Berjibaku Menuju Fort Malborough

Melintas keluar dari exit gate bangunan terminal di Bandar Udara Fatmawati Soekarno (sebut saja FatSoe), aku melengos, menghindari incaran para sopir taksi yang sedang berburu penumpang.

Nampaknya strategi itu tak berjalan baik. Tetap saja para sopir taksi itu mengejarku. Mereka menyejajari langkahku yang akhirnya membuatku terpaksa berkamlufase dengan melemparkan kebohongan kepada setiap pengemudi taksi yang datang menghampiri, “Di jemput teman, Bang”, itu saja alibi yang mampu kusampaikan.

Ternyata ampuh cara itu…..

Lepas dari sasaran pengemudi taksi, aku bergegas menuju sisi timur bangunan bandara. Ke arah bangunan terminal baru. Sesampai di sana, tatapku cepat mencari keberadaan petugas Aviation Security untuk menanyakan satu hal, apalagi kalau bukan keberadaan DAMRI.

Melihat seorang petugas yang sedang sibuk memberikan penjelasan kepada dua penumpang wanita belia yang tampak kebingungan, maka aku menghampirinya. Aku sabar menunggu percakapan mereka usai.

“Pak, adakah Bus DAMRI ke pusat kota di bandara ini?”, aku bertanya tanpa basa-basi terlebih dahulu.

“Oh, tidak ada, Bang. Lebih baik naik taksi saja”, dia menjawab cepat.

“Kalau ojek online bisa ambil penumpang dari bandara atau tidak, Pak?”

“Bisa, Bang. Tapi harus diluar gerbang, di pinggir jalan raya sebelah sana”. Dia menunjuk satu titik di luar area bandara.

Terimakasih ya, Pak” aku pun melangkah meninggalkannya.

Aku berjalan meninggalkan bandara melalui beberapa jalur di sekitaran area parkir demi menuju ke gerbang bandara. Aku harus menuju ke salah satu titik di ruas Jalan Depati Payung Negara yang berjarak tak jauh dari bangunan terminal bandara, tak lebih dari tiga ratus meter tepatnya.

Bandar Udara Fatmawati Soekarno.
Bye Fatsoe.
Jalan Depati Payung Negara.
Menunggu ojek online di sini.

Melintas kantin bandara yang letaknya berdekatan dengan pos polisi bandara, maka aku sudah bisa melihat ruas jalan yang kumaksud. Melangkah cepat mendekatinya, aku tiba di gerbang bandara beberapa saat kemudian.

Aku berjalan sembari memainkan jari di layar telepon pintar demi mencari jasa “ojek online buatan anak bangsa”. Tetapi sial, aplikasi ojek online di layar smartphone terus menyampaikan informasi bahwa driver tidak tersedia dalam jangkauan. Aku berkali-kali mengulang pemesanan. tetapi tetap saja demikian….Nihil,

Aku memutuskan melangkah ke barat, hampir dua ratus meter jauhnya. Kemudian memutuskan untuk berhenti dan duduk di salah satu bangku trotoar berpeneduh pokok nan lebat. Keberadaanku yang seorang diri di sepanjang trotoar nan sepi dalam keadaan memanggul backpack 25L, menjadikanku sasaran empuk bagi para ojek pangkalan yang terus datang menawariku jasa. Aku yang sedikit gugup terus menolak setiap tawaran itu sembari mencari ojek online.

Kenapa aku tidak mencoba jenis jasa ojek online yang satu lagi?”, aku memutuskan dengan cepat untuk menginstall aplikasinya dan berburu daripadanya.

Yes….”, aku mendapatkannya. Hanya saja posisi sepeda motor di layar smartphoneku itu lama sekali tak bergerak. Bersyukur aku bisa menghubungi pengemudi itu dan dia memintaku untuk tetap menunggu karena si pengemudi ojek online itu tampaknya sedang bersiap keluar rumah untuk mulai bekerja.

Hampir lima belas menit, pengemudi itu tiba. Menggunkan motor manual model lama. Tanpa ragu aku menaikinya.

Fort Malborough, Bang”, aku menegaskan tujuan kepadanya.

Tak perlu waktu lama, sepeda motor meluncur menuju ke pusat kota. Jalanan menuju pusat kota masih sepi siang itu. Membuat sepeda motor yang kutumpangi bisa melesat dengan cepat walau motor itu sudah tergolong tua.

Perjalanan terindah menaiki ojek online tersebut adalah ketika melintas di Jalan Pariwisata karena di sepanjang mata memandang di sisi kiri jalan itu membentang keelokan Pantai Panjang yang memamerkan debur ombak Samudra Hindia.

Gerbang terdepan Fort Malborough.
Lihatlah kanal yang mengelilingi benteng.

Beruntung pengemudi ojek online bisa diajak bercakap di sepanjang fokus menatap ke arah depan. Pengemudi ojek belia itu memberikan informasi-informasi penting mengenai Festival Tabot yang sedang berlangsung di Bengkulu dan titik-titik terbaik untuk menikmati senja di sepanjang Pantai Panjang.

Usai menempuh perjalanan selama setengah jam dan menempuh jarak sepanjang tujuh belas kilometer, akhirnya aku tiba di pintu gerbang Fort Malborough.

Kisah Selanjutnya—->