Pesan Sponsor di Istana Maziah

<—-Kisah Sebelumnya

Buatku, mengunjungi sebuah negara akan menjadi sempurna rasanya jika mampu mengunjungi istana presiden atau rajanya. Entah kenapa istana presiden atau raja atau sultan menjadi ikon tersendiri dari sebuah negara. Oleh karenanya, jika memungkinkan aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menyambangi bangunan istimewa ini. Sudah banyak istana negara di luar sana yang kukunjungi. Istana Nurul Iman (Bandar Seri Begawan), Grand Palace (Bangkok), Istana Malacanang (Manila), Istana Negara (Kuala Lumpur), Istana Gyeongbok (Seoul), Ōsaka-jō (Osaka), Mulee-aage Palace (Maldives) dan Istana Al Alam Royal Palace (Muscat) adalah beberapa contohnya.

Begitupun dengan perjalananku ke Kuala Terengganu kali ini, aku berhasil menyempatkan diri untuk berkunjung ke istana Kesultanan Terengganu…..Ulala, akhirnya aku menambah koleksi istana lagi

Tak tanggung-tanggung, aku mengunjunginya di hari pertama, tentu karena aku takut terlewat kan……

—-****—-

Tepat setengah satu, udara masih saja menyengat, membakar kulit muka yang seinchi pun tak pernah kulindungi. Aku meninggalkan gazebo yang mulai dipenuhi warga lokal untuk menghindari panas surya. Membuat mood ku untuk menikmati pesona Sungai Terengganu tak khusyu’ lagi.

Aku beranjak pergi….

Kuputuskan menuntaskan bagian lengkungan ke arah barat dari Jalan Sultan Zainal Abidin yang beralaskan beton dengan motif pavling block. Zainal Abidin sendiri diambil dari nama Sultan Terengganu yang sedang berkuasa saat ini.

Aku tahu bahwa di sekitar Pasar Kedai Payang terdapat sebuah destinasi wisata yang terletak tepat di atas bukit.

Terkenal dengan sebutan Bukit Puteri yang menjadi titik pantau Kesultanan Terengganu terhadap serangan musuh dari arah lautan. Sedangkan nama Puteri sendiri diambil dari mitos yang konon mengisahkan tinggalnya seorang putri di atas bukit dan suka membantu masyarakat sekitar.

Tuh dia….Bukit Puteri yang sedang di renovasi.

Pintu menuju Bukit Puteri dimana ya, Cik? “, tanyaku pada seorang penjual baju di bawah bukit.

Tertutup, Abang, sedang menjalani pengubahsuaian”, jawabnya lembut sambil menyisipkan senyuman manis…..Duhhhh.

Hmmhhh, mau bagaimana lagi….tak tercoretlah Bukit Puteri dari bucket list Terengganuku.

Masih dibawah sengatan surya yang semakin menjadi, aku bergegas menjauhi kaki Bukit Puteri untuk melanjutkan eksplorasi.

Karena sesungguhnya Bukit Puteri adalah bagian dari pertahanan Kesultanan Terengganu di tahun 1800-an, maka keberadaan istana kesultanan pasti tak bakal jauh dari bukit itu. Benar saja, dua ratus meter kemudian aku menemukan gerbang istana….Istana Maziah namanya.

Tanpa ragu, aku memasuk gerbang empat pilar kembar dengan lambang kesultanan di tengahnya. Lambang itu berwarna keemasan, berpuncakkan mahkota perlambang kedaulatan, di tengahnya tersemat keris pedang bersilang penanda senjata khas kesultanan, diapit dua kitab utama yaitu hukum kesultanan dan Al Qur’an serta belitan selampai sebagai penanda kebesaran kesultanan.

Suasana sunyi di depan kesultanan membuatku leluasa menikmati istana Kesultanan Terengganu dari taman luarnya. Taman berjuluk Padang Maziah itu lebih dari cukup bagiku untuk mendapatkan suaka dari ancaman surya.

Sedikit memakan waktu lama untuk bisa menikmati istana ini karena aku harus disibukkan dengan beberapa pesan sponsor. Yupz, sponsor yang tentunya sedikit banyak turut meringankan biaya perjalanan kali ini. Bergelut dengan tripod mini, membuatku tampak sibuk di depan gerbang istana. Berharap tak ada penjaga yang mengusirku ketika melakukan “aktivitas bisnis” itu.

Setengah jam kemudian, aku baru benar-benar bisa menikmati keindahan bangunan istana dari Padang Maziah. Mengambil tempat duduk di bawah naungan pohon-pohon besar yang tumbuh di sekitar taman, aku menghabiskan waktu tengah hariku di tempat istimewa itu.

Gerbang Istana Maziah.
Halo RICH….
Ntuh istananya….
Padang Maziah.
Adem, kan……

Beberapa pasangan muda-mudi tampak keluar masuk area taman hanya untuk mengabadikan diri di tempat-tempat ikonik di sekitar istana. Membuatku merasa tak sendirian. Aku memang sengaja berlama-lama di Padang Maziah demi menunggu matahari tergelincir dari titik tertingginya, berhubung tujuanku berikutnya adalah tempat terbuka yang letaknya persis di pantai utara Malaysia.

Ah rezeqi memang tak kemana, tak pernah menyangka aku bisa menjelajah hingga panturanya Malaysia….Tak pernah terfikirkan sebelumnya.

Hmmhh….Ngemeng-ngemeng, duduk di taman yang sejuk seperti itu membuat mataku menjadi berat demi menahan kantuk……#butuhsandarannih….Pohon mana pohon.

Kisah Selanjutnya—->

8 thoughts on “Pesan Sponsor di Istana Maziah

Leave a Reply