Sekitar jam 14:00, di teriknya cuaca Qatar aku mulai melangkah keluar dari Stasiun Katara. Sepertinya ini akan menjadi penghujung destinasi di hari keduaku di negeri yang pernah berjuluk “Catara” sebelum Abad XVIII. Ini akan menjadi eksplorasi panjang karena aku akan mengelilingi area pusat budaya di Doha yang memiliki luas tak kurang dari 35 hektar ini. Area ini adalah hasil kreasi dari Ministry of Culture, Arts and Heritage, Qatar.
Menuju ke arah timur selepas keluar dari stasiun, satu bangunan ikonik yang kujumpai adalah sebuah kado merah raksasa dipadu dengan ruangan berbentuk hijau bulat layaknya pipa raksana dalam permainan anak-anak. Itulah Katara Cultural Village Children’s Mall yang terletak tepat di halaman awal Katara Plaza.

Kini, aku bersiap memasuki area utama plaza dengan hamparan halaman luas beralas andesit dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan klasik mirip arsitektur abad pertengahan. Di beberapa titik plaza diletakkan area coffee shop, persisnya tepat di depan Katara Hall. Beberapa stand tampak dimiliki oleh Craves, Talabat, Vulcan, EXIT55 dan Scary Burger.


Katara Cultural Village memiliki area berbentuk segitiga yang menghadap ke pantai. Terletak di pantai Timur Qatar, dibatasi oleh Shakespeare Street di utara, Al Moasses Street di Selatan, Lusail Expressway di sebelah Barat dan Katara Beach di sebelah Timur. Sementara pusat area ini terletak pada sebuah amphiheater terbuka menghadap ke Al Yazwa Public Beach atau khalayak lebih mengenalnya dengan nama Katara Beach.


Sebelum menuju ke pusat area itu, aku menyusuri bagian selatan dari amphitheater. Lalu memasuki sebuah blok bertajuk Virtual Art Center yang bagian atas halamannya terlindung oleh delapan bentang kain yang efektif meredam panasnya udara kota. Tampak juga seni kotemporer di pajang di beberapa spot di blok ini.




Di halaman ini disedikan Katara Club Car (boogie car) yang merupakan free service untuk para pengunjung di Katara Cultural Village. Karena aku ingin benar-benar menikmati suasana maka kuputuskan untuk tetap berjalan kaki saja.
Kini aku tiba di bangunan paling selatan dari area budaya ini, yaitu Katara Mosque, khalayak memanggilnya dengan Friday Mosque. Sebuah masjid indah dominan biru dengan satu menara di salah satu sisi. Kusempatkan untuk beribadah Ashar di masjid ini sebelum aku lebih jauh melangkah melakukan eksplorasi. Tampak beberapa turis non-muslim diizinkan masuk tetapi tetap diwajibkan menggunakan celana panjang untuk laki-laki dan kerudung untuk perempuan.


Sementara disebelah masjid terdapat sepasang menara yang difungsikan sebagai tempat tinggal para merpati di area itu. Ini adalah spot paling ikonik yang sering diburu oleh para turis karena setiap mencari laman Katara yang muncul selalu gambar bangunan itu. Hebat…..Merpati aja dibikinin apartemen…..Bayar kagak tuh?…..Hahaha.

Kemudian kulewati beberapa spot seperti Youth Hobbies Center, Katara Art Studios hingga aku mencapai sisi pantai setelah melewati Saffron Lounge Indian Restaurant dengan exterior berupa kunci hitam besar yang diletakkan di halaman tepat di tengah kursi dan meja makan restoran tersebut.

Di akhir kunjunganku, aku menyempatkan duduk di amphitheatre yang sedang dilakukan rehearsel untuk acara The 4th Cultural Diversity Festival yang menurut informasi akan dihadiri oleh 14 negara peserta.

Itulah kilas balik kunjunganku di Katara Cultural Village. Saatnya pulang ke hotel dan beristirahat untuk eksplorasi hari ketiga di keesokan hari.
Istirahat dulu, gaesssss…….
Bangunan berbentuk kadonya, unik dan kreatif 🤩
Qatar memang begitu mbak Ai…..Semua bangunanya dibuat ikonik…Mengagumkan😀
Kotanya memang setandus itu ternyata, ya, Mas? 😀
Bubyarrr nak nandur pari mas….ra ono lemah, pasir kabeh…….nak tanduran, mereka pakai hidroponik skala besar….di setiap taman mereka begitu