Hari masih cukup pagi ketika aku mulai meninggalkan Bindhyabasini Temple. Kembali menunggangi taksi sewa harian milik Mr. Tirtha, aku beserta trio backpacker sehotel mulai menyusuri Jalan Pokhara-Baglung menuju ke arah selatan. Mr. Tirtha berencana membawaku ke sebuah pasar tua yang berusia lebih dari 250 tahun. Tuturnya, pasar tua itu bernama Purano Bazaar, tetapi khalayak sering mengujarnya Old Bazaar.

Benar tutur Mr. Tirtha bahwa kuil dan pasar ini saling berdekatan. Hanya berjarak 1,5 km dengan 5 menit waktu tempuh. Sampai dengan cepatnya, Mr. Tirtha menurunkanku di salah satu sisi pasar dan dia melemparkan telunjuknya pada salah satu sudut sebagai pertanda aku harus menemuinya di sana ketika eksplorasiku di Purano Bazaar usai. Dia ingin menikmati suasana dengan caranya sendiri. Yang aku tahu, dirinya belum terpapar aroma kopi sedari pagi buta,.

Perut yang mulai berasa lapar, secara otomatis menuntunku menyusuri selasar pasar untuk menemukan jajanan kaki lima sebagai pengganjalnya. Tak lama, kepulan asap putih yang keluar dari tiga tungku menarik perhatianku.
“Namaste”, ucap pedagang tua yang sedang sibuk menggoreng. Sebelum menjawab, hatiku tertawa ketika pertama kalinya seumur hidup melihat penampakan Jalebi. Benar, itu adalah salah satu jenis jajanan jalanan khas India yang ku kenal ketika Saroo dan Guddu tak kesampaian mencicipi jajanan itu karena uang dari hasil mencuri batu bara di gerbong kereta tambang hanya cukup untuk menebus beberapa kantong susu untuk keluarga miskinnya di Ganesh Talai. Kejadian mengharukan dalam adegan film bertajuk Lion. Semenjak itu aku bertekad mencicipi Jalebi di India, walau akhirnya tercicip lebih cepat di Nepal.
Pedagang tua yang awalnya terbengong mengamatiku berbicara English untuk membeli makanannya tiba-tiba tertawa dan mengangkat tangannya sambil mengernyitkan dahi. Lalu pemuda berjaket biru yang sedang menikmati makanannya beranjak dari bangku dan dengan englishnya yang fasih membantu si bapak tua itu melayaniku….Great.

Kembali turun ke selasar pasar, sembari mengunyah jajanan, aku menikmati klasiknya arsitektur Newar yang dinampakkan oleh bangunan-bangunan tua itu. Setiap bangunan selalu menonjolkan kekuatan visual bata merah yang terpadu dengan ukiran-ukiran khas pada kayu bangunan.

Konon, bangsa Newar yang berasal dari Bhaktapur di timur jauh Pokhara adalah para pedagang ulung. Singkat cerita Raja Kaski mengundangnya untuk berdagang di Pokhara pada tahun 1752. Dan pada masa itu Pokhara sudah membangun aktivitas perdagangan juga dengan Tibet. Fikiranku mengamini, karena ada perkampungan Tibet di Pokhara….Nanti ya kita kunjungi.

Keindahan pasar sangat terasa karena masih lengangnya aktivitas pagi itu. Penampakan Himalaya masih saja menjadi idola di ujung jalan. Dua destinasi bonus yang disuguhkan dengan baik oleh Mr. Tirtha, seorang Nepal berperawakan kurus tinggi, berkulit coklat khas Asia Selatan tapi memiliki mata sipit bak orang Tiongkok.

Ayook kita sarapan dulu ke hotel…..
Lihat suasana Purano Bazaar di sini: https://youtu.be/wVmGgYnTs-M
itu safety shoes? yg bagian depannya ada plat besi? 🤣
Ho oh….Beli di pinggiran trotoar jalan raya bogor….hahahhaha…..hebat kan sampee Nepal tuh sepatu trotoar.😁😁😁😁
buset ga pegel pake itu buat jalan-jalan
Sepatu kek gitu emang dipakai untuk daerah dingin mbak, supaya bisa menyimpan suhu tubuh di dalam, jadi tetap hangat…..ada maksudnya.
Trus kalau ke daerah dingin, disarankan tdk pakai jeans, karena jeans tak bisa menangkap panas.
Hanya kelemahan sepatu ke gitu, kena melulu di x-ray bandara, bunyiiii mulu. Jadi musti dilepas…..
oh, baru tau manfaat lain dr safety shoes. aku dulu ngantor pake itu karena kerja di gudang yang hand pallet dan reach truck wara wiri angkut barang. jadi fungsinya emang untuk melindungi kaki kita. soal celana jeans emang ga cucok dipake d tempat dingin apalagi diapke kemping tidur di tenda tapi jeans selalu trendy sih hahaha
Nah ada manfaatnya kan berteman ama backpacker gila kek guweh, mbak…….
Btw, bayangin kamu, perkasa juga ya mbak Sita, ngantor pakai sepatu boots kek gitu…macho juga ya njenengan😊
Yaa lumayan macho lah😂
Sudah kuduga dan kubayangkan begitu….beuh laki banget pasti😁
Foto bangunan batu bata merah itu marai kangen… bahhhh….
Koyo omahe wong wong godean…..Jiannn
Hahaha iyo Mas koyo neng deso-deso kene 😀
Bhaktapur bagus ndak mas?…
Durung mampir Bhaktapur, Mas. Terlena di Pokhara hahaha… Ketoke ga iso gur pisan tok neng Nepal, Mas. Sewulan rasane cepet banget 😀
Ho oh kig tenan…..menyang maneh po piye yo….hahaha
Sisan 90 hari wae neng kono, Mas hahahaha… Paling rasane cepet banget kuwi. Setiap hari adalah petulangan. 😀
Mulih mulih mirip Nepalese, yo
Lancar mesti kuwi Nepali-ne 😀 Ora gur “namaste” ro “dhanyavat” thok hahaha…
Nah bener mas…joss gandos.😁
Saya mencari-cari foto Mr. Thirta… Kok ora ono? Tinggi, kurus, kulit coklat tapi matanya sipit? Hmmm…
Dolanku kalah adoh karo sepatumu ya, Oom? 😀
Aku lali moto ee mas…..keasikan….Hahaha.
Tapi sepatumu elok tenan…..munggah gunung. Sepatuku cemen, ra wani….hahaha