Elektrokromik….Teknologi yang Membuatku Tampak Bodoh

<—-Kisah Sebelumnya

Tepat satu setengah jam kemudian, para pramugari mulai sibuk berhilir mudik mempersiapkan inflight meal. Mereka sudah berganti pakaian, paduan baju lengan pendek dengan corak merah dan syal warna hijau menjadikan mereka tampak anggun bak model di sepanjang aisle. Mereka gesit membagikan makanan dan minuman kepada penumpang.

Aku sendiri menerima satu set inflight meal berisi enam item makanan, terdiri dari rice with chicken curry, bread, salad, buah jeruk, kue pie dan peanut snack. Saking banyaknya, aku tak mampu menghabiskannya, aku pun berinisiatif untuk menyimpan beberapa diantaranya untuk makan malam ketika tiba di Tashkent beberapa waktu ke depan.

Segenap penumpang tampak sibuk menyantap hidangan mereka masing-masing, begitu pula dengan diriku.

Dan usai menandaskan makanan yang diberikan, maka para pramugari mengambil nampan-nampan makanan tersebut.

Seusainya, awak kabin mulai mengondisikan keadaan supaya penumpang bisa beristirahat mengingat penerbangan itu adalah perjalanan panjang. Hal ini tentu didukung dengan kondisi di luar pesawat yang mulai tampak gelap. Oleh karenanya, tak sedikit dari penumpang mulai terlelap dengan keadaan.

Aku yang tak bisa tertidur, memilih menghabiskan waktu untuk menonton film. Sesekali penumpang dari bangku belakang mendatangi penumpang wanita yang duduk di sebelahku. Mereka sering kali melakukan tos gelas yang berisi jus jeruk. Tampaknya mereka sedang merayakan sebuah keberhasilan.

Aku yang penasaran, mencoba menyapa penumpang di sebelah kananku.

Looks like, you’re celebrating a success?”, aku memulai percakapan

Success…..Da…..Da”, dia terbata-bata menjawab. Aku paham bahwa dia tidak mahir berbahasa Inggris. Dan sepenuhnya aku paham bahwa “Da” adalah Bahasa Rusia untuk kata “Ya”.

Are you working in TIENS?”, aku menyelidik.

TIENS….Da…Da….You Know”, dia tersenyum menunjuk-nunjuk kepadaku

Dari situ, dia membuka smartphonenya lalu menunjukkan beberapa foto-foto perjalanannya mengikuti tour yang diselenggarakan oleh TIENS, dan aku paham salah satu fotonya berada di Jalan Sudirman, Jakarta.

I’m from Jakarta”, aku menengadahkan kedua telapak tanganku di depannya.

Ohhhh…..Jakarta”, dia menunjukku lagi.

Yeaa…..”, aku tersenyum.

Haaaa….Jakarta good….Good”, dia tersenyum ringan.

Ja….Dasha”, dia mengajakku bersalaman.

Me….Donny”, aku menjabat tangannya.

Dasha….Teman bercakap-cakap yang ramah.

Sore itu, di udara, kami berdua bercakap akrab dengan berbagai cara. Menjadikan perjalanan tak lagi membosankan.

Pada beberapa momen ketika kami lelah bercakap, Dasha meminta izin beristirahat sejenak. Maka ketika dia tidur, aku melanjutkan perjalanan tetap tanpa terlelap, melainkan memilih menonton beberapa film.

Sesekali melihat ke kursi sekitar. Sebagian besar penumpang telah lelap tertidur…..Tetap, aku tak bisa memejamkan mata. Aku masih memaksakan mataku untuk menyelesaikan film “In Our Prime” yang sedang kuputar.

Aku begitu tertegun melihat Kim Dong Hwi yang memerankan tokoh Ji Woo, seorang siswa yang berjuang untuk menaklukkan matematika dengan cara belajar kepada seorang petugas keamanan sekolah yang ternyata adalah seorang genius. Penjaga keamanan sekolah itu bernama Hak Sung yang diperankan oleh Choi Min Sik.

Itu film yang sangat keren menurutku. (Kamu harus menontonnya, ya!)

Beberapa saat usai menyelesaikan dalam menonton film, tetiba jendela kabin sebelah kiriku mendadak berubah dari gelap ke terang.

Astaga, ternyata di luar sana masih siang. Aku mencoba memainkan logika.

Jika dari Kuala Lumpur saja berangkat pukul sebelas siang, dan pesawat terbang ke arah barat, maka pesawat senantiasa mengejar matahari yang bergerak untuk tenggelam di ufuk. Itu artinya, pesawat akan selalu mendapatkan cahaya. Oleh karenanya, situasi di luar tetap masih terang”, Aku berpikir.

Lalu kenapa jendela pesawat itu beberapa jam lalu tampak gelap.

Itulah kebodohanku yang tak pernah kusadari. Adalah teknologi manipulasi bernama “Elektrokromik”. Teknologi yang mengalirkan listrik pada sebuah gel elektronik di antara dua lapisan kaca jendela pesawat sehingga menyebabkan kaca berubah menjadi gelap. Sehingga, seakan-akan kondisi di luar sana telah gelap dan menstimulasi penumpang untuk beristirahat.

Dan kenapa tetiba kaca jendela itu berubah terang….Ternyata beberapa penumpang sedang memantau sesuatu. Di bawah sana tertampil puncak-puncak gunung es yang tampak terlihat indah. Itulah puncak Revoljucii yang terletak di Tajikistan.

Tajikistan….Hmmhhh, sebentar lagi aku akan tiba di Tashkent.

Kisah Selanjutnya—->

4 thoughts on “Elektrokromik….Teknologi yang Membuatku Tampak Bodoh

Leave a Reply