Philippines Airlines PR 535 dari Manila (MNL) ke Jakarta (CGK)

<—-Kisah Sebelumnya

Di depan Gate 11 menunggu terbang.
Philippine Airlines PR 535 tiba.
Yuk, masuk!

Mbak, maaf saya duduk di No. 38K”, sapaku pada seorang wanita muda yang tampak lelah menyandarkan kepalanya di jendela.

Maaf boleh tukar saja ndak?”, mulai tertebak dia orang Jawa karena cengkok medoknya.

Maaf, mbak. Lebih baik duduk sesuai dengan bangku. Biar sesuai dengan manifest. Takut terjadi apa-apa selama terbang, saya kebetulan ada perlu untuk ambil beberapa gambar dari window seat”, ucapku pelan. Walau aku faham bahwa pesawat ini tak bakal penuh seutuhnya.

Sedikit manyun, si mbak keluar dari deretan bangku dan membiarkanku mengakuisisi bangku dan dia masih cemberut saja di aisle seat.

Duh, manyun aja manis, apalagi senyum”, batin menyeru, aku mulai kumat.

Tertekuk raut muka setiap penumpang, mungkin karena tertundanya penerbangan hingga lima jam lamanya. Kufikir kompensasi pecel lele atau sepotong roti itu hanya terjadi di Indonesia. Ternyata sogokan sepotong meat burger atas keterlambatan itu terjadi pula di Manila….Aku tersenyum kecut, karena telah hilang nafsu makan. Bagaimana tidak, baru juga naik pesawat pukul dua belas malam, terkirimlah pesan singkat dari atasan untuk hadir di acara peresmian bangunan baru milik kantor pukul sembilan pagi nanti….Bukankah seharusnya aku menikmati masa-masa jetlag dahulu setelah 21 hari tak menginjak tanah air.

Yess, kudapatkan hak atas bangkuku.
Area apron NAIA tampak dari jendela.
Kesibukan di sekitar apron.

Padahal aku sudah merasa sumringah dengan datang tepat waktu di Ninoy Aquino International Airport pada pukul 15:30 untuk menyambut penerbangan Philippine Airlines PR 535 pada pukul sembilan malam. Kejadian salah tanggal di passport dan hilangnya nomor penerbangan pada layar LCD sudah kumaklumi. Tapi begitu senewennya diriku ketika terdengar info bahwa aku baru akan terbang di tengah malam akibat dampak muntahan abu gunung Taal di daerah Tagatay yang meletus.

Besarnya dampak letusan ini kuketahui setelah tiga minggu kepulanganku di tanah air. Seorang klienku berkebangsaan Philippina, terbang tepat di atas udara bersama Cebu Pacific ketika letusan itu terjadi. Pesawat “Kuning Putih Biru” rasanya terhisap ke bawah lalu menukik ke atas dengan aba-aba yang tak jelas dari kapten penerbangan.  Baru setelah mendarat, kapten Cebu Pacific itu meminta maaf atas insiden di udara karena adanya letusan gunung tersebut.

Malam itu aku sangat lelah, setelah mengambil gambar seperlunya, aku otomatis tertidur. Kelelahan yang teramat sangat dan kerinduan akan makanan rumah menjadikan penerbangan itu menjadi penerbangan paling nyaman semenjak aku meninggalkan rumah 3 minggu sebelumnya.

Berada di langit Manila.
Selamat tinggal Manila, sampai jumpa lagi Philippina!.
Tahu arti Mabuhay? ….”Hidup atau umur panjang atau long life
FPML (Fruit Platter Meal)….Yuk makan malam sebelum tidur.

Penerbangan sejauh 2.800 km dengan kecepatan rerata 700 km per jam ini berlangsung selama 3 jam 55 menit. Malam itu aku menutup jendela rapat-rapat dan berharap ketika mataku terbuka nanti, aku sudah berada di Jakarta.

Tak ada cerita spesial yang kudapat dari penerbangan ini. Hanya saja malam itu aku merasa sangat lega karena selama pengembaraanku ke Malaysia, India dan kawasan Timur Tengah berlangsung dengan sangat lancar sekali tanpa kendala sedikitpun. Perjalanan ini semakin menambah keberanian dan ketenanganku untuk mimpi menyambut Russia, Uzbekistan, Kazakhtan, Turkmenistan dan negara tetangganya di masa-masa selanjutnya.

Namun siapa yang tahu, aku pun tak tahu bahwa pandemi itu akan datang, bahkan sudah terjadi di negara asalnya ketika aku sedang berada di Dubai. Sebuah mimpi yang sudah pasti tertunda entah kapan.

Pesisir Ancol menjelang pagi hari.
Bersiap mendarat.
Touchdown dengan mulusnya.

Lalu kenapa Philippine Airlines? Bukankah itu maskapai mahal untukmu, Donny?.

Aku pun tak pernah bermimpi menunggang flag carrier itu, mungkin Tuhan yang menganugerahkanku dengan memperlihatkan tiket paling murah dalam pencarianku di sebuah aplikasi reservasi tiket.  Suatu kebetulan yang membuatku bahagia. Inilah pesawat berbadan lebar kesepuluh yang kunaiki setelah

Air Asia Korea ke Kuala Lumpur…

Thai Airways Jakarta Bangkok, Bangkok-Kathmandu, New Delhi-Bangkok dan Bangkok-Jakarta….

Srilankan Airlines Mumbai-Colombo, Kochi-Colombo, Colombo-Dubai ….dan

Swiss Air Dubai-Muscat.

Terimakasih Tuhan sudah mendaratkanku dengan selamat.
Oh, Kampung Rambutan….I love you.

Alternatif untuk mencari tiket pesawat dari Manila ke Jakarta bisa dicari di 12Go atau link berikut: https://12go.asia/?z=3283832

TAMAT

Leave a Reply