House of Danar Hadi dan Ngarsopuro Night Market

<—-Kisah Sebelumnya

Museum Batik Kuno Danar Hadi.

Aku hanya berusaha mencari informasi sebanyak mungkin tentang beberapa event yang akan diselenggarakan di Taman Sriwedari pada dua bulan semenjak kedatanganku. Tetapi sungguh sayang, tak akan ada pertunjukan budaya dua bulan ke depan di taman budaya itu. Itu berarti, peserta Marketing Conference nanti tidak bisa diarahkan untuk menikmati pertunjukan budaya di Taman Sriwedari. Oke lah….Tidak mengapa, survey ini boleh dibilang gagal tetapi di lain sisi, setidaknya aku pernah menyempatkan diri untuk berkunjung di Taman Sriwedari dan menambah khasanah budaya tentang Kota Solo walau hanya genap setengah jam berkunjung.

Pukul setengah sepuluh malam, aku mulai meninggalkan Taman Sriwedari. Lalu kembali mengayunkan langkah ke arah timur untuk mensurvey destinasi terakhir pada jalur Kereta Wisata Jaladara. Tempat yang kutuju ini masih merupakan wisata heritage, terletak setengah kilometer dari Taman Sriwedari.

Destinasi ini berjuluk House of Danar Hadi. Tentu aku sudah mengetahui bahwa ketika tiba nanti, tempat ini sudah pasti tutup karena jam operasionalnya memang hanya sampai pukul lima sore setiap harinya. Tapi tak mengapa, aku hanya bermaksud untuk memastikan tempatnya karena aku sudah pasti merekomendasikan Divisi Acara Marketing Conference untuk memasukkan tempat ini sebagai salah satu tempat yang akan dikunjungi. Selain berbelanja batik khas Kota Solo, peserta Marketing Conference nantinya juga bisa mengunjungi Museum Batik Kuno Danar Hadi yang mengoleksi hingga sepuluh ribu jenis batik di dalamnya.

Beberapa menit setelah sampai di tujuan, aku hanya terdiam melihat bentuk bangunan itu dan mengamati area sekitar. Perlu waktu bagiku untuk mengamati destinasi ini sebelum memutuskan untuk meninggalkannya dan berpindah ke destinasi lain. Karena malam itu, aku akan menghabiskan waktu di sekitaran Ngarsopuro Night Market sebelum pulang ke hotel untuk beristirahat.

Aku melanjutkan ayunan langkah ke daerah Keprabon. Jarak Ngarsopuro Night Market dari House of Danar tak lebih dari satu kilometer. Aku hanya memerlukan waktu lima belas menit untuk tiba di sana.

Tiba di Jalan Diponegoro. Perhatianku mendadak tertuju pada kerumunan di sisi barat jalan. Suara gamelan membuatku penasaran dan akhirnya aku tak kuasa menahan langkah untuk melongoknya.

Oh, ternyata sedang ada pertunjukan Wayang Kulit di tempat itu. Lebih baik, barang setengah jam, aku tetap berdiri dan menikmati pertunjukan itu, aku sudah sangat lama tidak menonton pertunjukan wayang.

Pertunjukan Wayang Kulit.

Beberapa waktu menjelang jam sepuluh malam, aku menyudahi menonton pertunjukan itu dan bergegas menuju ke area Ngarsopuro Night Market. Pasar malam ini sebetulnya dibuka setiap hari Sabtu malam, sedangkan aku datang di Senin malam. Oleh karenanya, keramaian pasar malam tak tampak maksimal. Hanya ada berapa food car dan gerobak kuliner yang menjaja makanan serta minuman di beberapa titik. Tetapi tetap saja, kuputuskan untuk berhangout ria dan berbaur dengan beberapa kelompok pemuda yang tampak menikmati malam dengan menyeruput kopi dan menyantap kuliner jalanan Kota Solo.

