
Tepat jam lima pagi aku mulai mengguyur badan di kamar mandi Bahrain Plaza Hotel. Hari itu juga, aku akan meninggalkan Bahrain dan menuju ke Kuwait. Setelah memastikan segenap perlengkapan tak tertinggal, aku turun ke lantai satu untuk menyerahkan kunci dan menuju ke shelter bus terdekat. Tak jauh, cuma tiga ratus meter di selatan hotel, tepat di depan Manama Cemetery.
Sepuluh menit kemudian Bus asal pabrikan MAN bernomor A1 tiba. Masuk dari pintu depan dan men-tap Go Card untuk membayar tarif senilai Rp 12.000, aku meluncur menuju Bahrain International Airport selama satu jam ke depan.
Tiba di airport pada jam 07:45, aku langsung menuju ke lantai 1. Area check-in yang tak lebih elok dari konter yang sama milik Halim Perdanakusuma Airport. Nomor penerbangan yang tak kunjung muncul di LCD Departure Hall, membuatku memiliki waktu untuk menukar Bahraini Dinar (BHD) tersisa. Rupanya money changer di lantai 1 tak mau menerima Dinar dalam jumlah kecil, beruntung Bahrain Financing Company (BFC) di lantai 0 masih mau menerimanya.
Jam 9:30, konter check-in untuk penerbangan Kuwait Airways KU 614 mulai dibuka. Kujelaskan singkat bahwa aku akan menuju Qatar dengan dua non-connecting flight dan akan transit di Kuwait. Staff pria muda itu hanya sekali bertanya kepadaku perihal Visa Qatar. βQatar visa is free for Indonesian, Sirβ, jawabku mengakhiri percakapan dan dia memberikan dua tiket berlogo burung biru sekaligus. Tiker sendiri aku pesan 9 bulan sebelum keberangkatan.

Melewati konter imigrasi dengan mulus, aku segera menuju ke Gate 15 yang berlokasi di pojok ruangan dengan selasar sempit yang terhubung ke jalur aerobridge. Menunggu waktu boarding, aku terus mengamati lalu-lalang Gulf Air, maskapai kenamaan milik Kerajaan Bahrain.

Sedikit terlambat, aku mulai boarding pada jam 11:51. Rasa tak sabar menggelayuti hati untuk merasakan pertama kalinya penerbangan Kuwait Airways, maskapai milik Kerajaan Kuwait.



Segera mengambil tempat duduk sesuai yang tertera di boarding pass dan mempersiapkan diri untuk penerbangan pendek sejauh 420 km yang akan ditempuh dalam waktu 1 jam 10 menit.



Tampak bahwa beberapa aircrew maskapai ini berkebangsaan Philippines dan beberapa dari kawasan Afrika. Selama penerbangan, kuperhatikan botol-botol minuman beralkohol tak nampak pada food trolley, sepertinya penerbangan Kuwait Airways adalah penerbangan bebas alkoholβ¦.. Keren.


Siang itu udara di tepian barat daya Teluk Persia tampak cerah. Hal ini menjadikan penerbanganku terasa sangat mulus, tanpa turbulensi sama sekali. Penerbangan yang menyenangkan.


Di seperempat terakhir mengudara, pesawat mulai merendah dan menampakkan daratan Kuwait yang tampak gersang dan panas. Aku sendiri tak sabar ingin segera mengenal Kuwait International Airport yang menjadi mainhub Kuwait Airways.



Waktu menunjukkan jam 13:35. Selepas pesawat berhenti sempurna, aku segera meninggalkan badan pesawat menuju ke Transit Hall Kuwait International Airport. Aku akan bersabar menunggu hingga pukul empat pagi di keesokan harinya untuk menuju Qatar.

“Tiker sendiri aku pesan 9 bulan sebelum keberangkatan.” — uripmu kok enak banget sih, Oom? Mlaku-mlaku terus, jadi lelaki endorsement pula kan π π π
Aku iri π
Justru aku ngiri karo kamu…..bisa berkeliaran sesuka jiwa raga gitu, ga ada yg atur-atur……trus iso berlama-lama mengamati senja….puolll damai iku mas.ππ
Senja lokal pasti beda sama senjanya interlokal, Oom π π
Katamu senja di Nusa Tenggara yang terbaik…..bikin penasaran…π
Jangan, Oom. Lihat senja di Nusa Tenggara itu berat… Biar aku saja π
Ini nih…monopoli passion……π. Bisa diplagiat nih….hahaha
Itu yang di sekeliling Kuwait City padang pasir, Mas Donny? Edyaaaan
Yoi mas….piye, ngedap edapi ra?….dolanan pasir mas……takjobb aku begitu landingπ
Nek digawe istana pasir mesti dadine skala 1:1 Mas hahahaha