Buseet….Dikejar pengemis cilik yang tak terima karena cuma kukasih sebungkus beng-beng coklat yang kubawa dari Jakarta sejak seminggu lalu. “No….I need money”, katanya sembari terus mengintili aku dari belakang. Bahkan ketika aku membongkar isi backpack untuk mengontrol apakah ada benda-benda mencurigakan masuk setelah seharian kutaruh tas itu di bagasi taxi, si bocah tetap berdiri sembari mengoceh tak henti-henti di depanku yang sedang berjongkok di pojok stasiun untuk merapikan kembali backpack yang sudah acak-acakan. “Hi Boy….I don’t have much money….Sorry”, Aku menjarakkan mukaku hanya sejengkal dari mukanya. Dia hanya meliuk-liukkan leher sambil memperlihatakan gigi kelincinya.
Tepat jam 17:00, aku melewati metal detector stasiun Agra Cantt dengan mulus walau polisi berkumis melintir itu terus memandangku aneh. Selangkah kemudian aku menuju platform dan mencari informasi keberangkatan Taj Express 12279 di LCD board sederhana. Tertera suhu di angka 12 derajat….”Mulai mendingin”, batinku….”Delay”, otakku merekam informasi. Padahal seharusnya aku sudah meninggalkan kota Agra pada jam 18:40.
Tiket kelas CC (Chair Car) yang harga tiketnya hanya Rp. 51.000 tentu tak berakses menuju station lounge yang menawarkan udara hangat dan makanan enak didalamnya. Menyedihkan, aku tercecer bersama penumpang kasta bawah di sepanjang platform yang semakin dingin mengikuti putaran jarum jam stasiun Agra Cantt.

Semakin lama berdiam duduk maka jari-jari tanganku mulai kebas. Sial….Aku salah perbekalan, jaketku kurang tebal. Terkadang toilet menjadi tempat hinggap sementara untuk menolak beku. Tapi itu tak bisa lama, toilet berbayar itu menebar bau pesing kemana-mana.

Aku tak mampu menyembunyikan panik ketika suhu menyentuh 7 derajat. Kaos kakiku tembus dan perlahan membasah membuatku seperti merendam kaki di air es. Sedangkan t-shirt rangkap 3 dibawah jaket tak mampu menangkap panas tubuh….Aku mulai merinding ringan di tengah malam.

Perlawanan menggunakan secangkir kecil chai (teh tarik) dan setangkup burger asongan tak bertahan lama. Akhirnya aku hanya terus bergerak untuk mengatasi dingin.
Taj Express baru merapat sekitar pukul 1:30 dinihari. Gembira bukan kepalang aku memasuki gerbong, tapi harapanku sirna ketika tak merasakan perubahan suhu ketika 5 menit duduk di bangkunya. Pantesan….Ternyata ada celah kecil di semua jendela gerbong yang memasukkan udara dingin kedalam. Walah….alamat.

Lebih menjengkelkan lagi, kereta ini benar-benar tak bergerak hampir 40 menit setelah tiba. Kini kondisi di dalam gerbong menjadi tak ada bedanya dengan kondisi di platform. Sementara penumpang lokal sudah tertidur bertutup rapat selimut, sementara aku masih sibuk melawan udara yang semakin mengancam. Aku mulai kefikiran tentang hypothermia. Benih kepanikan mulai tumbuh di otakku.

Aku sudah tak peduli lagi walau kereta terus melaju mendekati New Delhi secara perlahan. Aku benar-benar terduduk meringkuk terengah-engah. Kukunyah burger tersisa untuk membantu menghasilkan panas tubuh sehingga memperpanjang asaku menaklukkan dingin.
Semakin masinis menaikkan kecepatan kereta maka aku semakin tak bisa bergerak. Aku seperti tak punya harapan, meringkuk kaku memeluk backpack sepanjang perjalanan. Hanya do’a senjata terakhir yang kumiliki. Di suhu 3 derajat Celcius dan entah telapak kaki bisa basah, telapak tangan mengkerut pucat dan bibir menggeretak, aku seperti susah sekali menghirup nafas.
3 jam 10 menit aku benar-benar bak patung hingga akhirnya sekonyong-konyong aku sanggup melompat dari bangku dan memastikan apa yang kulihat di seberang jendela. Ya….Itu kereta Metro Delhi….Aku sampai. Oh, Belum….masih setengah jam lagi baru benar-benar tiba. Setengah jam terakhir yang membuatku bisa tersenyum tipis untuk segera memasuki stasiun Hazrat Nizamuddin di kota New Delhi.
Selamat tinggal Agra dan selamat datang New Delhi
Terimakasih Tuhan.
Cari tiket kereta dari Agra ke New Delhi melalui 12go Asia. Berikutnya linknya: https://12go.asia/?z=3283832
Episode yang menegangkan,,, hipotermia yang sangat tidak bersahabat.
Kalau inget peristiwa ini, seolah enggan masuk ke negara empat musim.. Tapi kok ya malah ketagihan berkunjung….. Ini namanya anomali traveling 😁😁😁
Anomali traveling he he he,… Yang pasti karena dirimu suka tantangan makanya ketagihan.
Hahahaha… Traveling ke tempat asing itu selalu menghadirkan kejutan. Itulah yg bikin nagih.. Bak nunggu dapat lotre atau doorprize
Iya sih,,, tapi kalau dapat yang ekstrim begitu kacau juga, seperti episode kali ini.
Karena nyawa bisa jadi taruhan🤭🤔
Hahahaha. Bener….Jangan kayak cowboy…. Mengerikan… Harus diperhitungkan matang matang
Your translator does not offer English. I cannot read your blog.
My follower always say the same with you. I don’t know what happen with my translator. Don’t worry, all of my articles have english version. Just wait, Sir.
Dingin banget itu sampai kabutnya tebel begitu. Btw, ini kelanjutan episode gagal melihat Taj Mahal secara utuh itu kan, Mas? Emangnya bulan apa waktu itu sampai-sampai dinginnya menjadi-jadi? Hahaha
Yup…ini kelabu di Januari. Mau nyoba?…apa perlu tak pinjemin jakey?…hahaha
Owalah… Tak liat-liat lagi di maps, ternyata posisinya di Agra itu di utara. Pantes dinginnya kayak gitu bulan Januari hahaha…
No, tengkyu. Mending pas musim semi aja. Hahaha
Nah betul….musim semi lebih indah….cuma aku tak pernah bisa berlibur di musim semi karena lagi high season di kantor….biasa Sales, mas….hahaha