KLCC Park: Terwujud di Akhir

<—-Kisah Sebelumnya

Matahari berada pada puncak kekuasaannya ketika aku memutuskan undur diri dari pelataran Petronas Twin Tower. Aku sendiri tak bisa menyembunyikan senyum kecut di ujung bibir dan merasa menjadi pejalan yang tak faham prioritas hanya karena membesuk Menara Kembar tepat di tengah hari.

Aku mencoba berdamai dengan diri sendiri dan berniat menebus kesalahan itu dengan menghadirkan sebuah destinasi anyar dalam sejarah petualangan. Bukan tempat yang prestisius, tetapi bisa saja menjadi penebus kesalahan prioritas itu. Di sisi lain, tempat ini bisa menjadi spot yang tepat untuk meredam angkuhnya surya.

Kulangkahkan kaki menuju timur. Sembari mencoba sekuat hati demi menolak godaan megahnya gerbang Suria KLCC, si surga belanja di pusat kota Kuala Lumpur. Bagaimana tidak, deret panjang kendaraan roda empat berkelas rela mengantri di depannya sedangkan arus pengunjung tak henti-hentinya mengalir keluar-masuk di pusat perbelanjaan kelas atas tersebut.

Setibanya di jalan dua ruas tepat pada sisi timur Suria KLCC, aku melanjutkan langkah menuju selatan. Aku tetap berusaha menyembunyikan diri dari sengatan surya di bawah pohon-pohon palem yang berjajar rapi di tengah trotoar….yupzz, trotoar tunggal yang membelah sempurna jalan menjadi dua jalur.

Perlahan, di ujung jalan sana mulai tampak rimbunnya pokok-pokok besar yang menghampar memberikan suasana kontras kota. Seakan aku menuju ke sebuah oasis di tengah rimba beton kota.

Dari jauh pun aku sudah mampu merasakan segarnya udara yang terhembus dari area hijau itu. Otomatis sukses membuat diriku mempercepat langkah menujunya. Usai melintas di atas pangkal underpass, aku menemukan gerbang area hijau tersebut.

Inilah Kuala Lumpur City Centre Park….Khalayak mengenalnya singkat sebagai KLCC Park.

Aku memasuki taman dari jalur masuk yang berada pada sisi kiri bangunan Pejabat Taman KLCC (KLCC Park Office). Memasuki kawasan taman, aku mengambil tempat duduk di kawasan rehat yang berbentuk gazebo tepat di sisi timur Simfoni Lake. Bangku-bangku kayu berkaki beton tampak tersebar di seluruh penjuru taman, diletakkan di bawah naungan pokok-pokok besar yang identitasnya tertampil dalam barcode pada kertas berwarna kuning dan tertempel di setiap batangnya.

Mungkin disinilah bagian taman terfavorit karena para pengunjung bisa menatap intens air mancur bepola dengan latar belakang Petronas Twin Tower yang dipangkali oleh bangunan rendah memanjang Suria KLCC. Seolah aku tak sudi untuk meninggalkan posisi duduk cepat-cepat.

Taman kota dengan sentuhan arsitektur ala Brasil mulai tertelusur lebih dalam ketika aku mulai bangkit dari tempat duduk. Melangkah menulusuri jogging track, aku memutuskan tidak mengambil jalur jembatan yang menghubungkan Tasik Simfoni dan Kolam Kanak-Kanak.

Aku lebih memilih jogging track sisi utara demi mendekatkan diri ke KLCC Park Children’s Pool. Keramaian dan kesejukan yang tertampil pada Kolam Kanak-Kanak itu menahan kuasaku untuk berpaling. Alih-alih pergi, aku pun tak sadar telah bersandar di salah satu bangku tepian kolam.

Aktor utama pada kolam berkedalaman sedikit di atas mata kaki tersebut adalah sculpture paus putih melompat yang terdramatisasi dengan bantuan air mancur di bagian ekor. Sedangkan sculpture dua ekor lumba-lumba ikut melompat di sisinya. Ditambah dinding-dinding kolam yang terhias dengan air terjun buatan sangat mengundang minat anak-anak untuk membasahkan diri di bawahnya.

Sebuah konsep sempurna, ketika Kolam Kanak-Kanak itu disandingkan dengan Taman Permainan Kanak-Kanak di timurnya. Hal ini memungkinkan anak-anak bisa memilih salah satunya atau bahkan bermain di keduanya secara bergantian. Seperti Taman Permainan Kanak-Kanak pada umumnya, bagian ini dipenuhi dengan ayunan, jungkat-jungkit dan wahana up-down stairs dengan lantai taman permainan berlapiskan Ethylene Prophylene Diene Konomer yang menciptakan sensasi ubin lembut dan  aman bagi anak-anak.

Untuk akhirnya….

Petualanganku di taman itu berakhir pada sebuah hamparan rumput yang dilingkari sempurna oleh jogging track.

Sudah lewat tengah hari…

Aku harus makan siang sebelum pulang ke penginapan dan pada akhirnya nanti akan berlabuh di bandara demi menentukan langkah selanjutnya.

Dari kemarin sore, Ringgitku habis dan hanya cukup untuk anggaran naik bus ke bandara dan makan malam di dalamnya nanti…..Jadi kuputuskan makan dari bekal seadanya, apalagi kalau bukan menu yang sama dengan dinner semalam dan sarapan tadi pagi….Yaitu serbuk oat yang hanya perlu disiram dengan air mineral. Lingkaran jogging track dengan hamparan rumput di tengahnya menjadi latar makan siangku hari itu.

KLCC Park Tasik Simfoni (Lake Symphony Fountain) di sisi barat.
Jogging track dan jembatan penghubung Tasik Simfoni dan Kolam Kanak-Kanak.
Suasana taman yang sejuk dan dingin.
KLCC Park Children’s Pool tepat di tengah taman.
KLCC Children Playground.
KLCC Children Playground.
Spot yang kutemukan untuk makan siang.

KLCC Park, taman kota seluas satu hektar….

Adalah sebuah tempat sederhana yang ingin kusasar sejak 2014, tetapi berkali-kali megunjungi ataupun sekedar singgah di Negeri Jiran, berkali-kali pula aku gagal mengunjunginya, tentu kendala besarnya adalah waktu yang susah sekali tersedia saat setiap kali berkunjung ke Kuala Lumpur.

Inilah penebusan terbaikku dengan keberhasilan menyinggahinya siang itu. Sengajanya aku merangsek membelah kemacetan menuju Kuala Lumpur City Centre ternyata tidak kuletakkan pada Si Menara Kembar, tetapi pada tujuan utamaku hari itu….KLCC Park.

Aku keluar dari taman dengan perasaan bahagia…Saatnya pulang ke penginapan, beberes dan pergi ke bandara.

Kisah Selanjutnya—->

One thought on “KLCC Park: Terwujud di Akhir

Leave a Reply