
Satu budaya baru dari Kawasan Asia Tengah yang kudapatkan dalam penerbangan Uzbekistan Airways HY 554 adalah cara pegungkapan respek dan rasa terimakasih segenap penumpang kepada air crew. Seluruh penumpang asal Uzbekistan tampak bertepuk tangan meriah ketika roda pesawat berhasil menyentuh landas pacu untuk pertama kalinya.
Aku mengira kejadian itu hanyalah hal insidentil yang terjadi dalam penerbangan itu. Tetapi ternyata tidak. Budaya itu terus kutemui dalam penerbangan di Kawasan Asia Tengah. Aku menemukan kebiasaan yang sama ketika terbang bersama Air Astana dalam menjelajah beberapa wilayah Kazakhstan.
Di sebelah bangku, Dasha menunjukkan wajah sumringah. “Mungkin liburannya telah banyak meninggalkan kesan”, aku menduga-duga ketika akhirnya dia menoleh kepadaku.
“Posadka*1)….Donny”, sembari mengacungkan kedua jempolnya di hadapanku.
“Nice landing, Dasha….We arrive”, aku pun tak bisa lagi menyumputkan senyum.
Dasha mengeluarkan jaket tebal dari tas yang dia taruh di bawah kakinya, mengenakannya, dia tampak anggun dengan jaket bulunya yang berwarna biru langit itu.
“Kurtka*2)….Donny”, dia menunjuk-nunjuk diriku,
“Holodno*3)….”, dia menunjuk ke luar jendela pesawat.
Aku hanya menebak-nebak apa yang dituturkannya,
“Pakai jaketmu, Donny. Di luar sana dingin”, aku terkekeh dalam hati.
“Okay, Dasha”, aku berucap kepadanya antusias. Lalu menurunkan backpack dari bagasi kabin, mengeduk isinya, mengeluarkan jaket musim dingin bekas yang kubeli di Pasar Baru beberapa hari sebelum keberangkatan, lalu mengenakannya dengan cepat.
“Ty Krasivyy*4), Donny”, Dasha kembali mengacungkan jempolnya. Sementara itu, aku hanya menengadahkan kedua tangan demi merespon ungkapannya sembari tersenyum. “Not bad”, batinku berucap.
Keluar dari kursi, Dasha mengucapkan salam perpisahan.
“Do Svidaniya*5), Donny” dia melambaikan tangan dan bergabung dengan teman-teman satu perusahaannya.
“Come on, kembali ke mode awal, Donny….Solo Traveling….Kamu akan bertemu orang-orang baik lagi di luar sana, Donny….Percayalah!”, aku menguatkan diri.
Aku menengok ke jendela, tidak ada aerobridge yang menempel di pintu pesawat. Itu artinya akan ada apron shuttle bus yang menunggu segenap penumpang di kaki pesawat. Aku melangkah ke pintu belakang yang sudah di jaga oleh satu pramugari dengan seragam blazzer berwarna hijau. Merangsek di antrian dan akhirnya aku benar-benar tiba di bibir pintu.
“Oh God, Tashkent…..”, Aku tak sengaja telah melamparkan senyum menatap hamparan luas Islam Karimov International Airport.


“Izvinite*6)….Izvinite”, seorang penumpang berkata di belakangku. Itu karena aku mendadak terhenti di bibir pintu karena terkesima dengan pemandangan di bawah sana.
Hamparan luas apron dengan sebaran pesawat berbagai ukuran milik maskapai penerbangan Uzbekistan Airways. Puluhan light tower telah dinyalakan sebagai pertanda bahwa hari tengah menyambut datangnya malam. Sementara itu kabut tipis menjadi latar utama bandara terbesar di seantero Uzbekistan tersebut. Di sisi lain, satu unit apron shuttle bus berwarna biru terparkir dengan mesin menyala langsam siap menjemput segenap penumpang.
Aku menuruni mobile stairs, udara segar bersuhu -2o Celcius menerpa mukaku yang tak berpelindung, tanganku juga merasakan dingin yang sama. Tapi aku tak mau berlari, aku berjalan pelan menikmati suasana sebelum benar-benar memasuki shuttle bus.
Aku sudah di dalam shuttle bus beberapa waktu kemudian. Menanti penumpang lain datang memenuhi bus. Setelah terisi sepenuhnya, maka shuttle bus mulai membelah luasnya apron bandara demi mengantarkan penumpangnya menuju bangunan Terminal 1.
Untuk sesaat aku terlarut dalam perjalanan singkat di sepanjang apron, masih tak percaya aku berada di Tashkent. Sebuah kota yang hampir satu dekade terakhir bahkan tak pernah masuk dalam rencana untuk kusinggahi. Tapi takdir mengatakan lain, aku dimasukkan ke dalam pesona Tashkent yang di keesokan hari sudah bisa kujelajahi.
Apron shuttle bus itu berhenti. Aku telah tiba di bangunan Terminal 1. Mataku awas mengamati sekitar. Tepat turun dari pintu shuttle bus, Sebidang luasan pintu kaca menyambutku. Sementara di dalam sana terlihat jelas konter-konter imigrasi sedan sibuk melayani para penumpang untuk masuk ke wilayah yuridis Uzbekistan.
“Baru kali ini aku melihat, konter imigrasi diletakkan tepat di depan pintu kedatangan penumpang….Amazing”, aku bisa tertawa kecil ketika menatapnya.
Aku mulai menggila, beberapa penumpang menatapku kerena aku tertawa ringan sendirian.
Note:
*1). Posadka = Pendaratan
*2). Kurtka = Jaket
*3). Holodno = Dingin
*4). Ty Krasivyy = Kamu terlihat tampan
*5). Do Svidaniya = Sampai jumpa
*6). Izvinite = Permisi atau maaf
👌👌
Thanks
☺️☺️