Memasuki pintu gostinitsa*1), aku berdiam sejenak di sebaliknya. Menggengam telapak tanganku, melemaskannya dari kebekuan.
Tak lama setelahnya, aku menaiki tangga menuju lantai dua dimana meja resepsionis berada.
“Hello, I’m Donny from Indonesia. Can you check my booking order for 2 nights, Mam!”, aku langsung menuju ke inti pembicaraan
“No English, please…!.”, aku tersentak dengan keketusan resepsionis tua itu
Aku pun mencoba tenang menghadapi resepsionis Gostinitsa Tahar itu. Aku dengan pelan menyerahkan lembar confirmation order kepadanya. Sejenak dia paham, dan mencoba mencari keberadaan orderku di layar komputernya.
“Da*2)…..”, dia bicara, itu menandakan orderku tercatat dalam sistemnya.
Dia tetap diam seribu bahasa, aku menyerahkan 12.000 Tenge kepada resepsionis tua itu bersama dengan passportku untuk di fotocopy.
“Room key, please Mam!”, aduh aku keceplosan berbahasa Inggris kembali.
“No English….” Dia kembali melotot
“Klyuch*3)…..”, dia menyerahkan kunci kamar kepadaku.
Karena tak bisa berbahasa Inggris, akhirnya aku berinisiatif sendiri menuju lantai atas mencari keberadaan kamar bernomor pintu 55.
Aku terus menaiki lantai gostinitsa hingga menggapai lantai 5 dan berbelok ke kanan menuju ujung koridor nan sepi. Ketika tiba di depan pintu kamar, maka aku mencoba mendorong gagang pintu. Tak terkunci ternyata.





“Berarti ada penginap lain di dalamnya”, aku membatin.
Aku mendorongnya pelan dan benar saja, di salah satu bed terduduklah seorang pria berperawakan besar dengan wajah khas Kazakhstan.
Aku pun segera mengakuisisi satu tempat tidur terjauh dari jendela, menghindari paparan dingin dari bekunya udara luar.
“Hi, brother…..”, aku menyapanya
“Hi, where are you from?”
“Donny, Indonesia”, aku menjabat tangannya yang besar
“Arsen, I’m from Atyrau”, pungkasnya
“Oh, you are locally Kazakhstan. What are you doing here?” aku iseng bertanya perihal aktivitasnya.
“I have an IT project in Almaty for a week from my company. What do you do?”
Aku pun bercerita panjang lebar tentang perjalananku yang sedang berada di tengah rute. Malam itu aku menjelaskannya bahwa aku telah bepergian menjelajah Uzbekistan, malam itu sedang berada di Kazakhstan, dan akan melanjutkan perjalanan ke Turkiye dan Serbia setelahnya.
Aku bercerita panjang lebar mengenai pekerjaanku.
Di satu waktu aku juga meminjam sajadah yang dia miliki untuk menunaikan shalat Isya.
Tapi dari gelagatnya, kuperhatikan dia hendak bersiap meninggalkan kamar karena dia sibuk memakai sepatu boots besar dan mengenakan jaket tebalnya. Dia bicara pelan kepadaku bahwa dia hendak menemui teman lamanya di kota.
Dia begitu besar dan bertambang tinggi karena sepatu bootsnya yang besar dan insole yang tebal.
“I will go for a moment, Donny. Have a good night”
“Oh, Okay Arsen. Enjoy your duty“, aku menjawab singkat.
Maka ketika Arsen pergi, aku segera mengeluarkan sandwich yang kudapatkan di penerbangan Uzbekistan Airways HY 763. Sandwich itu sengaja kusimpan sebagai menu makan malam.
Selepas makan malam yang sederhana itu, aku berusaha menemukan kamar mandi di luar kamar, aku mencoba mecari ke segenap lorong, ke berbagai lantai, tapi tak kunjung menemukannya. Aku hanya menemukan toilet bersih di setiap lantai berikut wastafel untuk bersiakt gigi di bagian luarnya.
“Hummhh….Alamat tidak akan mandi selama 3 hari ke depan”, aku membatin. “Mungkin karena suh udara di sini jatuh di bawah titik beku, makanya tak perlu tuk mandi”, aku menambah ungkapan kecut dalam batin.
Mulailah aku menemukan pengalaman baru, menjalani trip tanpa mandi dalam beberapa hari.
Keterangan:
gostinitsa*1) = Hotel/Penginapan.
Da*2) = Ya/OK.
Klyuch*3) = Kunci.
Leave a reply to Astronot yang Jatuh ke Bumi Cancel reply