Several photo spots are located in building corners, while departure and arrival flight information LCD are in the middle zone so that it is easily accessible to all passengers and visitors.

Customer service counters.

Commercial zone area was already occupied by several well-known brands such as X-Side Eat, A&W, Kukomart, Bank BNI, Eaten Kopi Tiam and other brands.

Exiting commercial zone building, I was greeted by a double corridor separated by a four-wheeled vehicle lane. This is taxi zone and drop and pickup zone. This corridor looks neat with round poles and spandex roofs. Meanwhile, under the shade, waiting chairs are arranged along corridor. I myself chose taxi transportation mode to downtown, considering that this was a business trip which all costs were paid by office where I work.

B. Departure

Three days later, I returned to this airport to return to capital city. Online taxi dropped me off at same place where I left the airport when I arrived on the first day. I set foot in drop and pickup zone then rushed to find check-in area inside of terminal building.

Arrived in drop and pickup zone.

Entering commercial zone, I just continued through it, many prospective passengers seemed to be relaxing in this area, either in public area or eating food at several coffee shops. As soon as I left commercial zone, I entered a transparent roofed area with steel pillars with two LCD check-in information screens, while on right side there was a wooden deck with number of palm pots on it, while the other part was a pool which soaked terminal piles, it was giving a impression that this is a floating passenger terminal …. Very cool.

Garden and pool on right side of departure hall.

At the end of garden and pond, I entered a building which served as a check-in area. As in garden outside, this check-in area looks tall and wide. Thirty check-in counters stretches on a hall side. Meanwhile, “Total Baggage Solution” counter is ready to help each passenger for wrapping their luggage to secure it during loading & unloading process in plane hull.

Check-in area.

I rushed to waiting room after getting my boarding pass, passing through a narrow corridor which in its left side is glass window which facing a garden and the right side is covered by plywood of a functional space project. At the end of corridor, facing iPORT shop, I turned left into commercial zone. Several clothing stores such as POLO or coffee shops like Starbucks are in this area.

Commercal zone in departure hall.

I started to enter waiting room which have green waiting chairs, carpeted in gray patterns, equipped with a prayer room, executive lounge, smoking area, toilet, charging area, LCD TV and free internet counter. In some spots, a photospot was provided.

Waiting room.
One of photo spots in waiting room.

And finally, that afternoon I left Ahmad Yani International Airport through gate 2A. That was short story of my exploration in an airport which Semarang residents were proud of it.

Let’s visit Atlas City and enjoy its beauty!.