Air Asia AK 380 dari Kuala Lumpur ke Jakarta: Mengukur Jejak Chai di KLIA2

<—-Kisah Sebelumnya

Geretan travel bag para pengunjung bandara akhirnya membuatku terbangun…..

Aku bangkit dan terduduk di area sempit nan pendek tepat di bawah pangkal escalator. Kulihat layar telepon pintar, waktu menunjukkan pukul setengah lima pagi. Mataku yang masing mengantuk dan badan yang belum benar-benar segar harus kupaksakan untuk mulai beraktivitas.

Aku membuka travel bag, mengaduk-aduk isinya, mencari keberadaan kemaja putih beserta jas dan dasi. Aku harus segera pergi ke toilet untuk menyikat gigi, mencuci muka dan berganti baju formal sebagai persiapan menghadapi rapat ketika aku tiba di Jakarta beberapa jam ke depan.

Selesai urusan toilet, aku berinisiatif untuk segera mencari sarapan di koridor menuju deret gerbang Q, itu karena aku akan dilepas landas dari Gate Q13.

Mataku awas menyapu sekitar koridor hingga akhirnya menemukan sebuah tenant kuliner yang cukup ramai dikunjungi para pelancong.

NOOODLES”, aku membaca nama tenant itu.

Tanpa ragu, aku melangkah menujunya. Seorang pria India menungguku di meja kasir.

Penang Curry Noodle Soup.

Hello, Sir. Welcome. Please see our menu!”, dia menujukkan padaku deretan menu di meja kasir

Penang Curry Noodle Soup….Can you make it less spicy”, aku meminta menu khusus kepadanya karena memang tak suka pedas.

Yes, of course….28.9 Ringgit, Sir”, dia menambahkan.

And Chai….One”, aku mengacungkan jari telunjuk.

What….”, dia agak terheran mendengar kata itu

Chai, Sir…”, aku mengulangnya kembali. Aku justru heran kenapa dia yang berketurunan India tidak tahu istilah Chai

I don’t know what do you say, Sir”, dia menengadahkan kedua tangannya

Teh Tarek, Sir….” Aku menjelaskan dengan cara yang lebih mudah

Oh, I See….6,9 Ringit, Sir”, dia menambahkan tagihan dalam bill ku

Usai membayar 35,8 Ringgit aku pun mulai mencari tempat duduk

Aku mengambil tempat duduk di sofa restoran yang memanjang untuk mendapatkan rasa nyaman. Sedangkan hanya beberapa meter di sisi kananku, seorang karyawan restoran wanita keturunan India tampak tertidur pulas di bangku yang sama. Aku menebaknya sebagai karyawan “Nooodles” karena t-shirt yang dikenakannya.

Makanan yang kupesan tersaji tak lama kemudian. Aku menyantapnya dengan lahap karena memang aku selalu saja suka dengan segenap resep makanan Negeri Jiran, selalu sesuai dengan selera lidahku. Dan Teh Tarik khas Malaysia akhirnya menjadi penutup sarapan pagi itu.

Sekiranya pukul enam pagi, aku meninggalkan restoran “Nooodle” dan mulai bergerak menuju gate. Aku melangkah cepat menujunya walaupun aku tahu bahwa gate masih akan tutup dan aku akan menunggu di surau hingga gate dibuka.

Lima menit melangkah, begitu sumringahnya aku setelah melihat kenyataan bahwa gate room sudah dibuka. Maka aku menyegerakan untuk menjalankan Shalat Subuh untuk kemudian memutuskan untuk mengambil sebuah tempat duduk di pojok ruang tunggu dan memejamkan mata dengan cepat karena sejatinya aku masih digelayuti rasa kantuk akut.

ZZZZZZZZ…….

Entah berapa lama aku tertidur, hingga tiba-tiba….

Hello Sir….Can you wait outside the room?”, seorang airport staff menegur.

Aku yang gelagapan terbangun, mengucek mata dan lamat memperhatikan staff wanita itu.

Yes, Ms….What happen?”, aku yang bingung pun akhirnya bertanya

Can you wait outside, sir. We will start the boarding procedure”, dia menunjuk ke boarding gate.

Tampak empat staff Air Asia sedang menyiapkan diri dan bangku ruangan yang tadinya dipenuhi calon penumpang telah kosong kembali. Itu artinya, aku dibiarkan tidur sendirian di dalam ruangan hingga ditegur oleh staff bandara.

Tanpa pikir panjang, aku keluar dari ruangan dan akhirnya harus berdiri di ujung antrian. Aku terus diperhatikan semua penumpang yang telah mengantri sedari beberapa menit sebelumya dan aku terpaksa harus menyembunyikan rasa malu dalam-dalam.

Tak lama mengantri, antrian itu mulai merangsek masuk kembali ke gate room. Sabar mengantri dari ujung, aku akhirnya tiba di depan pintu, kemudian harus menyerahkan boarding pass dan passport untuk kemudian dipersilahkan masuk ke dalam gate room.

Menuju Gate Q13.
Air Asia AK 380 (Airbus 320 twin-jet).
Cariin bangkuku,gaes!….Nomor 16A.
Sunrise di Kuala Lumpur International Airport Terminal 2.
Tiba di Soekarno Hatta International Airport.

Tak perlu lama duduk, proses boarding akhirnya dimulai.

Melalui aerobridge, aku perlahan mendekati pintu kabin. Dan ketika benar-benar memasuki kabin, aku merangsek ke dalam untuk mencari bangku bernomor 16A.

Di window seat, aku duduk bersebelahan dengan dua orang ustadz asal Malaysia. Tepat di sebelahku adalah sekarang ustadz bergamis dan bertubuh kurus, sedangkan di aisle seat terduduk seorang ustadz berperawakan tambun yang tampak sangat kerepotan untuk duduk di dalam pesawat berjenis Low Cost Carrier (LCC).

Penerbangan menggunakan Airbus A320 twin-jet itu berlangsung selama 1 jam 55 menit dengan jarak tempuh lebih dari 1.100 km.  Pernerbangan pagi itu sangat menyenangkan karena pesawat sama sekali tidak mengalami turbulensi.

Satu momen yang menyita perhatian adalah ketika pesawat Air Asia yang kutumpangi, terbang bersebelahan dengan pesawat Garuda Indonesia yang sama-sama hendak mendarat di Soekarno Hatta International Airport.

Salip menyalip di udara itu akhirya terhenti ketika Air Asia dan Garuda Indonesia menyentuh landasannya masing-masing dan lindap di balik bangunan bandara ketika melakukan taxiing demi mengantarkan masing-masing penumpangnya di terminal akhir yang dituju.

Aku sendiri tiba di Soekarno Hatta International Airport pada pukul 08:30. Itu artinya aku akan terlambat menghadiri rapat di kantor yang rencananya akan dimulai pada pukul 09:00.

Semenjak memasuki bangunan terminal, aku terus berlari menuju konter imigrasi. Aku sengaja memanfaatkan e-passport gate untuk menghindari antrian, mengisi formular bea cukai secara daring dan mencari taksi INKOPAU seharga 300 ribu demi menuju kantor.

Benar adanya, aku harus terlambat 30 menit dalam mengikuti rapat. Hanya saja tak semua orang tahu bahwa aku langsung menghadiri rapat di kantor sepulang dari Phuket dan mendarat di Soekarno Hatta International Airport.

Dasar travel maniac kamu, Donny….

—-TAMAT—-