Burj Khalifa: Bahagia Itu Sederhana

<—-Kisah Sebelumnya

Burj Khalifa/Dubai Mall Station.
The Address Sky View Tower.
Salah satu gedung futuristik di Downtown Dubai.

Suka cita menguasai ruang hati ketika aku melompat turun dari Dubai Metro dan berdiri di sisi platform Burj Khalifa/Dubai Mall Station. Setelah bersabar sekian lama, akhirnya aku benar-benar akan melawat di bawah cipta arsitektur tertinggi di seantero dunia, apalagi kalau bukan Burj Khalifa.

Mengunjungi karya-karya arsitektur tertinggi memang bukan kali ini saja bagiku. Di Malaysia, aku berkali-kali mengunjungi Petronas Twin Tower. Di Thailand, aku bahkan menetap di salah satu yang tertinggi di Bangkok, Baiyoke Sky Hotel. Di Hong Kong, aku mengunjungi The Bank of China. Di Macau aku pernah singgah di Macau Tower. Di Korea, aku mengunjungi Namsan Tower. Namun….Mengunjungi Burj Khalifa akan menjadi sejarah baru nan epik dalam petualanganku kali ini.

Seturun dari kereta, aku sedikit mengalami kebingungan ketika dihadapkan pada percabangan koridor. Maka bertanyalah aku kepada petugas keamanan Dubai Metro yang sedang bertugas.

“That is the exit gate towards Burj Khalifa, Sir”, dia menunjuk pada sebuah pintu di sisi kanan bawah, cabang tambahan dari koridor utama. Koridor utama sendiri terintegrasi dengan The Dubai Mall.

Demi menghemat waktu maka aku mengindahkan shopping mall terbesar di Dubai itu, aku memilih keluar dari exit gate yang ditunjuk oleh petugas keamanan Dubai Metro.

Sewaktu kemudian, aku telah berada di jalanan Dubai kembali di bawah terik surya. Aku mulai merubah haluan langkah ke kiri, menyusuri jalanan di sisi kanan bawah koridor utama menuju The Dubai Mall. Sengatan surya yang membuat perih kulit memaksaku untuk sesekali bersembunyi di bayangan pohon-pohon palem yang berada di sepanjang jalan. Sementara bangunan besar The Dubai Mall tampak perkasa terlihat ke kiri depan, sedangkan Burj Khalifa setinggi 828 meter sungguh menjulang di kanan depan.

Pada satu titik jalan di atas sebuah underpass, aku menyeberang ke sisi lain jalanan yang padat lalu lintas demi mendekat ke arah bangunan 160 lantai tersebut. Tajamnya siraman sinar surya hampir saja menjadikanku seorang pengecut siang itu.

Begitu gembiranya hati, ketika penampakan utuh gedung yang dikembangkan oleh Emaar Properties itu berada dalam pandangan. Ujung runcingnya memantulkan sinar surya dalam silau yang mencuri perhatian dari kejauhan, sementara dinding bangunan itu mencerminkan warna langit ke segenap arah.

Sementara beberapa gedung pencakar langit lain tampak mendampingi Burj Khalifa di sekelilingnya. Aku telah tiba di Downtown Dubai, pusat pariwisata termasyhur milik Uni Emirat Arab.

Aku yang tak sabaran, mempercepat langkah kaki. Kini aku tiba di jalanan utama beralaskan batuan andesit yang halus nan mengkilap….Sheikh Mohammed Bin Rashid Boulevard namanya. Nama jalan ini diambil dari nama Perdana Menteri Uni Emirat Arab.

Kendaraan-kendaraan mewah berlalu-lalang di sepanjang jalan tersebut, meninggalkan nada decit roda yang bergesekan dengan alas jalanan, memekakkan telinga dan membuat ngilu. Kemewahan kendaraan yang tertampil di sepanjang jalan tersebut dan tepat di hadapan bangunan mewah Burj Khalifa telah mengintimidasi tingkat kemakmuranku. Aku sontak menjadi bukan siapa-siapa di area prestisius itu….Damn, “Ini kawasan orang-orang tajir”, batinku tersenyum kecut.

Dengan menyeberangi Sheikh Mohammed Bin Rashid Boulevard, tibalah aku di dasar Burj Khalifa.

Naik ke atas Burj Khalifa?

Oh….tentu tidak, itu tidak memberiku opsi. Selain membuatku kehilangan destinasi lain, tentu aktivitas itu akan menghamburkan 216 Dirham dari kantongku. Bagiku, berada di halamannya saja sudah cukup membuatku bahagia. Buatku bahagia itu sederhana….Eittttt.

Aku lama terduduk dan tertegun dengan rupa arsitektur agung tersebut, gedung yang salah satu sisinya tampak seperti tangga beserta dinding lurus di sisi lain. Beberapa hari kemudian aku akan benar-benar melihat pucuk bangunan itu menusuk awan ketika aku memandangnya dalam fragmen singkat penerbangan Swiss Air LX 242 dari Dubai menuju Muscat.

Spot foto menarik di sekitar Burj Khalifa.
Spot foto menarik di sekitar Burj Khalifa.
Gedung-gedung pencakar langit di Sheikh Mohammed Bin Rashid Boulevard.
Halaman Burj Khalifa.
Halaman Burj Khalifa.
Nah itu dia Burj Khalifa.

Duduk di dasar Burj Khalifa membuatku tak mampu merasakan waktu bergulir begitu cepat. Aku yang tadinya hanya seorang diri, kini para pengunjung mulai berdatangan, membuat suasana di sekitar halaman Burj Khalifa menjadi hidup. Keramaian itu didukung oleh spot-spot menarik nan instagramable di kaki-kaki raksasa Burj Khalifa.

Aku rasa aku menjadi salah satu manusia yang sangat beruntung hari itu karena bisa berada sangat dekat dengan Burj Khalifa.

Kisah Selanjutnya—->

One thought on “Burj Khalifa: Bahagia Itu Sederhana

Leave a Reply