Menyambut Pagi di Terminal 1D, Changi International Airport

Bangun, Donny….!!!

Pukul enam pagi….

Koridor Transit Hall Terminal 1D (T1D) mulai dipenuhi para pelancong yang berlalu lalang dengan hajatnya masing-masing. Beberapa diantara mereka berkejaran dengan waktu menuju gate demi menangkap penerbangan masing-masing. Sebagian diantaranya sibuk berlalu lalang demi mencari sarapan, barang-barang duty free, souvenir atau bahkan mengantri di beberapa money changer demi berburu Dollar Singapura.

Aku yang memiliki jam terbang pukul 08:15, memaksakan diri untuk bangun dari tidur dengan posisi duduk di salah satu deret bangku Transit Hall.

Badanku yang sedikit remuk, mulai menggeret travel bag menuju toilet di pusat koridor. Toilet belumlah terlalu ramai ketika aku menyeka beberapa bagian badan dengan tisu basah berpewangi dan juga menggosok gigi di sebuah wastafel besar dengan cermin lebar di depannya.

Aku selesai dalam dua puluh menit untuk kemudian mengantri di depan free water station untuk mendapatkan air minum cuma-cuma. Ketika mendapatkan giliran, aku segera membungkuk dan menenggak pelan pancuran air minum yang dingin nan segar itu.

Lepas menyirnakan haus dari tenggorokan, aku melangkah pergi meninggalkan free water station demi menuju Dining At Level 3, spot kuliner di Terminal 1D-Changi International Airport. Menaiki lift aku menggapai spot kuliner itu dengan mudah. Ada satu outlet yang cukup ramai di spot itu, yaitu 4FINGeRS Crispy Chicken. Aku yang tak berselera dengan menu ayam, akhirnya memutuskan untuk pergi dan turun ke Lantai 2 lagi. Itu juga setelah aku mengacuhkan keberadaan food vending machine yang hanya menerima pembayaran dengan kartu kredit.

Tiba di Lantai 2, aku menuju More Dining Options, spot kuliner lain yang menyediakan beberapa outlet penting seperti Crave (The Original Adam Road Nasi Lemak by Selera Rasa), Ippudo Express, Ya Ku Kaya Toast dan Starbucks.

Berdiri di salah satu titik, aku memperhatikan sekitar dengan seksama. Tampak outlet Crave dan Ipudo Express memiliki antrian yang panjang. Aku yang tak mau ketinggalan untuk boarding, akhirnya memilih untuk membeli dua potong Almond Croissant seharga 9 Dollar Singapura dan secangkir Chai Latte seharga 6,6 Dollar Singapura di outlet Starbucks Coffee.

Beberapa lama mengantri di belakang tiga pelancong wanita asal Phillippines, aku mendapatkan pesananku dengan cepat dan mudah.

Secangkir Chai Latte yang menambah mood.

Maka berjalanlah aku menuju gate sembari menyantap Almond Croissant yang kupesan, aku sengaja menyisakannya satu potong untuk makan siang hari itu.

Tiba di Gate D43, aku hanya perlu menunggu sepuluh menit hingga akhirnya antrian mulai terbentuk ketika boarding dibuka. Lepas menunjukkan passport dan boarding pass, aku pun memasuki tahap screening.

Proses boarding akhirnya dimulai.

Melewatinya screening gate dengan mudah, aku ditanya oleh seorang petugas aviation security yang sudah berumur,

Chiang Mai or Kuala Lumpur?”, dia menunjuk boarding pass yang kuselipkan pada passport.

Chiang Mai, Sir”, aku menjawab tegas

Okay, Go down that stairs”, dia menunjuk ke salah satu tangga menuju lantai bawah.

Sunrise di Changi International Airport.
Singapore Airlines yang terpergok parkir….
Ini dia tungganganku.

Aku pun bergegas menuruni anak tangga itu untuk menggapai waiting room. Ternyata begitu sampai, aku dan penumpang lain harus diangkut lagi menggunakan apron shuttle bus menuju pesawat Scoot Air TR 676 yang terparkir entah di apron sebelah mana.

Aku menurut saja pada putaran roda apron shuttle bus, mengelilingi bangunan bandara selama enam menit lamanya, hingga akhirmya aku diturunkan tepat di bawah roda-roda raksasa Airbus A320-twin jet.

Tapi bukan pada pesawat itu aku tertegun, melainkan pada Airbus A350-900 yang berdiri gagah di balik punggungku. “Astaga, itu pesawat milik Singapore Airlines yang akan kunaiki Desember nanti”, aku tersenyum menatapnya hingga akhirnya seorang ground staff memintaku untuk segera menaiki tangga pesawat.

Aku bergegas naik melalui tangga dan akhirnya berhasil memasuki kabin pesawat.