Jasa Juru Mudi di Klenteng Sam Poo Kong

<—-Kisah Sebelumnya

Semarang pantas berterimakasih pada nahkoda Ong Keng Hong karena mengalami sakit keras. Sebab sakitnyalah, dia harus berlabuh dan memilih untuk ditinggalkan rombongan ekspedisi di Bukit Simongan. Laksamana Zheng He masih bermurah hati dengan mengutus beberapa prajurit untuk menemani dan merawat nahkodanya di Semarang. Kemudian di suatu masa, di sekitar Abad XV, Ong Keng Hong inilah yang mensyi’arkan Islam dan mendirikan Goa Gedung Batu yang merupakan cikal bakal berdirinya Klenteng Sam Poo Kong di era modern….Oh ya, konon Ong Keng Hong ini menahkodai kapal raksasa sepanjang 130 m dan lebar 55 m dengan 9 tiang layar. Beriringan bersama 299 kapal lainnya dalam sebuah ekspedisi agung.

Sore itu, jarum jam menunjukkan pukul 15:30, pertanda bahwa tugasku mengawal pelatihan sudah rampung. Setelah mengepak setiap peralatan penting untuk digunakan kembali pada pelatihan hari kedua esok hari, aku tak menuju hotel, melainkan berniat mengeksplorasi di daerah Bongsari.

Momen penutupan pelatihan….Tak sabar untuk segera bereksplosi.

Karena nanti malam aku harus menjamu kolega-kolega penting untuk makan malam bersama maka sang tuan rumah berbaik hati mengantarkan aku dan Pak Muchlis menuju destinasi yang kumaksud. Tak lama kemudian aku tiba di Klenteng Sam Poo Kong. Duduk sejenak di pelataran parkir di gerbang utara klenteng, hatiku terus tertelisik, ada sejarah apakah di dalam sana?.

Menebus tiket sebesar Rp. 27.000, aku mulai memasukinya.

Gerbang kuil.

Sepertinya klenteng ini memang sangat siap menjadi sebuah obyek wisata, berbagai papan petunjuk arah sangat lengkap di letakkan di beberapa posisi strategis, beberapa titik terbaik untuk pengambilan photo juga sudah di tandai dengan detailnya.

Mas Donny, aku duduk sini ae lah, mau minum es sama udut, kesel aku mas. Sampeyan keliling dhewe wae yo!”, ujar Pak Muchlis meringis sambil memijit-mijit betisnya. Dia lebih tertarik sama jus jeruk dan duduk di rest area.

Rest Area.

Aku menyisir dari sisi utara, melewati sebuah pendopo joglo yang sebagian ruangnya dimanfaatkan pedagang untuk berniaga souvenir, sedangkan tepat di depannya terdapat sebuah posko kesehatan dengan dasar dinding berwarna kuning. Sementara di pelataran klenteng yang sangat luas berdiri dua patung singa emas pembawa bola dunia dan anak singa serta dua patung putih penjaga Yin dan Yang.

Pendopo Joglo.
Posko Kesehatan.
Patung penjaga dan pemegang tanda Yin (bulan) dan Yang (matahari).

Mulai kulangkahkan kaki memasuki bagian klenteng satu per satu. Aku memasuki klenteng dengan tiga puluh enam tiang penyangga dan beratap dua susun. Di bagian depannya dijaga oleh dua singa berwarna emas dan delapan Dewa-Dewi. Inilah klenteng pemujaan Thao Tee Kong (Dewa Bumi) untuk memohon berkah dan keselamatan hidup.

Klenteng Dewa Bumi.

Bersebelahan di sisi selatan, terletaklah  Klenteng Juru Mudi. Klenteng ini tentu didedikasikan untuk mendiang Ong Keng Hong, Sang nahkoda yang melakukan syi’ar di Semarang. Berukuran lebih kecil, klenteng ini didirikan dengan enam belas tiang penyangga yang dua diantaranya berwarna coklat, berukir naga dan terletak tepat di pintu masuk. Dijaga oleh patung singa berwarna hijau dan dua Dewa di pelatarannya.

