Aku ditempatkan di kamar lantai pertama dibalik sebelah kanan meja resepsionis Shangrila Boutiqe Hotel. Menaruh backpack 45 liter dan melepas ikat sepatu boots maka selang beberapa waktu, kubiarkan air hangat lama menyiram tubuh lelahku pasca hampir setengah hari berjibaku pada perjalanan darat meninggalkan Pokhara.

Tak ingin terjebak kejenuhan di dalam kamar, aku mulai menaiki tangga berkarpet merah menuju atap hotel. Di atas, seorang pemuda berdiri di meja kasir menyapa ringan dan menawarkan menu spesial restoran. Tak ada menu spesial yang kupesan, aku hanya akan menghabiskan senja dengan secangkir teh hangat dan menikmati pesona Thamel dari atas.

Restoran Shangrila Boutique Hotel.

Hingga kemudian hasrat petualanganku menggoda. Rasanya akan merugi jika tak merapat ke jalan dan menikmati suasana secara langsung. Thamel sungguh istimewa. Betapa tidak, jalanannya tiap malam dipersembahkan khusus untuk para tamu negara itu. Setiap ujung jalan dijaga oleh polisi yang tak akan membiarkan satu pun kendaraan bermotor lolos melintas masuk. Thamel selalu ramai ditumpahi para pelancong untuk menghabiskan malam Kathmandu.

Aku mulai ke jalanan.
Suasana sore menjelang gelap.

Tetap berdebu….Aku menelusuri jalanan yang dibatasi dengan kios-kios pashmina, souvenir, restoran, money changer, hotel ataupun kantor agen pariwisata di kiri-kanannya. Tips buat kamu…Jika tak berminat membeli pashmina, maka jangan berusaha menawarnya, penjual akan mengajakmu bertransaksi di dalam kios dan mereka adalah para negosiator ulung dan kupastikan kamu akan keluar dengan menenteng salah satu dari dagangan mereka.

Kios-kios penggoda kantong.
Khas bendera warna-warni seperti pada kuil mereka.

Sedikit kesulitan mencarinya karena sengaja menghindari menu restoran. Aku berjibaku mencari sebuah kedai untuk bersantap malam. Keluar masuk gang hingga akhirnya menemukannya, benar-benar jauh masuk ke dalam gang. Beruntung kedai kecil itu menyediakan momo.  Menyempurnakannya, aku memesan segelas kecil honey lemon tercampur potongan memanjang ginger yang membuatku terasa hangat.

Momo khas Nepal.

Kembali ke jalanan setelah hampir satu jam duduk di kedai itu. Menelusuri  jalanan yang berbeda, aku terhenti seketika di sebuah perempatan dan menoleh ke kanan. Sebuah kerumunan dengan musik menghentak-hentak di bilangan Chaksibari Marg. Setelah mendekatinya , ternyata sekelompok dancer sedang berlatih tarian Bollywood. Asik juga melihat secara langsung tarian itu secara langsung. Untuk tak ada pohon, bisa-bisa aku ikut menari mengelilinginya.

Mereka berlatih untuk sebuah film.

Semakin dingin, aku meninggalkan kerumunan  dan segera menuju ke hotel. Tapi yang namanya daerah wisata, para penggoda kembali menghentikan langkah. Kali ini seorang pemuda memanggil dan menawariku untuk menghabiskan malam dengan hangat di sebuah bar. β€œYou can enjoy our band performance”, ungkapnya. Aku yang seumur hidup tak pernah memasuki bar kini mulai tergoda, β€œOke lah, tak ada salahnya”, batinku.

Alhasil, aku mulai menaiki tangga Sisha Bar & Restaurant. Benar adanya, sebuah band lokal beranggota 4 pemuda millennial dengan 1 vokalis perempuan sedang melantunkan pop lokal yang membuatku bersemangat untuk segera duduk dan menikmati pertunjukan itu. Hingga aku menghabiskan dua porsi besar hot lemon with honey saking khusu’nya.

Malam yang indah dan tak terlupakan di Thamel

Posted in , , , ,

14 responses to “Goyang Bollywood di Jalanan Thamel”

  1. Winarto K. Amat Avatar

    Hot lemon and honey will be the choice ya mas πŸ™‚
    Saya malah pernah order lemon tea, haha

    Like

    1. travelingpersecond Avatar

      Gokil kan Mas Win…masuk bar ordernya lemon tea, hahhaa…..untung saja tidak memesan Air mineral kemasan atau coca-cola….Hahaha.
      Hanya untuk membuang rasa penasaran saja.😁

      Like

      1. Winarto K. Amat Avatar

        Yup! Someday kalau bisa traveling bareng, we must try to order air mineral pakai es ketika di bar, hahaha

        Deal? πŸ˜‚

        Like

      2. travelingpersecond Avatar

        Ngakakkkkkkkk….Hahahahah.
        Deal….Deal….Deal.
        Boleh Mas.
        Orang orang mabuknya maju
        Kita mabuknya mundur.

        Like

      3. Winarto K. Amat Avatar

        Ini sambil ngebayang gimana mabuk mundur ya, hahahaha
        Keep strong, stay safe ya mas!

        Like

  2. morishige Avatar

    Lihat foto jalan-jalan kecil dan rame di Thamel itu saya jadi kebayang dinginnya awal November dan awal Desember di sana, Mas πŸ™‚ Juhhhh… marai kangen Nepal iki. πŸ˜€

    Like

    1. travelingpersecond Avatar

      Masuk ke Nepal itu, kayak hidup di dunia lain…dunia tanpa technology ya Mas…..Kaya hidup di zaman Majapahit….hahahaha.

      Like

      1. morishige Avatar

        Kayak dunia lain emang Mas… segala sesuatu yang terjadi di belahan bumi lain kayak nggak ada artinya di Nepal πŸ˜€

        Like

  3. jelajahlangkah Avatar

    Kok ora beli pashmina, Oom? πŸ˜€ πŸ˜€

    Like

    1. travelingpersecond Avatar

      Nggo opo mas? Ha3….Pengen blonjo tapi kok eman…….Biasanya kalo blonjo, pas beli seneng, sampai hotel njuk kuciwo….macam kena hipnotis

      Like

      1. jelajahlangkah Avatar

        Ya belanja buat siapa tahu ada yang nyangkut di Nepal πŸ˜€

        Like

      2. travelingpersecond Avatar

        Harusnya belanja pashmina buat “burgerkeju” sama “mata sipit rambut sebahu”…. Tapi kok ya waktu itu belon kenal.😁😁😁😁

        Like

  4. The Liberacy Avatar
    1. travelingpersecond Avatar

      Nice article😁

      Like

Leave a reply to jelajahlangkah Cancel reply