Seoul Metro dari Pusat Kota ke Incheon International Airport

<—-Kisah Sebelumnya

Suasana di dalam Seoul Metro menuju Incheon International Airport.

Usai shalat Subuh, mataku tak lagi terpejam. Sudah menjadi sifatku yang selalu saja terjaga ketika dihadapkan pada sebuah jadwal penerbangan. Sementara di pojok dormitory, backpack biruku yang berkapasitas 45 liter sudah terpacking rapi sejak semalam, sepulang dari Distrik Gangnam tepatnya. Malam tadi, aku memang memutuskan melakukan packing seusai mandi.

Sekitar pukul setengah tujuh pagi, ditengah nada-nada dengkuran ringan para penghuni Kimchee Guesthouse Sinchon, aku perlahan berjingkat-jingkat menuju shared-bathroom untuk mengguyur diri dibawah shower air hangat. Sehingga, satu jam kemudian aku telah rapi dan terduduk di shared lobby lantai bawah untuk sekedar bersosialisasi.

Di sebuah kursi, perlahan aku menenggak air mineral sisa semalam sembari membuka peta Seoul Metro. Aku harus mencari rute terbaik menuju Incheon International Airport Terminal 1 siang nanti.

Sekitar lima belas menit kemudian, datanglah gadis berjilbab biru dengan wajah cantik khas Melayu duduk di hadapan. Dari penampilannya dia sedang bersiap diri untuk melakukan eksplorasi.

Dari Malaysie kah?”, pertanyaan itu sudah pasti tertuju untukku.

Aku mendongak dan menjawab, “Jakarta, Indonesia”.

Oh, Indonesia. Sudah berape lame di Seoul, Abang?

Tiga hari. Saya Donny, boleh tahu nama kamu?”, jawabku singkat.

Mariya, saya dari Kuala Terengganu”.

Sepagi ini sudah bersiap, mau pergi kemana, Mariya? “, aku terus saja bertanya penuh rasa penasaran.

Oh, saya nak melawat ke Itaewon, tengok sekejap Seoul Central Mosque. Abang mau kemane?

Saya siang ini akan pulang, besok singgah di KL dulu”.

Orang Indonesia dapat free visakah ke Korea, Abang?

Oh, tidak Mariya. Saya harus membayar senilai 150 Ringgit untuk mendapatkan visa Korea. Kalau orang Malaysia bagaimana?

Orang Malaysia free visa ke Korea, Abang”.

Mariya adalah seorang solo-traveler asal negeri jiran yang berbekal dengan rasa percaya diri yang tinggi. Dia bahkan bercerita tentang perjalanannya berkeliling Asia sendirian tanpa menunjukkan sedikitpun rasa takut. Satu jam aku terlibat percakapan yang sangat menarik dengannya.

Mariya sendiri sangat tertarik dengan beberapa kota di Indonesia yang ingin dia kunjungi di waktu mendatang. Dia banyak bertanya perihal Bandung, Malang, Labuan Bajo dan Ambon. Mengimbangi rasa antusiasnya, maka aku tertarik mencari informasi darinya tentang beberapa kota di Malaysia yang hendak pula kukunjungi seperi Kuching, Ipoh, Penang, Kuantan dan Kuala Terengganu.

Percakapan kami berakhir ketika Mariya berpamitan untuk pergi ke Itaewon. Usai percakapan itu, aku pun menuju ke kamar dan bersiap diri untuk check-out.

Pukul setengah sepuluh, aku mulai memanggul backpack, menuju resepsionis untuk menyerahkan kunci loker dan mengambil uang deposit. Kemudian aku melangkah mantap meninggalkan Kimchee Guesthouse Sinchon menuju Stasiun Hongik University.

Seperti pagi-pagi biasanya di Seoul, aku mampir sejenak di CU minimarket yang letaknya tak jauh dari stasiun untuk bersarapan. Usai bersarapan, aku segera berburu gerbong Seoul Metro Line 2 menuju Stasiun Sindorim yang keberadaannya hanya berselang 4 stasiun saja dari Stasiun Hongik University.

Dari Stasiun Sindorim aku berpindah menggunakan Seoul Metro Line 1 menuju Stasiun Bupyeong. Berdiri di bagian tengah dekat pintu gerbong, aku menikmati laju Seoul Metro melewati sebelas stasiun sebelum tiba.

Dari Stasiun Bupyeong aku masih harus berpindah keSeoul Metro Line I menuju  tujuan akhir yaitu Stasiun Incheon International Airport Terminal 1 yang berselang lima belas stasiun ke depan.

Melintas jembatan di atas laut.
Pemandangan Laut Kuning.

Secara keseluruhan perjalanan, dalam waktu satu setengah jam, aku tiba di Stasiun Incheon International Airport Terminal 1 yang bejarak 60 kilometer dari pusat kota. Aku tiba di bandara beberapa menit sebelum tengah hari.  Kini aku menunggu  penerbangan Air Asia D7 505 dari Seoul menuju Kuala Lumpur yang akan mengudara pada pukul 15:55 nanti.

Sebetulnya aku masih sangat berminat untuk menikmati pusat kota Incheon sebelum menuju bandara. Tetapi karena sadar diri bahwa uang di dompet hanyalah berupa beberapa lembaran tersisa, maka daripada bermain resiko dan rawan ketinggalan pesawat, aku akhirnya lebih memilih untuk menghabiskan waktu berjam-jam untuk berada di bandara saja. Yang terpenting perjalanan pulangku ke tanah air aman dan lancar.

Kisah Selanjutnya—->