OYO 117 Majestic Hotel: Terlengkapi dengan Kedai Langganan

<—-Kisah Sebelumnya

Aku telah tiba….

Berdiri di hadapan hotel berlantai tujuh. Memastikan sejenak nama hotel yang tertera di name board besarnya, maka aku memasuki pintu lobby setelah mengetahui bahwa aku berada di hotel yang tepat.

“It’s no matter, Sir….I will give your room now”, resepsionis pria berkebangsaan Bangladesh menurut perkiraanku telah berbaik hati memberikan kunci kamar lebih cepat walaupun waktu check-in ku masih enam jam lagi.

Padahal tadinya aku hanya berniat untuk menitipkan backpack saja sebelum melakukan eksplorasi di daerah Mutrah.

Mengucapkan terimakasih maka aku segera meluncur di dalam lift menuju lantai empat untuk mencari kamar bernomor 409. Aku menemukannya dengan mudah. Menaruh backpack,  membersihkan muka dan menggosok gigi sejenak, maka untuk kemudian aku siap untuk melakukan eksplorasi.

Aku meninggalkan kamar dengan satu hal yang tak kusadari. Kecerobohan itu adalah tidak menutup kran wastafel dengan sempurna, sehingga air di kamarku terbuang percuma hingga sore hari karena kucuran kecil yang tak kusadari….Dasar tidak disiplin kamu, Donny.

OYO 117 Majestic Hotel tampak muka.
Meja resepsionis.
Lobby.
Kamar seharga 11 Rial.

Pikiran utamaku ketika meninggalkan hotel hanya satu, yaitu bersarapan. Aku yang telah menandai sebuah kedai makan khas Asia Selatan, menjadikanku lebih mudah untuk menujunya. Kedai itu hanya berjarak dua ratus meter dari hotel.

Kedai itu berada di lantai terbawah sebuah gedung, berukuran kecil dan hanya menempati sisi pojok bawah gedung. Aku memasukinya dengan penuh rasa lapar dan sang pemilik yang berusia setengah baya serta berbadan tambun tersenyum menyapaku.

“Come….”, ujarnya singkat.

Usai membalas senyumnya, aku pun duduk di pojok kedai dan menatap deretan menu yang dipajang di salah satu sisi dinding kedai.

“Sir, give me white rice with chicken fry, also a cup of milk tea”, aku mulai memesan hidangan yang kupilih

“Ok, Sir….Wait for a minute”, pemilik kedai itu pun beranjak pergi menuju dapur.

Sembari menunggu, aku memperhatikan keramaian kedai oleh wajah-wajah Asia Selatan yang khusyu’ menyantap makanannya masing-masing. Mereka adalah sebagian dari sekian banyak para pekerja kasar yang menghidupkan sektor informal perekonomian Kota Muscat.

Tak sampai lima menit, hidanganku telah tiba….

Pemilik kedai itu menaruh hidangan yang kupesan. Kini tersaji sepiring penuh nasi putih, dua potong paha ayam goreng dengan aroma kari berukuran besar dan satu cangkir kertas milk tea.

“Where are you come from?”, tanyanya singkat kepadaku.

“Indonesia….And you, Sir?”, aku melemparkan tanya balik.

Bangladesh….We all here from Bangladesh”, dia tersenyum sembari menunjuk ke semua pengunjung kedainya. Sontak semua pengunjung tertawa mendengar percakapan singkat kami.

Wowww….Wonderful”, aku ikut tertawa menyambut kemeriahan di kedai makan itu.

Kedai makan khas Bangladesh yang menjadi kedai langganan.
Para pekerja asal Bangladesh.
Yuk makan…!

Sebelum pemilik kedai itu meninggalkan mejaku, aku memintanya untuk mengambil sepotong paha ayam goreng dari hidangan yang dia sajikan.

I can’t eat to much, Sir….Look this my small body !”, aku menunjukkan jari telunjuk ke diri sendiri sembari tersenyum.

Keramahan sang pemilik kedai beserta segenap langganannya yang bersahaja telah membuat tempat makan itu menjadi kedai langgananku selama mengeksplorasi Muscat.

Kisah Selanjutnya—->

One thought on “OYO 117 Majestic Hotel: Terlengkapi dengan Kedai Langganan

Leave a Reply