Penantian panjang untuk hadir di pesisir Fort Kochi lunas sudah. Dalam satu lompatan menuruni KURTC Bus warna oranye membuatku benar-benar berdiri di kota yang dibangun di atas hutan bakau itu. Sejenak aku berdiri mematung menilik sekitar, beradaptasi cepat dengan riuhnya pelancong di destinasi tersohor di Negara Bagian Kerala itu.
Mulai beranjak dari sebuah sudut KB Jacob Road, kini aku menyejajari Kochi Corporation Zonal Office, sebuah kantor pemerintah yang bertugas mengelola Kota Fort Kochi yang berkepadatan tujuh ratus ribu jiwa.
Hari itu masih Kamis….Entah kenapa?….Saat tengah hari, kantor pemerintah dua lantai berdinding warna krem itu gerbang depannya tertutup rapat. Berhasil membuatku berpaling muka dan kembali menatap lurus bentangan KB Jacob Road yang tegak lurus dengan garis pantai.
Siang itu aku tak akan merunut sebuah agenda terstruktur. Tanpa itinerary, akan kubiarkan kakiku melangkah sesukanya menikmati pesona Fort Kochi.
Baru saja melangkah….Bak tak serasa di kawasan pantai, itu karena jalanan Fort Kochi menyajikan suasana rindang dengan hiasan pokok-pokok tua yang menaungi sepanjangnya. Bahkan pavling block dipilih sebagai alas jalanan yang tersusun dengan sangat rapi.
Ditambah dengan keramaian para pelancong lokal dan mancanegara membuatku merasa tak begitu kesepian walau berada jauh dari rumah. Toh banyak bule yang tampak berjalan sendirian layaknya solo traveler sepertiku.
Baru menginjakkan kaki beberapa langkah di jalanan Fort Kochi, hatiku terkagum karena aku seperti dibawa ke masa lampau disaat menyaksikan model bus-bus lokal yang mengetem berburu penumpang di sepanjang sisi jalan. Bus-bus itu seakan didatangkan dari masa lalu….Jadoel, tapi justru membuat suasanan kota menjadi lebih klasik.


Menuju destinasi pertama, aku memutuskan menepi ke bibir pantai. Dari foto-foto wisata Fort Kochi yang sering kutemukan di laman mesin pencari, chinese fishing nets selalu menjadi yang tersering muncul di laman itu. Kini, aku ingin mencari keberadaannya, jika beruntung aku akan melihat dari dekat aktifitas para nelayan India di sekitarnya.
Bibir pantai tak lagi jauh, hanya tiga puluh meter saja menyejajari River Road yang sedang kulintasi. Aku segera keluar dari arus jalanan dan memutuskan segera merapat ke sana. Dalam sekian langkah aku tiba di tepian pantai dan sejauh mata memandang hamparan biru Pantai Malabar cukup memanjakan mata.
Pemandangan cantik itu dibubuhi dengan rutinitas para nelayan di sepanjang pantai. Sekelompok nelayan tampak bersantai menikmati kopi di sebuah kedai, sekelompok yang lain tampak sekedar berteduh dan berlindung dari panasnya surya serta beberapa yang lain tampak sibuk mendaratkan perahu dan membongkar muatan hasil melautnya untuk kemudian muatan itu dipindahkan ke tong pendingin.
Pemandangan lain di tepian pantai adalah kesibukan beberapa kelompok kecil nelayan yang menangkap ikan menggunakan chinese fishing nets…Nelayan kita menyebut alat ini sebagai anco atau tangkul. Karena diinstalasi di bibir pantai, maka hasil tangkapan dari pengoperasian alat tangkap itu kebanyakan berupa ikan berukuran kecil.




Ikan-ikan segar dan besar hasil melaut tampak langsung diangkut menggunakan kendaraan-kendaraan pick up untuk dibawa keluar dari area pantai. Sedangkan beberapa ikan berukuran sedang dan kecil tampak langsung di jual di lapak-lapak ikan di sepanjang pantai.
Berbaur dengan masyarakat lokal memang menjadi sebuah aktivitas favorit. Bahkan terkadang sedikit senyuman yang terlempar dari wajah mereka membuatku seakan tetap dekat dengan rumah. Hal itulah yang menjadikanku betah duduk berlama-lama bersama mereka dan enggan beranjak dari bibir pantai.
Fort Kochi memang menggambarkan geliat ekonomi yang tinggi, di sembarang tempat tampak berjubal pelancong.
Di perairan, kapal-kapal wisata hilir mudik di sepanjang pantai membawa beragam turis multi-bangsa. Kapal-kapal wisata itu tentunya menawarkan jasa sea cruise di sepanjang pantai untuk menikmati keeksotikan Fort Kochi.
Sedangkan di daratan, tak sedikit pula bus pariwisata yang terparkir di sepanjang jalanan Fort Kochi. Seakan Fort Kochi telah terdaulat sebagai kota wisata di Negara Bagian Kerala.


Genap sudah, satu jam aku menaruh diri di bibir pantai dan puas menikmati aktivitas para nelayan lokal.
Aku harus segera beranjak….
Yuk ikutin langkah kakiku lagi….Tempat selanjutnya ga jauh kok dari pantai.
I enjoy you posts, I mentioned your site on mine, here’s a link
https://charlotteannrobinson.com/2021/11/12/roundabout/
Wow, so happy to hear that, Charlotte. I am very grateful and appreciate for what you do.
I am very happy to have a kind friend like you in blogging.
I hope my stories are useful for everyone who read it. Amen.
Indeed! Keep traveling and sharing!! 🙏🏻🧡
Lah iya, pantainya malah berasa adem kaya bukan di pantai. Pohonnya gede2…
Nah bener kan, teh….Wkwkwk….di pantai tapi bisa neduh….Amajing kaleee.
Iya jarang2 ada pantai teduh begitu…
Memang disana banyak yang macem2, teh……Alamnya macem2….sifat orangnya macem2….makanannya macem2….Wah pokoke bikin nagih….Wkwkwk
Yg macem2 itu malah yg seru yaa, ga bosen jadinya 😀
Nah mangkanya ituh….Tapi Indonesia tetap paling banyak macemnya, teh……jadi cinta negeri sendiri mah wajib….Wkwkwk.
iya dong Indonesia nano nano
“semuanya ada disni… rumah kita…” ☺️☺️
Yaaa…Ayuk, lah !….Keliling negeri bestari, teh……😊
Pingin bangeet keliling nusantara… Aamiin
Tak doain semoga semua provinsi terkunjungi olehmu, teh😃👍
Terima kasih banyak untuk posting yang menarik ini!
Terimakasih Landious Travel untuk kunjungannya di blog ini👍