Hari masih cukup pagi ketika aku mulai meninggalkan Bindhyabasini Temple. Kembali menunggangi taksi sewa harian milik Mr. Tirtha, aku beserta trio backpacker sehotel mulai menyusuri Jalan Pokhara-Baglung menuju ke arah selatan. Mr. Tirtha berencana membawaku ke sebuah pasar tua yang berusia lebih dari 250 tahun. Tuturnya, pasar tua itu bernama Purano Bazaar, tetapi khalayak sering mengujarnya Old Bazaar.

Jalanan menuju ke Old Bazaar.

Benar tutur Mr. Tirtha bahwa kuil dan pasar ini saling berdekatan. Hanya berjarak 1,5 km dengan 5 menit waktu tempuh. Sampai dengan cepatnya, Mr. Tirtha menurunkanku di salah satu sisi pasar dan dia melemparkan telunjuknya pada salah satu sudut sebagai pertanda aku harus menemuinya di sana ketika eksplorasiku di Purano Bazaar usai. Dia ingin menikmati suasana dengan caranya sendiri. Yang aku tahu, dirinya belum terpapar aroma kopi sedari pagi buta,.

Description: D:\BC Reports\Foto and Video\Go Abroad\15. Nepal\IMG_20180101_100636468_HDR.jpg
Mulai menjelajah pasar.

Perut yang mulai berasa lapar, secara otomatis menuntunku menyusuri selasar pasar untuk menemukan jajanan kaki lima sebagai pengganjalnya. Tak lama, kepulan asap putih yang keluar dari tiga tungku menarik perhatianku.

Namaste”, ucap pedagang tua yang sedang sibuk menggoreng. Sebelum menjawab, hatiku tertawa ketika pertama kalinya seumur hidup melihat penampakan Jalebi. Benar, itu adalah salah satu jenis jajanan jalanan khas India yang ku kenal ketika Saroo dan Guddu tak kesampaian mencicipi jajanan itu karena uang dari hasil mencuri batu bara di gerbong kereta tambang hanya cukup untuk menebus beberapa kantong susu untuk keluarga miskinnya di Ganesh Talai. Kejadian mengharukan dalam adegan film bertajuk Lion. Semenjak itu aku bertekad mencicipi Jalebi di India, walau akhirnya tercicip lebih cepat di Nepal.

Pedagang tua yang awalnya terbengong mengamatiku berbicara English untuk membeli makanannya tiba-tiba tertawa dan mengangkat tangannya sambil mengernyitkan dahi. Lalu pemuda berjaket biru yang sedang menikmati makanannya beranjak dari bangku dan dengan englishnya yang fasih membantu si bapak tua itu melayaniku….Great.

Yuk….Icip jalebi !.

Kembali turun ke selasar pasar, sembari mengunyah jajanan, aku menikmati klasiknya arsitektur Newar yang dinampakkan oleh bangunan-bangunan tua itu. Setiap bangunan selalu menonjolkan kekuatan visual bata merah yang terpadu dengan ukiran-ukiran khas pada kayu bangunan.

Salah satu bangunan.

Konon, bangsa Newar yang berasal dari Bhaktapur di timur jauh Pokhara adalah para pedagang ulung. Singkat cerita Raja Kaski mengundangnya untuk berdagang di Pokhara pada tahun 1752. Dan pada masa itu Pokhara sudah membangun aktivitas perdagangan juga dengan Tibet. Fikiranku mengamini, karena ada perkampungan Tibet di Pokhara….Nanti ya kita kunjungi.

Description: D:\BC Reports\Foto and Video\Go Abroad\15. Nepal\IMG_20180101_100503369_HDR.jpg
Sepatuku keren ga?….#pamer.

Keindahan pasar sangat terasa karena masih lengangnya aktivitas pagi itu. Penampakan Himalaya masih saja menjadi idola di ujung jalan. Dua destinasi bonus yang disuguhkan dengan baik oleh Mr. Tirtha, seorang Nepal berperawakan kurus tinggi, berkulit coklat khas Asia Selatan tapi memiliki mata sipit bak orang Tiongkok.

