
Lewat dari pukul sebelas pagi, aku terduduk di sebuah kedai dengan menu khas India, teletak dalam satu blok dengan Zain East Hotel tempatku menginap. Kali ini aku akan menikmati sarapan yang sangat terlambat, karena mendekati waktu makan siang maka menu chicken fry dan chai kali ini akan berfungsi sekaligus sebagai makan siang….Duh, pinter….Hemat bukan main.
Kedai-kedai India memang selalu menjadi penyelamat kantong bagiku selama berpetualang di Timur Tengah. Kali ini aku menebus menuku hanya dengan 7 Dirham saja.
Tak berlama-lama di kedai itu, aku segera meneruskan petualangan. Kali ini aku akan menempuh rute awalku ketika tiba di Distrik Deira. Aku akan melangkahkan kaki melalui Naif Road, lalu berlanjut ke Al Musalla Road dan menyasar titik utama Baniyas Square Station.
Yupzzz, untuk pertama kalinya aku akan menjajal Dubai Metro.
Menempuh perjalanan kaki selama lima belas menit, aku tiba kembali di pelataran Baniyas Square. Penuh antusias, aku segera memasuki gerbang stasiun.
Langkah pertama yang harus kulakukan untuk melakukan eksplorasi hingga sore hari adalah mentop-up saldo Nol Card di ticketing vending machine. Menemukannya dengan sangat mudah di lantai bawah, aku mengeluarkan dompet dan mengeluarkan 20 Dirham untuk mengisi saldo Nol Card yang kumiliki.
Kini Nol Card telah siap digunakan sebagai akses masuk ke transportasi massal di Kota Dubai.
Suasana di dalam stasiun tampak ramai, salah satu koridor tampak tertutup rapat oleh papan proyek, aku membacanya sebagai proyek penambahan gate baru di stasiun tersebut. Sedangkan di koridor tempatku melangkah, tampak terpapampang di kiri dan kanan koridor, daftar sister city yang dimiliki Dubai. Aku akan menyebutkan lima diantara sister city itu untuk kalian, yaitu Detroit (Amerika), Dundee (Skotlandia), Qingdao (Tiongkok), Lyon (Perancis) dan Amman (Yordania).





Karena aku berada di Baniyas Square Station maka secara otmatis aku berada di Jalur Merah (Red Line) Dubai Metro.
Tak perlu waktu lama untuk menunggu kereta Dubai Metro tiba. Tak lebih dari lima menit aku telah melompat masuk ke salah satu gerbong Dubai Metro yang memiliki warna dominan biru.
Melihat sekilas susunan bangku maka aku teringat dengan kereta KTM Komuter milik Malaysia. Dubai Metro pun memiliki bangku yang saling berhadapan di kedua sisi memanjang dan sebagian lagi adalah bangku menghadap ke depan.
Demi menuju Burj Khalifa maka aku harus berpindah ke Jalur Hijau (Green Line) dan stasiun terdekat untuk melakukan perpindahan itu adalah UNION Station yang hanya berjarak satu kilometer dari Baniyas Square Station. Hanya dibutuhkan waktu tiga menit menggunakan Dubai Metro.
Aku melompat turun dari gerbong ketika rangkaian roda ular besi itu selesai berdecit di platform UNION Station. Aku bergegas untuk mengikuti petunjuk arah di sepanjang koridor demi menggapai platform untuk Jalur Hijau.
Dengan mudah aku mendapatkannya dan lima menit kemudian aku sudah berada di dalam gerbong menuju Dubai Mall/Burj Khalifa Station. Kali ini aku akan melewati enam stasiun sebelum tiba di stasiun tujuan. Menempuh jarak delapan kilometer menuju selatan.
Dalam lima belas menit akhirnya aku tiba di Dubai Mall/Burj Khalifa Station. Untuk keseluruhan perjalanan aku hanya membayar sebesar 5 Dirham saja.


Sungguh menyenangkan bisa menikmati elegannya Dubai Metro. Kereta Dubai Metro sendiri merupakan besutan dari Mitsubishi Heavy Industries asal Negeri Matahari Terbit. Sedangkan untukku, Dubai Metro menjadi Mass Rapid Transit (MRT) keempat belas dari enam belas jenis MRT yang pernah kunaiki.
Aku turun dari gerbong dan mulai melakukan eksplorasi kembali.
One thought on “Dubai Metro: Keempat Belas dari Enam Belas”