“Get off here and walk straight there. I will wait here for maximum 2 hours”, ucap pengemudi taxi sewa harian setelah meludahkan kunyahan sirih keluar jendela. Bekas ludahan sirih terlihat merata di area parkir kendaraan memang….Menyedihkan.


Tak menyiakan waktu, Aku segera menyelinap ke antrian pengunjung untuk membeli tiket masuk. Tak lama….Tak lebih dari 10 menit, tiket sudah digenggaman.
Aku tenggelam dalam keangkuhan julangan Benteng Merah. Benteng kota itu sungguh tinggi seakan mengawasi setiap gerik langkah orang yang mendekatinya. Kota Mughal seolah menjadi kota teraman di dunia dengan ketebalan dinding yang melingkarnya



Layaknya benteng pertahanan, aku harus menyeberang kanal melalui sebuah jembatan yang menghubungkan jalanan utama kota Agra dan gerbang benteng itu sendiri. Memasukinya, setiap jalur kota di sisi dalam benteng harus dilalui dalam hapitan dinding yang perlahan berubah dari menyeramkan menjadi menyamankan.


UNESCO World Heritage Site yang berusia 4,5 abad ini adalah tempat tinggal seluruh anggota keluarga kerajaan Mughal. Benteng Merah otomatis berhenti berfungsi ketika ibukota kerajaan Mughal berpindah ke Delhi. Agra Fort sendiri terprakarsa dibangun karena terjadinya beberapa kali peperangan antar beberapa kerajaan yang ada di sekitar Hindustan hingga daerah Afghan.
Lalu….Kelicikanku mulai menguasai diri ketika intuisi “gratisan” menuntunku untuk mengekori langkah seorang tour guide yang sedang membawa turis-turis asal Tiongkok. Setiap penjelasan yang keluar dari bibirnya coba kucermati dan pahami. Beberapa turis mengernyitkan dahi ketika aku ketahuan sedang menguping, mereka sadar bahwa aku adalah penyusup dalam kelompoknya.

Satu hiburan yang menarik adalah ketika aku disodori sejumput bubuk kuning oleh seorang bapak tua. Aku bingung kenapa?. Ternyata beberapa detik kemudian tupai-tupai kecil naik ke tanganku dan memakan bubuk itu. Baru kulihat ada tupai super jinak seperti itu.



Kemudian langkah mengantarku memasuki bangunan putih berjuluk Khas Mahal yang merupakan istana pribadi sang raja. Bangunan ini terbuat dari marmer dengan lukisan-lukisan indah di dalamnya.


Tak jauh dari Khas Mahal, terlihat bangunan dua lantai berwarna putih dengan taman luas di depan pekarangannya. Bagian ini diberi nama Anguri Bagh.
Anguri Baghh berarti “The Grape Garden” yang merupakan taman pribadi milik anggota kerajaan perempuan.



Dan bagian terakhir yang kukunjungi adalah Jahangiri Mahal (sering disebut juga Jahangiri Palace). Inilah jantungnya Agra Fort. Istana megah yang diperuntukkan sebagai tempat tinggal istri raja.

Singkat kata dan singkat langkah kemudian….Aku buru-buru ke stasiun Agra Cantt. Ditunggu kereta menuju New Delhi.
Keren bangunannya …
Bener….. Aku juga kagum sedari tiba. Kaya di film film itu ya bentengnya. Orang India kalau bikin bangunan jago banget.
Suka banget sama yg Khas Mahal! Keliatannya detail banget ukirannya
Sepertinya Raja Mughal yang paling punya cita rasa tinggi dan juga paling romantis adalah Shah Jahan. Itu Khas Mahal yang merenovasi dengan marmer putih adalah Shah Jahan. Bangunan Khas Mahal sebelumnya menurut cerita tak secantik yang sekarang ada.
Ini sih jauh lebih megah ketimbang rumahnya Tuan Thakur 😀
Btw, itu Taj Mahal keren banget tampak dari jauh, Mas.
Agra Fort sangat menonjol dibanding peninggalan sejarah lainnya mas. Very unique
Pantesan orang bisa lama-lama di Agra ini ya Mas 😀
Yes, you must try it.