Air Asia QZ 206 Jakarta-Kuala Lumpur: Menolong Wanita Paruh Baya

<—-Kisah Sebelumnya

Usai menunaikan ibadah shalat dengan menjamak Maghrib dan Isya di sebuah mushola milik Terminal 3 Existing, aku menuju Gate 3 dan memutuskan untuk menunggu penerbangan di salah satu bangku sembari mengisi daya telepon pintarku.

A, ini tujuan Kuala Lumpur, ya?”, seorang perempuan paruh baya tetiba bertanya dan duduk di sebelahku.

Iya, Ibu….Boleh lihat tiket Ibu?”, aku menyidik ingin tahu. “QZ 206….Iya Ibu ini benar ke KL”.

Oh berarti saya ga nyasar ya, A?…Ini pertama kali saya akan bekerja di Brunei”, dia bercerita dengan sendirinya.

 “Loh, Ibu transit?”, aku terhenyak

Iya….Nanti di KL saya harus bagaimana ya, A?”, dia menunjukkan kecemasan.

Ga usah khawatir, Ibu, nanti ibu masuk ke tranfer hall saja di Kuala Lumpur, nanti saya tunjukkan, bu”, aku menenangkan.

Aa juga ke ruangan transit ya?”, dia kembali bertanya tentang rencanaku.

Saya memang transit Ibu, tapi saya mau keluar imigrasi dahulu karena penerbangan saya berikutnya berangkat dari Terminal 1, sedangkan kita akan turum di Terminal 2, Bu”, aku menjelaskan dengan cara yang mudah dipahami.

Oh begitu ya, A”, wajah ibu tersebut masih meyimpan kecemasan.

Lama bercakap-cakap, akhirnya panggilan untuk boarding benar-benar tiba. Mengantrilah aku di depan Gate 3 sembari menjaga ibu tersebut yang kuminta mengantri di depanku.

Beberapa saat kemudian aku tiba juga di kabin pesawat. Aku merangsek ke dalam demi mencari bangku bernomor 3B. Aku duduk di bangku tengah dan diapit oleh dua penumpang pria berkewarganegaraan Malaysia.

Duduk di barisan depan membuatku bisa memperhatikan awak kabin mempersiapkan segala sesuatu di cabin kitchen. Aku sesekali mengarahkan pandangan ke beberapa wajah para pramugari yang memamerkan face painting, mereka tampak lebih cantik dan elegan.

Pemandangan apron Terminal 3 Soetta.
Memasuki pintu kabin Air Asia QZ 206.
Sistem acak pemilihan free seat membuatku duduk ke baris depan….Nikmati saja lah ya.

Di sisi lain, sesaat aku merasa terharu karena malam itulah pertama kalinya, aku menaiki pesawat menuju ke luar negeri setelah sekian lama dunia dihantam badai pandemi COVID-19. Sedangkan rasa lain yang tersimpan di hati adalah kekhawatiran tentang keberadaanku di Kuala Lumpur International Airport jika pesawat sudah mendarat beberapa waktu kemudian.

Pertanyaan-pertanyaan dalam hati mulai muncul….Apakah aku akan mendapatkan masalah terkait dengan pembatasan mobilitas di sana, apakah ada hambatan lain terkait prosedur kesehatan, atau kekhawatiran lain yang merupakan akumulasi dari overthinkingku sendiri.

Aku berusaha melawan semua rasa itu selama penerbangan….Perlahan aku harus mengumpulkan keberanian demi perjalanan panjangku yang sudah ada di depan mata.

Malam itu perjalanan menuju Kuala Lumpur berlangsung mulus tanpa turbulensi berarti. Airbus A320-200 menembus langit malam selama dua jam lebih tanpa hambatan berarti.

Mendekati titik akhir penerbangan….

Hatiku berdebar ketika sang pilot menyampaikan perintah kepada awak kabin untuk bersiap melakukan pendaratan.

Saatnya untuk memulai petualangan lagi di negeri orang”, aku menguatkan hati.

Sesaat kemudian….

Bunyi khas ketika roda raksasa dikeluarkan dari badan pesawat mulai terdengar, goyangan kecil kiri-kanan untuk menyeimbangkan badan pesawat mulai terasa dan akhirnya hentakan roda di landas pacu terdengar, pesawat sudah berada di runway Kuala Lumpur Internatioanal Airport Terminal 2 dan berlanjut melakukan taxiing demi menghantikan pesawat di salah satu sisi apron.

Sejenak aku mengintip ke jendela pesawat dan memperhatikan lekuk-lekuk indah bangunan bandara yang sudah lama sekali tidak kukunjungi.

Aku merindukan pemandangan ini setelah terjeda tiga tahun lamanya.
KLIA2….You are so beautiful.

Tetapi kemudian aku teringat sesuatu….aku reflek menoleh….menengok dua bangku ke belakang….Ya, Ibu paruh baya itu….Aku harus menolongnya…..

Kisah Selanjutnya—->

2 thoughts on “Air Asia QZ 206 Jakarta-Kuala Lumpur: Menolong Wanita Paruh Baya

Leave a Reply