Segenap penumpang Air Busan BX 123 sudah berdiri di cabin aisle demi bersiap menuruni pesawat. Setelah salah satu pramugara berkoordinasi dengan ground staff, akhirnya juluran aerobridge menempel sempurna di badan pesawat dan pintu telah aman untuk dibuka. Tak lama kemudian, aku mengikuti langkah barisan penumpang di depan untuk keluar dari kabin.
Sepanjang menapaki aerobridge, kekhawatiranku tak seburuk seperti saat aku memasuki Narita International Airport beberapa hari lalu. βMasak iya, sudah ke Jepang, ndak bisa masuk Koreaβ, pikirku menenangkan diri. Aku terus melangkah dengan mantap melewati koridor demi koridor di arrival hall Gimhae International Airport Terminal 1. Terus mengikuti tengara menuju konter imigrasi. Setelah menemukannya maka aku segera menempel di ujung belakang salah satu baris antrian. Aku masih terlihat santai dan penuh senyum. Dan tak menyangka bahwa drama itu baru saja dimulai
Aku mengambil antrian paling kiri, para turis asal Tiongkok tampak mendominasi di depan. Mereka terlihat sangat lancar melewati staf imigrasi. βSepertinya ini akan mudahβ, akhirnya aku membuat kesimpulan. Aku kini berada di kepala antrian, menunggu seorang turis wanita Tiongkok menyelesaikan prosesnya di konter. Petugas laki-laki berkacamata itu dengan cepat memasukkan satu demi satu turis asal Tiongkok sedari tadi.
βNeexxxttttββ¦.Dia memanggil dengan mata masih menatap layar komputer
Petugas Imigrasi : βHave you been to South Korea before?β
Aku : βNot yet sir, this is the first timeβ
Imigrasi : βWhere did you visit before South Korea?β
Aku : βMalaysia, Taiwan and Japan, Sirβ
Dia mulai mengawasiku dengan tatapan curiga.
Imigrasi : βWhich other countries have you visited?β, dia menyodorkan sebuah kertas dan pena untukku menulis
Aku mulai menulis satu-persatu hingga tersalin sebelas baris tambahan nama negara yang pernah kusinggahi.
Tapi reaksinya sungguh di luar dugaan, dia hanya geleng-geleng kepala. Aku tak kalah berinisiatif ketika dia bersikap demikian. Dari dalam backpack, kukeluarkan passport lama yang telah terpotong salah satu covernya, βYou can check it out here, sirβ.
Imigrasi : βI donβt need thisβ, dia mendorong passport lama itu dengan telunjuk jarinya ke arahku sebagai pertanda dia tidak mau melihatnya
Alamaaatttttttttβ¦.βDag dig dugβ, jantungku mulai berdetak di atas ritme biasa.
Imigrasi : βPlease take out your wallet!β
Gertakan ringan itu membuatku terjongkok otomatis dengan tangan mengaduk-aduk isi backpack dengan imbuhan kepanikan. Aku mendapatkan dompet yang dimaksud dalam beberapa saat, memang dompetku kuletakkan di bagian paling dalam supaya aman.
Aku mulai berdiri dan menyodorkan dompet usang ituβ¦.Hmmhhh, dompet dengan kelupasan kulit pelapis di beberapa ujungnya. Membuatku pasrah tak berdaya. Petugas imigrasi itu mulai membuka dompetku dan menghitung setiap lembar isinya. Dia bergeleng kepala ketika hanya menemukan uang kertas sebanyak 110.000 Won (Rp. 1.378.000).
Dia mulai berdiri dan beranjak keluar dari immigration counter box dan mulai menutup antrian dengan standing barrier dan menggantungkan tuilsan βCLOSEβ di tengahnya. Segenap turis yang mengantri dibelakangku dimintanya berpindah ke antrian konter di sebelahnya. Setiap turis berpindah teratur sembari melihat dengan sedih atas kemalanganku, beberapa tampak heran penuh rasa ingin tahu.
βWaduuhhhβ, suara hatiku mulai kecut.
Petugas imigrasi itu segera melangkan memasuki konternya kembali dan menaruh dompetku di hadapannya. Dia mulai menatapku tajam.
