Mundur ke belakang sekejap dari Lorong Kenangan Payang, aku menelusur Jalan Pasar Besar Payang menuju muara Sungai Terengganu. Mengingat area jelajah adalah kawasan pesisir, maka kakiku tak akan jauh-jauh dari perairan. Aku kan menghentikan langkah dua ratus meter di utara, tepat di tepian Sungai Terengganu.
Sementara matahari masih saja membulat sempurna di barat, sinarnya masih mampu membuat merah kulit. Memaksaku sesekali berhenti di balik batang-batang besar pokok palem tepi jalan. Hhmmhh….Terlalu lama tersiram surya Terengganu membuat segenap muka terasa perih.
Tapi tak lama….Sesaat kemudian aku tiba di tepian utara Kampung Cina. Mataku sekejap tertuju pada titian lengkung di ujung timur kampung, sepertinya obyek itu menjadi tengara utama tempat wisata malam ini.




Sayangnya aku tak punya waktu malam nanti, badanku telah lesu demi menahan kantuk semalaman di Kuala Lumpur International Airport. Jadi malam nanti, aku memilih untuk tidur pulas saja. Tak mengapalah aku harus mengunjungi tempat wisata malam ini sekarang, walaupun aku tak akan menjumpai puncak pertunjukan.
Inilah Pulau Warisan Kuala Terengganu, sebuah pulau artificial tujuh hektar di tepian muara Sungai Terengganu yang umum digunakan untuk pasar malam, acara-acara besar, konser musik, pameran seni serta pangkal atraksi Pulau Warisan River Cruise untuk menyusuri keindahan Sungai Terengganu yang menyimpan banyak tempat wisata unggulan di berbagai spot utamanya. Khalayak sering menyebut Pulau Warisan Kuala Terengganu sebagai i-City Terengganu, merujuk pada kota berbasis ICT di Shah Alam, Selangor.
Di atas titian lengkung ikonik itu, aku bisa dengan leluasa menatap seluruh sudut Pulau Warisan Kuala Terengganu. Secara kasat mata, pulau itu hanya terpisahkan dari daratan utama oleh sebuah kanal selebar tiga puluh meter. Kanal itu tampak bersih dan sesekali dilalui oleh perahu mesin petugas keamanan.
Tampaknya pulau ini ingin menampakkan jati dirinya sebagai kebanggaan Terengganu dengan keberadaan taman hijau di tepian timur pulau. Taman itu bertajuk I Love KT Park. Dari kejauhan tampak beberapa kendaraan merapat di taman itu. Sekelompok keluarga tampak menggelar tikar untuk menikmati suasana senja di Sungai Terengganu dengan menyantap hidangan rumahan yang dibawanya, beberapa laki-laki bermotor tampak mempersiapkan alat pancing, mereka siap berburu ikan di tepian sungai.
Sebagai tempat penyelenggaraan event-event besar saat malam, pulau ini dilengkapi dengan tiang-tiang lampu tembak di setiap sudutnya. Bisa dibayangkan betapa meriahnya malam nanti ketika lampu itu dinyalakan dan menyiramkan cahaya ke keramaian tenda-tenda kuliner di bawahnya.
“Sepertinya aku harus menggenapkan petualangan dengan duduk bersantai di ujung pulau sana”, aku bergumam ketika memperhatikan deretan pokok nan rindang di tepian utara. Aku pun mulai menyusuri kanal untuk menggapai gerbang utama pulau yang berwujud gapura anggun bercorak khas Tionghoa.
Langkahku mulai membelah pulau tepat dari tengahnya, kupercepat ayunan langkah untuk melintas sinar senja yang masih saja menitipkan sengatan. Aku sampai…..Oh, tak ada satupun bangku untuk sekedar berduduk manis. Ya sudahlah…. Kukeluarkan lembar-lembar itinerary yang kususun beberapa bulan lalu. Kusobek lembaran pertama yang segenap tahapan itinerarynya sudah paripurna kujalani. Aku mengambil tempat lapang di bawah sebuah pokok besar dan terduduk diatas lembar itinerary buatanku sendiri.
Sejuk….sunyi….aman….mempesona, begitulah perasaan yang muncul ketika berada di bawah pokok nan rindang dengan tatapan terlempar jauh ke utara. Tampak hamparan Pulau Duyung yang jaraknya tiga ratus meter dan hanya dipisahkan oleh perairan Sungai Terengganu.




Kesibukan kapal-kapal milik Pulau Duyung Supply Centre (PDSC) yang merupakan salah satu perusahaan minyak dan gas bumi di Terengganu sangat kentara, tapi entah kesibukan apa yang terjadi di dalamnya. Pendeknya pengetahuan, membuatku hanya mampu mencerna pemandangan di depan sana tak ubahnya sebuah galangan kapal-kapal minyak.
Sedangkan di sisi timurnya, tampak bangunan megah milik Jabatan Pelancongan Negeri Terengganu. Tampak kapal-kapal wisata berjajar rapi di tepiannya. Mungkin itu adalah kapal-kapal yang akan mengantarkan para wisatawan ke pulau-pulau indah yang menjadi aset bahari Terengganu.
Aku benar-benar menikmati pemandangan Sungai Terengganu dari sisi yang berbeda. Aku memuaskan diri dengan berlama-lama duduk di tepian pulau hingga suhu Terengganu benar-benar reda untuk kemudian melanjutkan langkah.
One thought on “Mengampar di Pulau Warisan Kuala Terengganu”