Aku yang tertidur ayam tetiba terperanjat bangun ketika suara berisik alat pel lantai yang digunakan oleh seorang cleaning service terdengar jelas dari bawah bangku tempatku tertidur. Aku membuka mata dan langsung melihat penunjuk waktu digital di sebuah layar FIDS yang terpampang di pojok ruangan.
Masih saja pukul empat pagi ketika aku melihatnya.
“Sorry if what I do had disturbed your sleep”, cleaning service berperawakan Asia Selatan itu dengan sopannya membungkuk di depanku.
“Oh….No matter, brother”, aku memanggilnya demikian karena raut mukanya yang masih terlihat muda.
“Are you working here?”
“Nop….I’m just backpacking”
“I’m from Indonesia….Where are you come from brother?”,
“I’m from Blochistan….I had worked here since a year ago but the salary isn’t good here”, dia mulai bercerita tentang keadaannya bekerja di Muscat.
Dari percakapan lanjutan setelah itu, aku sungguh merasa bersyukur karena bisa bekerja di negara sendiri dan sedikit sisa dari pendapatanku bisa kugunakan untuk menjelajah dunia.
Setelah percakapan singkat itu, aku tak lagi bisa tidur. Aku hanya berkali-kali membuka itinerary dan brosur-brosur pariwisata yang kuambil saat pertama kali tiba di bandara. Aku berusaha memahami informasi dari setiap obyek wisata yang akan kukunjungi beberapa saat di depan.
Tak terasa waktu Shalat Subuh pun akhirnya tiba….
Aku tergopoh naik ke lantai atas untuk mencari keberadaan mushola. Dan aku mendapatkannya dengan mudah dan akhirnya bisa menjalankan ibadah dengan pandangan mata bergelayutan karena menahan kantuk.
Sementara itu bekal makanan yang kubeli dari Dubai telah habis kusantap sebagai makan malam. Aku yang kelaparan terpaksa harus menahan protes perut hingga menemukan sarapan di tengah kota nanti.
Usai menjalankan ibadah Shalat Subuh, aku mempersiapkan diri untuk bertolak ke pusat kota. Tujuanku kali ini adalah Daerah Ruwi yang berjarak tak kurang dari 30 kilometer di barat bandar udara. Sebuah kamar milik OYO 117 Majestic Hotel yang kupesan berada di daerah tersebut.
Tak membuang waktu…..
Aku bergegas menuju Level 0 bandara untuk mencari keberadaan bus umum bernomor 1B demi menuju ke Ruwi-Mwasalat Bus Station. Mwasalat sendiri adalah penyedia jasa transportasi publik di Muscat.
“Just wait here….The bus will come in five minutes….I will show you the bus next”, begitulah ucap seorang lelaki berperawakan kurus tinggi yang mengatur pemberangkatan setiap bus Mwasalat di bandara.






Bus itu benar-benar datang tepat lima menit seperti apa yang diucapkannya…..
Aku menaiki Mwasalat Bus bernomor 1B melalui pintu depan dan menyerahkan ongkos senilai 1 Rial ke pengemudi berbadan tambun yang mengenakan gamis putih. Setelah pengemudi itu memberikan karcis maka aku mengambil tempat duduk di bagian tengah. Dalam kondisi yang masih setengah gelap, aku telah bersiap.
Porsi besar perjalanan ini ditempuh melalui jalan tol utama kota Muscat yaitu Sultan Qaboos Street. Semakin jauh meninggalkan bandara menuju timur maka semburat fajar mulai melunturkan gelap yang sedari awal perjalanan masih angkuh berkuasa.
Dalam setengah jam, Mwasalat Bus bernomor 1B yang kunaiki telah merapat di Ruwi-Mwasalat Bus Station.
Kini aku bersiap menggeber langkah menuju selatan untuk menggapai penginapan.
Terkadang kalo denger para pekerja migran ini cerita ttg pekerjaan mereka, ternyata memang ga seluruhnya enak Yaa. Bbrp kali aku dicurhatin Ama para pekerja yg mendapat gaji juga kecil, sehingga hampir susah untuk dikirim ke keluarga :(.
Bakal jelajah kemana aja di Oman nih mas. Waktu iu pernah ngikutin IGS temen yg liburan ke sana, dan suka banget Ama kotanya. Sampe sempet kepengen DTG juga aku
Nah ituh ituh…..Kasihan aku sama mas mas yang kerja cleaning service itu…..susah banget keknya hidupnya….😭.
Ke Oman cuma mampu mengunjungi tempat wisata gratisan Mbak Fanny …Hahhah. Terutama di daerah Ruwi, Mutrah dan Wadi Kabir…..😁😁