Selain mengunjungi tempat-tempat wisata gratisan, memasak adalah hal lazim yang dilakukan para backpacker untuk mengerem pengeluaran di hari-hari perjalanannya. Karena mereka juga harus pandai menciptakan dana cadangan untuk mengantisipasi jika terjadi biaya tak terduga. Begitu pula dengan hari-hariku di Qatar, memasak sudah menjadi rutinitas setiap pagi dan malam mengingat biaya hidup di Qatar tidaklah murah.
Sore itu, bermula pada perjalanan pulang dari Katara Cultural Village menggunakan Doha Metro. Aku menuju Stasiun Souq Waqif dan bertolak dari Stasiun Katara melalui kombinasi Red Line dan bersambung dengan Gold Line di Stasiun Msheireb. Ini adalah perjalanan keduaku menggunakan Doha Metro.



Dari Stasiun Souq Waqif aku menyambung perjalanan dengan Karwa Bus No. 12 dari Al Ghanim Bus Station untuk menuju Casper Hotel, tempatku menginap selama di Qatar. Ini adalah perjalananku ke-9 menggunakan Karwa Bus. Perjalanan pulang sore itu membutuhkan waktu dua jam hingga tiba di penginapan. Sebelum tiba, aku sempat berbelanja terlebih dahulu di Abdulla Ali Bumatar minimarket yang terletak di dekat hotel untuk membeli kebutuhan logistik hingga hari terakhirku di Qatar nanti.

Setelah selesai membersihkan diri, aku segera menunaikan shalat maghrib berjama’ah di musholla dekat penginapan. Memasuki waktu bersantai, aku bergegas menuju pantry untuk melakukan kegiatan rutin malam hari….Yes, memasak.

Bahan pangan utama yang mejadi santapanku setiap hari adalah roti Paratha khas Kerala buatan GRANDMA Bakery and Sweets, cukup murah, tiga lembar parata kubeli dengan harga Rp. 8.000. Tiga lembar parata sudah lebih dari cukup untuk membuatku merasa kenyang.
Sedangkan untuk lauknya aku memilih membeli sarden kemasan termurah yang dipajang di minimarket. Kuberikan Rp. 12.000 untuk mendapatkan satu kaleng kemasan berisi tiga potongan sedang ikan sarden. Karena ini sarden termurah, tentu akan berpengaruh pada rasa, rasanya plain, kawan….Hmmhh. Itu tampak seperti ikan sarden yang dituang ke dalam minyak sawit saja…..Hahahaha.


Ketika berpergian, kemewahan makanan bukanlah menjadi concernku sejauh ini. Yang terpenting adalah bagaimana tetap mengupayakan makan tiga kali sehari dengan harga terjangkau tetapi layak nutrisi. Jadi bisa dipastikan aku akan jarang sekali bersantap di restoran kecuali jika yang kujalani adalah business trip…..Ya, iya lah, business trip kan dibayarin kantor. Hahahaha.
Lalu, bagaimana dengan menuku di keesokan harinya, sebelum memulai eksplorasi hari keempat di Qatar. Mau tahu?…..
Ini dia:


Nah itulah satu dari sekian banyak caraku untuk berhemat selama menjelajah Qatar. Jangan ditiru….Itu sangat menyiksa….Hahaha.
Yuk lah, kita jalan lageee…..
Wahhh enak tempat penginapannya udah tersedia untuk masak-memasak yaa, itu sendiri-sendiri atau barengan sama penghuni lain ya? Ahh Qatar, impian sekali.
Masak bersama dg penginap yg lain, mas Andrie……ya begitulah, enaknya dormitory….Berangkat mas…..Hahahhaa
Ahahaha… mi instan; jelas itu makanan wajib para backpacker dan penjelajah hutan 😀
Tapi kok melas banget sih itu tampilan ikan sarden-nya; masih yahud sarden yang dijual di gerai swalayan Indonesia Oom
Brarti Mie Instant naek kelas….Penjelajah kota jg menikmatinya.
Wah wah wah, sarden yg ntuh tanpa rasa…..yg penting kenyang….Hahaha
Yang penting memang kenyang, sih, Mas. 😀 Btw, tempat makan di Qatar bener-bener nggak ada yang murah, Mas? Kayak warung-warung makan di sini tapi versi Jazirah Arab gitu mungkin…
Angel goleke mas…..warung paling semejana nang kono sekali makan keno 50K…sego+paha pitik+chai….wes, kuwi paling ngirit.
Nak 50K masak dhewe, iso ping telu kuwi……wiess, ndang pilihen….hahaha