Jeda tipis antara ketibaanku dan keberangkatan bus berbuah manis, menjadikanku tak terlalu lama menunggunya berangkat. Beberapa menit lalu, aku telah menanyakan demi mencari bus yang akan kunaiki kepada salah seorang pengemudi di Busan Central Bus Terminal. Telunjuk jarinya jelas mengarah pada armada berwarna putih dengan kelir merah. Aku pun bergegas menuju bus itu dan bertanya pada pengemudinya yang duduk di depan bus yang terparkir.
“Yes, this bus”, ungkapnya ketika aku menunjukkan tiket.

Dia mengizinkanku untuk lebih awal menaiki bus yang mesinnya menyala langsam tetapi masih terparkir rapi di platform. Bangku bus itu berformasi dua kolom di setiap sisi dan aku mengakuisisi bangku sedikit di belakang. Dengan berada di dalam bus, selain mendapatkan ketenangan karena tak bakal tertinggal, aku juga mendapatkan udara hangat yang membuat nyaman.
Satu demi satu penumpang lokal berdatangan dan berusaha mencari tempat duduknya masing-masing. Hingga satu menit menjelang kebarangkatan, kursi bus itu tak kunjung penuh. Pengemudi datang dan mulai memeriksa setiap penumpang dengan lembar manifest di tangan kirinya. Setelah menandai semua list dalam manifest, maka pengemudi itupun turun, melapor kepada petugas di terminal, lalu mulai menempati posisi duduk di belakang kemudi. Bus itu siap memulai perjalanan jauh dengan kondisi lebih dari separuh bangku dibiarkan kosong.
Kini bus perlahan menjauh dari Busan Central Bus Terminal dan mulai memamerkan area-area baru yang belum pernah kujelajah sebelumnya. Bus itu memasuki jalur bebas hambatan dengan memamerkan siluet perbukitan-perbukitan indah Korea Selatan. Tak jarang bus memasuki terowongan-terowongan pembelah bukit. Jalanan tampak lengang di malam hari, hanya menampilkan pelita-pelita malam di sepanjang kontur perbukitan Korea. Luar biasa indah.
Para penumpang telah tertidur sedari tadi, sementara aku sebagai orang asing, lebih memilih menikmati pertunjukan malam sembari menikmati beberapa potong roti yang kubeli dari sebuah minimarket di Busan Central Bus Terminal. Yups, aku tak sempat menimati makan malam dengan layak, karena dikejar waktu demi menangkap keberangkatan bus sedari sore tadi.
Tak terasa aku telah begitu lama menikmati pemandangan jalanan, hingga akhirnya pengemudi melakukan break time di Sunsan Service Area di dekat Kota Gumi, Provinsi Gyeongsangbuk. Segenap penumpang turun untuk sekedar menikmati secangkir kopi panas atau paling tidak pergi sejenak menuju toilet. Sedangkan aku hanya memutuskan berkeliling di sekitar rest area sembari menunggu pengemudi menuntaskan makan malam.


Kegilaan itu datang….
Dua puluh menit kemudian bus siap berangkat, segenap penumpang kembali menempati posisi duduknya masing-masing. Aku segera menuju bus dan kembali duduk di bangkuku. Usai pengemudi menghitung penumpang, bus kembali melaju menuju Seoul.
Aku teringat bahwa di dalam backpack masih terdapat dua t-shirt dan sepasang kaos kaki yang belum sempurna kering. Melihat suasana sepi dalam bus dengan penumpang yang terlelap dalam mimpi, aku mengeluarkan t-shirt dan kaos kaki itu untuk kemudian membentangkannya di sandaran jok depan, aku sengaja melakukannya untuk membuatnya kering. “Ah, mumpung yang lain sedang tidur…”, batinku tertawa geli.
Selanjutnya akupun mulai memejamkan mata untuk beristirahat, karena setiba di Seoul, aku akan menginap dan harus terjaga di Seoul Express Bus Terminal untuk kemudian langsung melakukan eksplorasi Seoul di pagi harinya. Aku harus menghemat energi untuk itu….
Mata mulai kupejamkan, bus masih akan tiba dua jam lagi….
One thought on “Menjemur di Bus dari Busan ke Seoul”