Klenteng Juru Mudi.

Tibalah aku di bangunan utama dalam kompleks peribadatan teruntuk pemeluk Tridharma (Taoisme, Buddhisme, dan Konfusianisme). Adalah Klenteng Sam Poo Kong yang berdiri kokoh dengan sembilan puluh tiang dan beratap tiga susun.

Aku berhasil memasuki klenteng ini. Tapi melakukan kesalahan besar dengan memotret lokasi peribadatan yang terlarang. Aku dimarahi sejadi-jadinya oleh petugas klenteng. Maafkan aku pak, aku tak melihat ada gambar kamera tercoret garis merah di dekat tiang tengah.

Di belakang klenteng utama ini terdapat sepuluh relief yang mengisahkan kejadian-kejadian penting dalam pelayaran Laksamana Zheng He, atau kita lebih akrab memanggilnya Laksamana Cheng Ho. Beberapa orang memanggilnya San Poo Tay Djien.

Diantara kisahnya adalah dihadiahinya Laksamana Zheng He beberapa ekor jerapah oleh Raja Hulumosi dari Iran, menumpas pemberontakan Iskandar di kerajaan Samudra Pasai, seratus tujuh puluh prajuritnya gugur dalam mengatasi perang saudara antara Wikramawardhana (Raja Barat Jawa) dan Wirabumi (Raja Timur Jawa), menumpas lima ribu bajak laut pimpinan Chen Zhu Yi di Palembang, mengatasi konflik antara Malaka (Malaysia) dan Siam (Thailand), kisah awal keberangkatan ekspedisi yang dipimpinnya dari Liu Jia Gang, mengawal putri Han Li Bao untuk dipersunting raja Malaysia (Sultan Mansyur Syah), hingga menyelamtkan Duta Besar China yang hilang di Indonesia….Wah, keren ya kisah Laksamana yang satu ini.

Relief di belakang klenteng utama. Cerita disampaikan dalam tiga bahasa yaitu Inggris, Indonesia dan China.
Patung perunggu Laksamana Zheng He setinggi 12 meter dan Klenteng Sam Poo Kong.
Pintu Gerbang Selatan di belakang patung Laksamana Zheng He.

Hari semakin gelap, lampu warna-warni mulai dinyalakan. Aku telah tiba di ujung eksplorasi klenteng ini. Aku menyempatkan duduk di sebuah bangunan yang berfungsi sebagai tempat pertunjukan yang di deret anak tangganya berdiri patung-patung prajurit yang dibawa Laksamana Zheng He.

Panggung untuk tempat pertunjukan.
Patung-patung prajurit Laksamana Cheng  Ho.

Untuk para pengunjung yang ingin berfoto menggunakan kostum semasa Laksamana Zheng He, mereka bisa menyewanya di tempat persewaan di foto kostum.

Foto Kostum.

Itulah kisah kunjunganku di Klenteng Sam Poo Kong, klenteng penuh sejarah dan penutur kisah perjuangan segenap awak kapal yang dikomandani oleh Laksamana Zheng He.

Kisah Selanjutnya—->

Helmsman Service at Sam Poo Kong Temple

Semarang deserves to thank to Helmsman Ong Keng Hong for gotting a serious illness. Because of his illness, he had to anchor and chose to be left by expedition group at Simongan Hill. Admiral Zheng He was still generous in sending several soldiers to accompany and care for his Helmsman in Semarang. Then at one time, around the XV century, Ong Keng Hong was the figure who spread Islam and founded Gedung Batu Cave which was the forerunner to establishment of Sam Poo Kong Temple in the modern era….Oh yes, it was said that Ong Keng Hong controlled a giant ship along 130 m in wide and 55 m in wide with 9 masts. Accompanied by 299 other ships on a grand expedition.

That afternoon, clock showed 3:30 p.m., a sign that my duty to guard the training was complete. After packing every essential equipment for re-used on second day training tomorrow, I didn’t directly go to hotel, but intended to explore Bongsari area.