Imigrasi : βDo you bring an ATM?β
AkuΒ Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β :Β Β Β Β βNo, Sirββ¦.Batinku menyanggah,βbukannya aku sudah punya Visa, kok dipermasalahin sih?β
Imigrasi : βCredit Card?β
Aku : βNo, Sirββ¦.Batinku kembali berguman, βBukannya yang penting uangku cukup buat mengelana di Korea?β
Imigrasi : βID Card?β
Aku : βNo, Sirββ¦.Kembali batinku melakukan perlawanan,βBukannya ID Card bagi turis adalah passport?β
Imigrasi : Menggelang tegas dengan muka merah, βAiissshhhhβ¦.No ATMβ¦.No Credit Cardβ¦.No ID Cardβ¦.You only have a small amount of moneyβ¦. You can’t stay in Koreaβ
βAduh, Deportasiβ, batinku memvonis diri seketika.
Imigrasi : βWhat do you do in your country?β
Aku : βMarketingβ
Imigrasi : βShow your business card!β
Aku : βI donβt bring it, Sirβ
Imigrasi : β Aiissshhhh β¦.β
Dia mulai mengusap-usap kening dan matanya, tak percaya telah bertemu turis semacamku. Kini dia telah menutup passport. Dia berdiri kembali dan memanggil temannya. Dengan cepat temannya datang menghampiri dan mulai bercakap serius meninggalkanku yang sudah diambang deportasi.
Aku tak menahu apa yang mereka bicarakan, yang jelas itu pasti tentangku. Kuperhatikan dia terus menggelengkan kepala dan temannya sesekali melihatku bak tersangkaβ¦.Aahhh, suasana ini benar-benar tak mengenakkan dan membuatku gelisah. Tap aku mencoba sekuat mungkin menampilkan muka penuh ketenangan. Bahkan aku bersiap melakukan klarifikasi sebelum dia memutuskan apapun.
OK, dia telah usai berdialog dengan temannya dan duduk kembali di bangku konter imigrasi. Sebelum dia mengeluarkan sepatah katapun, aku mulai melakukan pledoi terakhir. Tak peduli apapun hasilnyaβ¦.
Aku : β I have a return ticket, Air Asia 5th January, from Incheon to Jakarta. I will stay at Kimchee Guesthouse Busan and Kimchee Guesthouse Seoul….these are my itinerary and my budgeting during in Koreaβ, Aku memberikan lembaran itinerary dan budgeting padanya, Aku memang selalu menyusun keduanya setiap melakukan backpacking ke luar negeri.
Petugas imigrasi itu marah dan menempelkan telunjuk ke mulutnyaβ¦.βSsstttttβ, pertanda dia memintaku untuk tidak banyak mengoceh di depannya. Tapi hal baiknya adalah dia mau membaca lembaran itinerary dan budgeting itu.
Aku : βPlease Sir, I am just a backpackerβ¦..just for sightseeing Korea this timeβ¦.No moreβ¦.Pleaseβ¦..I will go homeβ¦.Believe me!β, aku mengemis memelas.
Petugas imigrasi itu kembali menatapku, kali ini benar-benar menatap mataku lekat-lekat, mungkin dia sedang menguji kejujuran. Sepertinya dia mulai menaruh rasa kasihan. Dia mulai membolak-balik setiap halaman passport baru dan passport lamaku yang sedetik lalu dia tarik dari hadapanku.
Imigrasi : βOK, You canβ¦.You canβ¦.But promise me to return to your country!…. Or you’re in big troubleβ
Cettoookkkkβ¦.Stempel arrival itu terbubuh jelas di passportβ¦.Oh, indah sekali momen itu.
Hadeeuuhhhhβ¦Leegggaaaa banggeeetttt.
Inilah pelajaran berharga bahwa dikemudian hari nanti aku akan menjadi seorang backpacker yang lebih detail dan mempersiapkan sesuatu dengan sangat baik. Setelah insiden itu, aku selalu membawa kartu nama, KTP, Credit Card (walaupun limitnya kecil) dan ATM (meskipun isinya minim) setiap melakukan perjalanan ke negara orang.
Berkat persiapan yang baik, aku sangat terbantu dengan keberadaan kartu-kartu sakti itu ketika menghadapi random checking serupa di Woodlands Checkpoint di Singapura tujuh bulan setelah insiden ini.
Insiden telah usai, aku melangkah meninggalkan konter imigrasi dengan kemenangan.
Welcome Busan, Welcome South Korea!
Leave a comment