Stasiun Tokyo: Mencari Jejak Menuju JR Expressway Bus Stop

<—-Kisah Sebelumnya

Bersiap meninggalkan Stasiun Harajuku.

Lewat sedikit dari jam dua siang. Mulai kutinggalkan Meiji Jingū melalui Stasiun Harajuku. Aku kembali menelusuri Yamanote Line, memutar ke selatan melewati Distrik Shinagawa, lalu kembali ke utara. Menempuh jarak sejauh lima belas kilometer dan berbiaya 200 Yen (Rp. 27.000).

Aku tiba di Stasiun Tokyo lewat sedikit dari jam setengah tiga sore dan diturunkan di platform bernomor empat di dekat Marunouchi North Exit. Maranuochi sendiri adalah kawasan bisnis yang berlokasi di sebelah barat Stasiun Tokyo.

Aku terus menelusuri lorong bawah tanah dan terus mencari petunjuk untuk mengeluarkan diri di exit gate yang berlokasi paling dekat dengan JR Expressway Bus Stop. Aku memang sedari pagi telah memutuskan akan menggunakan operator bus tersebut untuk berpindah dari tengah kota ke Narita International Airport.

Begitu menuruni tangga maka aku dihadapkan pada sebuah koridor panjang. Tepat pada dinding di depan anak tangga terakhir tersebut terdapat papan petunjuk lebar berwana kuning. Papan itu mengarahkanku untuk keluar di Yaesu South Exit. Itulah gerbang keluar terdekat dari JR Expressway Bus Stop. Apakah kamu tahu tentang Yaesu?….Berlawanan arah dengan Maranuochi maka Yaeshu adalah kawasan yang terletak di sebelah timur Stasiun Tokyo.

Petunjuk lokasi di koridor Stasiun Tokyo.
Yang tak mau bawa backpack, silahkan sewa loker.
Ini dia loker sewa di Stasiun Tokyo.
Dimana posisimu saat ini?
Automatic ticketing vending machine.

Sisi komersil stasiun ini begitu dominan. Sepanjang lorong bawah tanah, dimanfaatkan pengelola stasiun untuk menjual fasilitas loker kepada para penumpang. Fasilitas penyimpanan ini terkenal dengan nama Coin Lockers. Loker jenis ini mempunyai harga sewa yang bervariasi, dari 600 Yen hingga 1.000 Yen (Rp. 80.000 – Rp. 135.000) per hari.

Sepanjang koridor Stasiun Tokyo itu begitu ramai. Aku terus merangsek dan mulai mengalami disorientasi arah. Secara tak sadar, aku telah tiba di gerbang Shinkansen Transfer North Gate. Hingga akhirnya seorang petugas stasiun membantu mengarahkanku untuk menuju gerbang keluar terdekat. Atas jasanya itu akhirnya aku berhasil keluar di Yaesu Central Exit.

Yups….Tiba di Yaesu Central Exit.

Jeda waktu menuju jadwal penerbangan masih lama. Aku juga tak mau terlalu lama berada di bandara. Maka kuputuskan untuk mengambil tempat duduk di halaman Stasiun Tokyo. Aku terus mengamati aktivitas warga Tokyo yang tampak sangat sibuk. Sembari menikmati kesibukan itu, aku secara konsisten membuka kulit kuaci dan mengunyahnya biji demi biji. Dan karena tak bisa kutemukan tempat sampah, maka kubuanglah kulit kuaci itu di atas akar tanaman hias. Tak kusangka seorang petugas memperhatikan kelakuan burukku itu. Aku berespon cepat, sebelum dia mendatangiku, aku menunjukkan kemasan kuaci yang masih berisi separuh itu kepadanya. Ajaibnya, dia hanya tersenyum dan mengangguk. Padahal jika dia menegurku, maka aku sudah bersiap diri mengambil lagi sampah kuaci itu.

Masalah kulit kuaci sudah usai….

Aku beranjak dari tempat duduk dan menuju JR Expressway Bus Stop. Sesampai di lokasi, aku langsung masuk ke antrian panjang di platform bus nomor tujuh. Tepat pukul empat sore, aku menaiki JR Bus Kanto yang khas berwarna putih dengan kelir biru itu.

Aku menyerahkan 1.000 Yen (Rp. 135.000) kepada pak sopir yang bepenampilan sangat rapi dan berdasi. Setelah dia memberikan selembar tanda bayar maka aku mengambil tempat duduk paling belakang.

Berada di JR Expressway Bus Stop.
Ayo naik!

Aku bersiap menuju Narita International Airport Terminal 1.   

Kisah Selanjutnya—->

Leave a Reply