Mengambil sebuah tempat duduk dan menikmati secangkir coffee latte, aku mulai menghabiskan malam di tempat itu. Malam itu aku merasa puas karena petualangan sehari penuh yang kulakukan penuh dengan kenangan dan sangat memuaskan.

Hingga tak terasa waktu hampir menginjak pukul sebelas malam. Aku memutuskan untuk segera kembali ke Amaris Hotel Sriwedari dan berisitirahat karena esok hari masih ada jadwal survey yang sangat padat.

Food car in Ngarsopuro Night Market.
Para pengunjung yang sedang menikmati malam.
Akhirnya, aku bergabung dengan mereka.
Jalan Diponegoro.

Yuk lah….Balik….Bobo!

Kisah Selanjutnya—->

House of Danar Hadi and Ngarsopuro Night Market

<—-Previous Story

Danar Hadi Ancient Batik Museum.

I was just trying to find as much information as possible about some events which would be held at Sriwedari Park in two months since my arrival. But unfortunately, there would be no cultural performances in next two months at that cultural park. That means, Marketing Conference participants couldn’t be directed to enjoy cultural performances at Sriwedari Park. Okay, that was okay, this survey was arguably a failed, but on other hand, at least, I had time to visit Sriwedari Park and added cultural treasures about Solo, even though it only took half an hour to visit.

At half past ten in evening, I started to leave Sriwedari Park. Then again swinging steps to east to survey the last destination on Jaladara Tourist Train Line. The place which I was aiming at was still a heritage site, located half a kilometer from Sriwedari Park.

This destination was nicknamed House of Danar Hadi. Of course, I already knew that when I arrived, this place was definitely closed because its operating hours was only until five in the afternoon every day. But that was okay, I only meant to confirm the place because I definitely recommended Marketing Conference Event Division to including this place as one of places to visited. Besides shopping for Typical of Solo Batik*1, Marketing Conference participants would also be able to visit Danar Hadi Ancient Batik Museum, which collected up to ten thousand types of batik in it.

A few minutes after arriving at destination, I was just silent looking at the shape of building and surveying surrounding area. It took me time to observe this destination before deciding to leave it and moved to another destination. Because that night, I would spend time around Ngarsopuro Night Market before going back to hotel for rest.

I continued swinging steps to Keprabon area. Ngarsopuro Night Market was no more than one kilometer from House of Danar Hadi. It only took fifteen minutes to get there.

Arrived at Diponegoro Street. My attention was suddenly drawn to crowd on west side of road. Gamelan sound made me curious and finally I couldn’t refrain to take a look at it.

Oh, it turned out that there was a Wayang Kulit*2 performance at that place. Better, for half an hour, I stood still and enjoyed the show, I haven’t seen a Wayang Kulit show in a very long time.

Wayang Kulit performance.

Several time before ten in evening, I finished in watching the show and rushed to Ngarsopuro Night Market area. This night market was actually open every Saturday night, while I come on Monday night. Therefore, traders at that night market didn’t seem optimal. There were only several food cars and culinary carts which sold foods and drinks at several points. But still, I decided to hang out and mingle with several groups of young people who seemed to be enjoying the night while sipping coffee and eating street culinary in Solo.

Taking a seat and enjoying a cup of coffee latte, I began to spend the evening in that place. That night I felt satisfied because my full day adventure was full of memories and very satisfying.

Until it was almost eleven o’clock in evening. I decided to immediately went back to Amaris Hotel Sriwedari and took a rest because tomorrow there was still a very busy survey schedule.

Food car in Ngarsopuro Night Market.
Visitors who were enjoying the night.
Finally, I joined with them.
Diponegoro Street.

Come on….Back to hotel….Sleep!

Note:

Batik*1 is an Indonesian technique of wax-resist dyeing applied to the whole cloth. This technique originated from the island of Java, Indonesia

Wayang Kulit*2 a traditional form of puppet-shadow play originally found in the cultures of Java, Bali, and Lombok in Indonesia

Next Story—->