Description: D:\BC Reports\Foto and Video\Go Abroad\15. Nepal\IMG_20180101_100620328_HDR.jpg
Nice view, kan ?.

Ayook kita sarapan dulu ke hotel…..

Lihat suasana Purano Bazaar di sini: https://youtu.be/wVmGgYnTs-M

Posted in , , ,

20 responses to “Jalebi Keluaran Purano Bazaar”

  1. Sita Avatar

    itu safety shoes? yg bagian depannya ada plat besi? 🤣

    Like

    1. travelingpersecond Avatar

      Ho oh….Beli di pinggiran trotoar jalan raya bogor….hahahhaha…..hebat kan sampee Nepal tuh sepatu trotoar.😁😁😁😁

      Like

      1. Sita Avatar

        buset ga pegel pake itu buat jalan-jalan

        Like

      2. travelingpersecond Avatar

        Sepatu kek gitu emang dipakai untuk daerah dingin mbak, supaya bisa menyimpan suhu tubuh di dalam, jadi tetap hangat…..ada maksudnya.
        Trus kalau ke daerah dingin, disarankan tdk pakai jeans, karena jeans tak bisa menangkap panas.
        Hanya kelemahan sepatu ke gitu, kena melulu di x-ray bandara, bunyiiii mulu. Jadi musti dilepas…..

        Like

      3. Sita Avatar

        oh, baru tau manfaat lain dr safety shoes. aku dulu ngantor pake itu karena kerja di gudang yang hand pallet dan reach truck wara wiri angkut barang. jadi fungsinya emang untuk melindungi kaki kita. soal celana jeans emang ga cucok dipake d tempat dingin apalagi diapke kemping tidur di tenda tapi jeans selalu trendy sih hahaha

        Like

      4. travelingpersecond Avatar

        Nah ada manfaatnya kan berteman ama backpacker gila kek guweh, mbak…….
        Btw, bayangin kamu, perkasa juga ya mbak Sita, ngantor pakai sepatu boots kek gitu…macho juga ya njenengan😊

        Like

      5. Sita Avatar

        Yaa lumayan macho lah😂

        Like

      6. travelingpersecond Avatar

        Sudah kuduga dan kubayangkan begitu….beuh laki banget pasti😁

        Like

  2. morishige Avatar

    Foto bangunan batu bata merah itu marai kangen… bahhhh….

    Like

    1. travelingpersecond Avatar

      Koyo omahe wong wong godean…..Jiannn

      Like

      1. morishige Avatar

        Hahaha iyo Mas koyo neng deso-deso kene 😀

        Like

      2. travelingpersecond Avatar

        Bhaktapur bagus ndak mas?…

        Like

      3. morishige Avatar

        Durung mampir Bhaktapur, Mas. Terlena di Pokhara hahaha… Ketoke ga iso gur pisan tok neng Nepal, Mas. Sewulan rasane cepet banget 😀

        Like

      4. travelingpersecond Avatar

        Ho oh kig tenan…..menyang maneh po piye yo….hahaha

        Like

      5. morishige Avatar

        Sisan 90 hari wae neng kono, Mas hahahaha… Paling rasane cepet banget kuwi. Setiap hari adalah petulangan. 😀

        Like

      6. travelingpersecond Avatar

        Mulih mulih mirip Nepalese, yo

        Like

      7. morishige Avatar

        Lancar mesti kuwi Nepali-ne 😀 Ora gur “namaste” ro “dhanyavat” thok hahaha…

        Like

      8. travelingpersecond Avatar

        Nah bener mas…joss gandos.😁

        Like

  3. jelajahlangkah Avatar

    Saya mencari-cari foto Mr. Thirta… Kok ora ono? Tinggi, kurus, kulit coklat tapi matanya sipit? Hmmm…

    Dolanku kalah adoh karo sepatumu ya, Oom? 😀

    Like

    1. travelingpersecond Avatar

      Aku lali moto ee mas…..keasikan….Hahaha.
      Tapi sepatumu elok tenan…..munggah gunung. Sepatuku cemen, ra wani….hahaha

      Like

Leave a comment