The training closing moment….Couldn’t wait to get started the exploration.

Because tonight I had to entertain important colleagues for dinner together, the training host was kind enough to take Mr. Muchlis and me to the destination which I meant. Soon, I arrived at Sam Poo Kong Temple. Sitting for a moment in parking lot at temple north gate, my heart kept pounding, what history was inside?

Redeemed a ticket of USD 2, I started to enter it.

Temple north gate.

It seemed that this pagoda was indeed very ready to become a tourist attraction, various directional signs were very complete and placed in several strategic positions, some of the best points for taking photos had also been marked in detail.

Donny, I’m sitting here, yes. I want to drink ice and smoked. I’m very tired. You can go around by yourself, yes!”, Said Mr. Muchlis, grimacing while massaging his calf. He was more interested in orange juice and sitting in rest area.

Rest Area.

I combed from north side, past a joglo (typical roof shape is Central Java) pavilion where its space part was used by traders to trade souvenirs, while right in front of it is a health post with a yellow wall. Meanwhile, in very large temple courtyard, there were two statues of a golden lion which carrying a globe and a lion cub as well as two white statues of Yin and Yang guardians.

Joglo pavilion.
Health post.
Yin (moon) and Yang (sun) guardians.

I started to walking into temple parts one by one. I entered a temple with thirty-six pillars and two stacks of roof. At its front was guarded by two golden lions and eight deities. This is worship temple of Thao Tee Kong (God of Earth) to asking for blessings and life safety.

Earth God Temple.

Next to the south side, lied the Helmsman Temple. Of course, this temple was dedicated to Ong Keng Hong, the helmsman who spread Islam in Semarang. Smaller in size, this temple was built with sixteen pillars, two of which were brown, with dragon carve and located right at the entrance. Guarded by a green lion statue and two gods in the courtyard.

Helmsman Temple.

I arrived at the main building in a prayer complex for the Tridharma (Taoism, Buddhism, and Confucianism). It was Sam Poo Kong Temple which firmly stood with ninety pillars and had a three-tiered roof.

I managed to enter this temple. But I made a big mistake by photographing worship area which was forbidden. Temple staff scolded me. I was sorry, Sir, I didn’t see a camera image with red cross near the center pole.

Behind this main temple were ten reliefs which tell important events during Admiral Zheng He’s expedition, or we was more familiar to called him as Admiral Cheng Ho. Some people call him as San Poo Tay Djien.

Among the stories, Admiral Zheng He was rewarded with several giraffes by King Hulumosi from Iran, crushing Iskandar’s rebellion in Samudra Pasai Kingdom, one hundred and seventy of his soldiers died in overcoming a civil war between Wikramawardhana (King of West Java) and Wirabumi (King of East Java), crushing five thousands of pirates who led by Chen Zhu Yi in Palembang, overcoming the conflict between Malacca (Malaysia) and Siam (Thailand), early departure story of expedition which he led from Liu Jia Gang, escorting Princess Han Li Bao to be married to Malaysia King (Sultan Mansyur Syah), until save the missing China ambassador in Indonesia… Wow, those were cool of this Admiral’s story.

Reliefs behind the main temple. The stories were told in three languages, i.e. English, Indonesian and Chinese.
12 meters tall bronze statue of Admiral Zheng He and Sam Poo Kong Temple.
South gate behind the Admiral Zheng He statue.

It was getting darker, colorful lights began to be lit. I have arrived at the end of this temple exploration. I took the time to sit in a building which served as a performance venue, where in rows of steps stood soldier statues who Admiral Zheng He brought.

Stage for show.
Admiral Cheng Ho’s warrior statues.

For visitors who wanted to take pictures with wearing costumes which using in Admiral Zheng He era, they could rent it at costume photo rental shop.

Costume Photo.

That was my visit story at Sam Poo Kong Temple, a full of history temple and telling about entire crew under Admiral Zheng He command.