
Aku menuruni Peach Aviation bernomor terbang MM6320 melalui tangga manual. Kemudian dibawa menggunakan Narita apron shuttle bus menuju bangunan Terminal 2. Akhirnya, aku tiba di Osaka dan menapaki bandara yang pernah memenangi Best Low Cost Airline Terminal in the World versi Skytrax.
Karena ini adalah penerbangan domestik tentu aku tak perlu sibuk berurusan dengan pihak imigrasi. Aku menginjak lantai bangunan Terminal 2 tepat tengah malam. Kiranya akan lebih baik jika aku segera mencari tempat peraduan untuk memejamkan mata sejenak hingga 5 jam ke depan. Aku juga sudah merasa sangat letih karena sedari pagi saat check-out hingga sore berkeliling Tokyo dengan memanggul backpack seberat 6 Kg. Biaya transportasi yang mahal tak memungkinkanku untuk menaruh backpack di dormitory dahulu. Karena sudah barang tentu membutuhkan biaya yang tak sedikit untuk sekedar bolak-balik ke dormitory hanya untuk kegiatan remeh temeh, yaitu mengambil backpack saat ingin meninggalkan Tokyo. Alhasil, aku harus memanggul backpack kemanapun kaki melangkah higga aku tiba di Osaka.
Instingku sangat cepat untuk menemukan tempat tidur terbaik, aku kini berada di sebuah area di sisi barat bangunan Terminal 2 yang cukup tenang. Empat bangku gandeng tanpa sandaran lengan menjadi hadiah sempurna malam itu. Tak berfikir panjang, aku segera mengakuisisi salah satunya, menjadikan backpack sebagai bantal dan dengan cepat aku terlelap diatasnya.
Zzzzzz…..Selebihnya aku tak tahu apa yang terjadi di sekitar.
—-****—-
Greekkk…..praakkk…..Buughhh…..Kraackkk.
Aku tergelegap dan tersontak bangun. Dalam duduk dengan kepala pening, aku melihat jelas rombongan gadis-gadis tinggi cantik asal Tiongkok sudah duduk di depanku. Dua diantaranya memperhatikanku yang sedang dalam kondisi kusut, kemudian melempar senyum. Sudah tak mungkin aku melanjutkan tidur di depan mereka. Sepertinya mereka baru saja mendarat dan entah dari mana.
Jarum jam masih bertengger di angka empat. Berarti aku sudah terlelap genap empat jam. Aku menenggak air mineral tersisa. Dan dalam sekejap gadis-gadis itu sudah sibuk dengan gawainya masing-masing.
Kukeluarkan segera toiletries pack dan kumasukkan jaket tebalku ke dalam backpack. Aku segera beranjak menuju ke toilet. Masuk ke toilet bandara saat pagi adalah strategi untuk menikmati toilet bersih karena biasanya cleaning service baru usai membersihkannya dan belum ada yang menggunakan.
Benar saja, akulah orang pertama yang memasuki toilet pagi itu. Luar biasa bersih, perihal kebersihan fasilitas umum di Jepang, tidak usah ditanya, mereka jagonya. Pagi itu, sungguh nyata, untuk pertama kalinya aku menggunakan toilet dengan control panel penuh tombol. Aku menaruh backpack di lantai toilet yang bersih dan memulai aktivitas pagi di dalamya. Sepertinya aku kelamaan karena keasyikan mencoba mengoperasikan semua jenis tombol di sebelah kloset toilet. Tak kurang dari sepuluh jenis tombol aku memencet-mencetnya, mulai dari tombol penyamar suara (flushing/sound button) hingga penghangat kloset (warm seat button). Tak kerasa, hampir 40 menit aku menguasai toilet itu.
Oalah, Donny….Jauh-jauh ke Jepang cuman buat nyobain toilet….Kasihan……

Usai menggosok gigi di depan wastafel. Aku mulai mempersiapkan diri untuk menuju kota. Aku segera mencari keberadaan stasiun kereta. Mengikuti petunjuk yang ada aku diarahkan pada sebuah free shuttle bus untuk berpindah ke Terminal 1, karena kereta ke tengah kota berada disana.
Aku menaiki free shuttle bus itu. Menempuh jarak sekitar 2 km dan tak sampai sepuluh menit aku tiba di Terminal 1 tepat pukul enam pagi. Aku mulai berburu tiket kereta.
“Which train must I take to get the cheapest price to Shin-Imamiya Station, Ms?”, aku bertanya kepada petugas wanita yang duduk di bagian penjualan tiket.
“JR Kansai Airport Rapid for 1.060 Yen (Rp. 145.000), Sir”
“Okay, I take that”

Tak lama kemudian, JR Kansai Airport Rapid Train itu tiba. Aku segera memasuki salah satu gerbongnnya yang dominan silver dengan kelir biru, kemudian duduk di salah satu bangku tunggalnya. Tak sampai lima menit, kereta itu berangkat. Begitulah kereta Jepang, tak pernah telat dan selalu tepat waktu.
15 menit kemudian…..

Begitu terkejutnya diriku karena kereta itu melewati jembatan besi raksasa yang gagah mengangkangi laut. Seumur hidup, aku baru tahu kalau Kansai Internatioanl Airport (KIX) berlokasi di tengah laut, berjarak 5 Km dari daratan terdekat di kota Osaka. Bukankah ini pengalaman yang luar biasa?……
“toilet dengan control panel penuh tombol”… Ceboknya pakai koneksi bluetooth ora mas? 😛
Kalau ada koneksi Bluetooth tambah lama di dalem Wes…..lah saking gumun lan ndesone….njiannn
Emang deh, toilet di Jepang paling top. Banyak tombol dan bersih.
Berkat baca artikel ini, eh saya langsung searching tentang Kansai Airport.
Awal tahun 2020, saya dari Jakarta mendarat di Kansai Airport, tapi tidak tau kalau KIX berlokasi di tengah laut 😂
Iya mbak, toilet di Stasiun kereta aja sudah kayak toilet hotel bintang 5. 😊
Oh baru tahu juga ya mbak Ai kalau bandara ini dibangun di Osaka Bay…..Waktu itu ke tengah kota Naik apa emang Mbak?😊
Setuju, Mas. Salah satu yang dikangenin dari Jepang, emang toiletnya paling berkesan, bersiiih.
Iya, baru tau 😂
Naik mobil, dijemput gitu Mas
Bersyukur mbak Ai, kita bisa ke Jepang ya. Banyak yg belum beruntung untuk bisa pergi ke sana
Alhamdulillah, sangat bersyukur mas Doni. Semoga ke depan akan semakin banyak orang yg bisa mengunjungi Jepang. Aamiin
Yes, Amin dan salam semangat.😃
Salam semangat juga Mas 😃
Alhamdulillah masnya menikmati panorama jepang yg aduhaaiii bikin kangen
Betul mas Budan, Jepang selalu bikin kangen😊