Category: Uzbekistan
-
<—-Kisah Sebelumnya Aku berdiri mematung di depan empat daun pintu kaca bertuliskan tiga kata yang diulang-ulang, yaitu Вход*1), Kirish*2), dan Entrance. Ketiganya tentu bermakna sama, yaitu “entry”. Aku mendorong salah satunya dan memasuki ruangan yang dijaga oleh dua security pria yang menenteng metal detector di tangannya. Dia menunjuk folding back yang kupanggul dan mengalihkan arah…
-
<—-Kisah Sebelumnya Aku menyusuri jalan setapak nan sempit berbahan beton, untuk kemudian memasuki area hostel dari sisi belakang. Akhirnya aku pun tiba di pekarangan hostel. “Terimakasih, Tuhan”, aku bersyukur dalam hati, “Ternyata memang tempat ini yang kucari” Aku memang beruntung, karena secara tak sengaja telah memasuki pekarangan hostel yang sedang kucari, Paradise Hostel. Aku mengucek…
-
<—-Kisah Sebelumnya Bus kota berkelir hijau muda dengan desain modern yang kutunggangi perlahan tapi pasti menembus gelapnya jalanan bandara, melewati jalanan sepi dan kosong di pinggiran kota. Seiring laju bus, perlahan cahaya jalanan mulai tampak di sejauh tatapan memandang. “Selamat datang, Tashkent”, tatapku berbinar bak memenangkan sebuah pertarungan. Kabin mulai dipenuhi warga lokal ketika bus…
-
<—-Kisah Sebelumnya Samar aku melihat pemberhentian bus kota itu, tapi aku belum yakin benar apakah itu halte bus yang sedang kucari. Aku terus melangkah mendekatinya. Aku tiba beberapa menit kemudian…. Halte bus itu berukuran tak telalu besar untuk standar ukuran halte bus bandara. Tak semegah halte bus DAMRI Soetta tentunya. Setiba di halte, aku berhenti…
-
<—-Kisah Sebelumnya Di depanku telah berkerumun berbagai orang dengan kepentingannya masing-masing. Batas berdiri meraka tertahan di sebuah pembatas metal yang ditempatkan di area setelah drop-off zone, berjarak tak kurang dari lima puluh meter dari exit gate bangunan bandara. Sebagian banyak dari mereka adalah para penjemput. Mereka berseru-seru memanggil nama para penumpang pesawat yang satu-persatu keluar…
-
<—-Kisah Sebelumnya Konsisten menjaga ketenangan, aku menghadap petugas Aviation Security yang menjaga kotak pemindai di screening gate dekat pintu keluar bangunan bandara. “Can I go to Arrival Hall inside? I have a problem with a SIM Card I bought at that counter”, aku menunjuk ke Tourist Information Center setelah berhadapan dengan petugas Aviation Security yang…
-
<—-Kisah Sebelumnya Aku masih mengatur napas panjang, mencoba tenang di meja konter penjualan SIM Card. Mencoba untuk tidak panik. “I have failed to set up a SIM card with this quota five times. Or maybe, Do you want to try another type of data quota? Maybe better.” Dia menjelaskan. “No, I don’t want”, aku menukas…
-
<—-Kisah Sebelumnya Sekali lagi aku menyapukan mata dengan cermat ke segenap penjuru bangunan bandara. Pelan-pelan tatapan mataku meyelidik di setiap sudutnya. Dan akhirnya aku menemukan money changer di salah satu sudut, konter penukarannya berukuran mungil serta menjadi satu-satunya money changer yang ada di Terminal 1. Aku bergegas melangkah mendekatinya, masuk ke dalam antrian dan membuka…
-
<—-Kisah Sebelumnya Aku menarik shoulder strap kuat-kuat untuk menegakkan backpack di punggung. Maklum aku baru menginjak hari pertama petualangan, muatan backpackku masih sempurna penuh, enam koma delapan kilogram beratnya, tidak kurang, tidak pula lebih. Menatap sejenak dinding kaca bangunan terminal hingga ke setiap sudut, selanjutnya aku menaiki tangga di depan entrance gate Terminal 1 –…
-
<—-Kisah Sebelumnya Satu budaya baru dari Kawasan Asia Tengah yang kudapatkan dalam penerbangan Uzbekistan Airways HY 554 adalah cara pegungkapan respek dan rasa terimakasih segenap penumpang kepada air crew. Seluruh penumpang asal Uzbekistan tampak bertepuk tangan meriah ketika roda pesawat berhasil menyentuh landas pacu untuk pertama kalinya. Aku mengira kejadian itu hanyalah hal insidentil yang…