Hari masih sangat pagi ketika aku membuka mata dan duduk terbangun di dalam capsule box Dormsin Hostel. Aku sengaja bangun lebih pagi demi mempersiapkan diri meninggalkan Phi Phi Islands. Mengingat hanya ada empat kali keberangkatan ferry menuju Phuket, yaitu jam 9, jam 11 dan jam 14:30.
“Lebih baik aku ikut pelayaran jam 11 saja”, aku memutuskan.
Aku bergerak pelan menuruni capsule box supaya tak meninggalkan suara karena aku tahu bahwa penginap lain masih terlelap tidur di capsule boxnya masing-masing. Para pelancong asal Inggris, Irlandia, Jerman, Swiss dan Australia itu baru pulang tengah malam dari bar, pantas jika mereka belum bangun pagi itu.
Aku berjinjit ke arah shared bathroom untuk mandi, menyikat gigi, memakai gel rambut, dan memakai deodorant. Seusainya, aku membongkar tom yam kemasan yang tak termakan semenjak kubeli dari Phuket seminggu sebelumnya. Aku meremukkan mie di dalam kemasan, menaburinya dengan bumbu yang tersedia dan menyantapnya sebagai menu sarapan sederhana pagi itu.
Aku yang telah mengemas segenap barang bawaan sedari malam sebelumnya, akhirnya beranjak keluar kamar dan menyerahkan kunci kepada si pemilik hostel sebagai syarat untuk mengambil uang deposit senilai 100 Baht.
Berhasil menuntaskan urusan itu, aku pun akhirnya meninggalkan Dormsin Hostel, berjalan di sepanjang pantai sisi selatan menuju Ao Ton Sai Pier.
Sepuluh menit melangkah aku pun tiba….
Kali ini petugas pelabuhan tak lagi menarik uang retribusi senilai 20 Baht seperti saat kedatanganku di Phi Phi Islands. Mungkin tarif retribusi ini memang hanya dikenakan sekali saja kepada setiap turis yang berkunjung, yaitu saat mereka datang untuk pertama kali melalui pelabuhan.
Saat mengurus tiket, aku baru sadar jika salah mengantri ketika petugas pemeriksa mengembalikan tiket yang kuserahkan.
“This queue is for ferry towards Krabi. Phuket’s Ferry is over there”, dia jelas menunjukkan jarinya ke dermaga sisi barat.
Tanpa pikir panjang aku menuju ke arah yang dia tunjuk. Beruntung, belum terbentuk antrian di depan ferry menuju Phuket. Aku disambut ticket checker di sebuah meja inspeksi tiket.
“Hi, Do you want to go to Phuket?”, petugas pria muda itu mendahului bertanya
“Yes, Sir”, aku jelas menjawab.
Setelah merobek tiket, dia memberikan sticker penanda penumpang di dadaku.
“Do you want to be transferred to the airport, we have a taxi for it. Only 200 Baht”, dia menawarkan jasa lain.
“Oh, Okay. Nice price, I take it”, aku memutuskan mengambil jasa transfer ke Phuket International Airport dari Rassada Harbour.
“Where are you come from?”, dia bertanya hal lain
“Indonesia, Sir”
“Ohhhhh, Indonesia….Nice….I am from Myanmar”, dia ramah bercakap-cakap denganku
“Oh surprise….Burmese can work in Phi Phi Islands”, aku tersenyum lebar.
“Surely, Sir….Yes, now, you can enter the ferry”, dia mempersilahkan aku menuju tititan masuk ke pintu ferry.
Aku bergegas memasuki ferry dan ternyata belum ada satu penumpang pun yang memasuki ruang penumpang. Maka, sembari menunggu waktu keberangkatan yang masih satu jam lagi, aku memutuskan untuk berkeliling ke setiap bagian ferry. Ferry itu terbagi menjadi dua lantai dan memiliki ruang First Class di lantai bawah, tetapi penumpang harus membayar sebesar 300 Baht sekali jalan jika ingin duduk di ruang itu. Sedangkan lantai atas hanya digunakan sebagai Premium Class dimana penumpang yang ingin duduk di ruangan itu perlu menambah biaya perjalanan sebesar 500 Baht sekali jalan.
Usai berkeliling aku pun kembali jenuh menunggu hingga akhirnya ferry berlayar satu jam semenjak aku menaiki ferry….






Aku yang kemudian tidak merasa nyaman karena sepatu boots yang kukenakan masih basah akibat terkena hujan pada sore hari sebelumnya, memutuskan untuk keluar dari ruang penumpang dan memilih duduk di geladak belakang yang tak beratap. Aku melepas sepatu boots dan menjemurnya di geladak selama pelayaran. Sedangkan aku sendiri akhirnya harus duduk menunggu di dekat pintu ruang penumpang yang masih sedikit ternaungi oleh atap. Untuk melawan panasnya udara laut yang menerpa geladak, aku akhirnya membeli satu minuman kaleng berkarbonasi seharga 40 Baht.
Aku duduk dan terus menatap ke arah lautan lepas di belakang ferry. Tampak ferry meninggalkan Phi Phi Islands melalu sebuah celah antar dua pulau menjulang. Bak meninggalkan sebuah gerbang besar di tengah laut.
Aku terus menikmati keindahan pantai Selatan Thailand selama dua jam pelayaran dengan konsisten duduk di geladak belakang. Alhasil, sepatu bootsku pun berhasil kering ketika tiba di Rassada Harbour.