Tatapanku hanya melakukan repetisi sedari tadi. Jam tangan-route board-jam tangan….begitu seterusnya. Kecemasan menghukumku dengan tak mampunya diri menikmati gerbong nyaman Humetro. Aku masih tak memilih duduk, kakiku tegak menopang badan di tiang gerbong dekat pintu keluar. Aku bersiap untuk turun di Stasiun Seomyeon untuk mengakhiri perjalanan di Humetro Line 2 (Green Line) demi berpindah ke Humetro Line 1 (Orange Line). Aku harus menggapai Stasiun Beomnaegol secepat mungkin demi mengambil backpack yang tertitip di meja resepsionis Kimchee Busan Guesthouse.
Akhirnya aku tiba. Melangkah cepat keluar gerbong, menaiki beberapa escalator, aku menggapai permukaan dengan cepat. Kemudian mulai berlari ringan menyusuri Hwangnyeong-daero Avenue menuju guesthouse.
Sedasa menit kemudian aku tersengal, mengatur nafas di halaman depan guesthouse, baru kemudian menuju ke meja resepsionis dengan nafas teratur.
Aku: “Sir, can I take my backpack which I entrusted to the receptionist this morning?”.
Resepsionis: “Can you show the label card which give to you?”.
Aku: “This, Sir”
Resepsionis: “OK, follow me!”
Setelah memeriksa label card itu, dia beranjak dari tempat duduk dan menuju ke halaman luar. Aku menguntitnya dari belakang hingga tiba di sisi container box besar. Rupanya backpack yang dititip setiap tamu guesthouse ditaruh di sini. Kini aku telah mendapatkan backpack biru ku.
Aku: “Thank you, Sir”
Resepsionis: “You are welcome. Be carrefull on your way”.
Aku berpamitan dan melambaikan tangan sebelum balik badan meninggalkan guesthouse.
See you Kimchee Busan Guesthouse!….
Aku kembali turun di jalanan, menuju stasiun. Hari sudah mulai gelap. Waktu keberangkatan bus menuju Seoul semakin dekat. Berderap langkah selama 10 menit membuatku tiba di platform Stasiun Beomnaegol, menunggu Humetro Line1 (Orange Line). Pancaran cahaya itu semakin menerang menghantam sekat pembatas platform dan jalur Humetro. Rangkaian gerbong yang kutunggu telah tiba, aku memasuki gerbong belakang, menaruh backpack di sela kedua kaki dan berdiri menempel dinding gerbong persis disebelah pintu Humtero.
Kali ini aku sedikit tenang, karena tak perlu berpindah jalur untuk menuju Stasiun Nopo. Kereta perlahan meninggalkan Distrik Busanjin. Setiap stasiun yang terlewat membuatku semakin lega, membuatku semakin dekat dengan tujuan.
Empat puluh lima menit kemudian aku tiba di Stasiun Nopo. Tetapi sesuatu terjadi dengan perutku, tetiba melilit tak terbendung. Aku berinisiatif untuk mencari tengara menuju toilet di seantero Stasiun Nopo. Tapi dua titik toilet berbeda yang kutemukan ternyata jauh dari kata ideal….Pesing, becek dan penuh lalu lalang manusia. Ah….Parah.
Bagaimana bisa aku membiarkan keadaan ini, jika perjalanan ke Seoul akan memakan waktu empat jam, maka aku akan tersiksa dalam kondisi sakit perut seperti ini. Kulihat kembali jam tangan, masih ada waktu empat puluh lima menit sebelum bus berangkat. Aku kini berfikir sedikit gila….Aku akan mundur ke belakang sejauh dua atau tiga stasiun, mencari toilet yang lebih sepi dan ideal. Aku kembali melompat ke gerbong Humetro dan mengikuti lajunya. Kemudian turun di pemberhentian ketiga, Stasun Dusil.
Secepat kilat melangkah, aku melakukan pencarian toilet dan akhirnya aku menemukan toilet yang bersih, harum dan sepi. Ah….Ada-ada saja yang terjadi pada petualangan hari keduaaku di Korea.
Waktuku kini tersisa dua puluh menit. Aku sudah duduk lagi di gerbong Humetro, mengulang jalan menuju Stasiun Nopo. Sepuluh menit kemudian aku tiba dan segera berlari menuju Busan Central Bus Terminal yang terintegrasi dengan Stasiun Nopo.
“Yes…”, aku tiba di di platform bus yang dimaksud sepuluh menit sebelum keberangkatan.
“Puufffttt….”, Perjalanan menegangkan dan melelahkan.
Bye Busan…Love u.
One thought on “Menuju Busan Central Bus Terminal: Mundur ke Belakang Tiga Stasiun”