Phi Phi Viewpoint 2: Terhenti di Titik Tertinggi

<—-Kisah Sebelumnya

Melipir dari sisi barat kantin, jalur eksplorasi mengarahkanku menuju ke tengah pulau. Aku sangat beruntung karena jalur yang kulalui siang itu dipenuhi oleh pepohonan, sehingga bisa memberikan naungan yang baik dari teriknya matahari.

Jalur yang kutempuh memiliki elevasi yang tak begitu curam tetapi tetap konsisten menanjak, membuatku terengah-engah dan akhirnya memaksaku untuk rehat sejenak di sebuah batu besar, tepat di bawah pohon yang sangat rindang.

Hayo….Kamu berani ga sendirian?

Sepuluh menit lamanya aku terduduk mengatur nafas untuk kemudian kembali berjibaku dengan jalur setapak yang semakin menanjak. Aku terus waspada mengikuti beberapa signboard mini yang mengarahkan setiap wisatawan ke tujuan akhir. Aku harus jeli mencari petunjuk-petunjuk berukuran kecil yang beberapa tampak tersembunyi karena tertutup daun.

Satu lagi yang menjadi perhatian penting adalah menghindari berjalan kaki tepat di bawah pohon kelapa yang sedang berbuah. Angin yang berhembus kencang membuatku khawatir apabila kejatuhan buah kelapa….Ouchhh, ngeri kali.

Sekali waktu aku melintas di bawah menara BTS (Base Transceiver Station) yang diletakkan di salah satu sisi pulau bagian dalam.

Oh, ini toh menara yang menjamin penduduk pulau dan wisatawan mudah dalam mengakses internet”, aku memandangi menara yang tinggi menjulang di hadapan.

Lebih dari setengah kilometer menaklukkan tanjakan, langkah kaki mengantarkanku tepat berada di bawah tebing Phi Phi Viewpoint 2. Aku yang terhenti kembali karena kehabisan nafas, memandang lekat ke atas bukit dimana sangat jelas sekali tampak beberapa turis sedang bersuka ria dan berfoto pada spot yang disediakan pengelola wisata. Pastinya itu adalah spot terbaik di bukit itu.

Melihat sepasang turis menuruni bukit dari sisi timur, membuatku mengambil kesimpulan bahwa akses masuk menuju puncak bukit tentunya berada di sisi yang lain….Ya, akses masuk itu berada di sisi barat.

Aku kembali mengayunkan langkah ketika diri sendiri merasa malu karena seorang wisatawan pria berumur tua melenggang ringan saja melewatiku.

Aku menguntitnya dari belakang untuk kemudian benar-benar tiba di atas bukit.

Hampir pukul satu siang ketika aku benar-benar berada di titik terbaik, sebidang papan kayu yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk luasan bujur sangkar yang lapang dan bisa menampung banyak wisatawan untuk berfoto secara bersamaan.

Ketika banyak wisatawan berebut untuk berfoto berlatarkan pemandangan Phi Phi Islands yang sangat indah di kejauhan, aku lebih asyik berdiam, mematung dan tersenyum khusyu’ memandangi panorama itu. Dataran rendah Phi Phi Islands tergambar utuh jauh di bawah, menampilkan gradasi warna laut yang luar biasa, dari hijau, biru muda dan biru tua dengan padu padan putihnya warna pasir di sepanjang garis pantai. Seakan kaki tak mau beranjak lagi dari titik itu.

Phi Phi Islands di kejauhan.

Hanya lapar yang akhirnya mampu mengganggu konsentrasiku menikmati pemandangan indah itu. Aku memutuskan untuk menuju kantin di belakang titik pandang. Memasuki kantin, aku langsung menuju rak etalase dan mengambil satu kemasan cup noodle berlogo halal dan satu kaleng minuman berkarbonasi.

How much, Sir?”, aku menunjukkan dua makanan dan minuman kemasan itu kepada pria yang sabar menungguiku berbelanja

Eighty Baht, Sir”, dia menjawab cepat.

Aku menyerahkan cup noodle kepadanya dan dia dengan gesit menyeduhnya dengan air panas. Sewaktu kemudian aku membawanya keluar kantin dan aku duduk di atas batu besar yang dinaungi pohon besar nan rindang, lalu aku menyantapnya pelan-pelan sembari menikmati pesona dan keindahan Phi Phi Islands.

Setengah jam lamanya aku menikmati hidangan sederhana itu untuk kemudian aku memutuskan untuk melanjutkan eksplorasi taman di sekitar viewpoint. Dari eksplorasi itu, aku melihat keberadaan satu resto lagi di sisi timur bukit yang tampak lebih sepi.

Kantin di Phi Phi Viewpoint 2.
Menu makan siangku.
Lihatlah mendung itu !….Bersiap huan turun.

Ketika sedang asyiknya menikmati taman, tanpa diduga, hujan pun turun dengan lebat, membuatku terpaksa untuk berlari menuju kantin dan berteduh di dalamnya.

Langkahku untuk sementara dihentikan oleh hujan di sebuah kedai yang terletak di titik tertinggi Phi Phi Islands.

Kisah Selanjutnya—->