“Prepare your leg to climb Anadu Hill !”, tutur Mr. Tirtha sambil mengepalkan tangan kanannya ke depan.
Ya, aku tahu. Di bagian akhir kali ini, aku harus menaklukkan ratusan anak tangga untuk menikmati keindahan pagoda berusia 47 tahun, satu dari delapan puluh pagoda perdamaian yang tersebar di seluruh penjuru bumi.
Menanjak ke barat laut, mesin taksi mungil itu menggerung hampir 20 menit untuk menuntaskan perjalanan sejauh 3,5 km. Tiba di area parkir, Mr. Tirtha menunjukkan darimana aku harus mulai menanjak.
Perlu waktu lama untuk menaklukkan seluruh anak tangga. Terengah….Aku sejenak menyandari pagar tangga di tengah perjalanan. Pelan menenggak air mineral tersisa, aku beristirahat sejenak sembari menikmati wajah-wajah ayu gadis Nepal yang terus melintas. Para gadis Nepal berperawakan langsing yang gemar memiliki rambut hitam panjang teurai, berkulit cokelat dan berwajah khas Asia Selatan. Akan beruntung jika kamu menemukan yang bermata sipit….cantik otentik….Aduhai.
Seperti kilat, aku tergagap ketika seorang gadis Nipon melewatiku dan melempar senyum sembari berucap singkat “Hi”. Otomatis bibirku menyungging senyum kepadanya sambil mengawasinya lekat. Aku masih terbengong ketika dia menanjak semakin jauh. “Siapa dan Kenapa?”, batinku terus bertanya.
“Oh, astaga…..Itu si cantik berkuncir kuda bermarga Kawaguchi yang duduk di sisi kiriku dalam penerbangan Thai Airways TG 319”, ingatanku menyadarkan lamunan. Dia sudah menghilang di tikungan. Aku bertekad mencarinya di atas nanti.

Mulai memasuki pelataran nan luas dan disambut oleh patung Mr. Meen Bahadur Gurung, Deputi Menteri Pertahanan Nepal yang telah berjasa dalam pengembangan stupa.

World Peace Pagoda dikenal dengan nama lain Shanti Stupa. Shanti adalah bahasa Sansekerta yang berarti perdamaian. Jadi pada dasarnya ini adalah monumen perdamaian yang didirikan berwujud stupa. Stupa ini dibagun oleh sebuah ordo Buddhist dari Jepang bernama Nipponzan-Myohoji.


Pelataran depan begitu hening, hanya terdengar satu jenis dengung yang dibunyikan oleh seorang biksu dalam sebuah ruangan. Hening dan sakral. Sementara di sisi jauh tertampil tepian selatan dari Phewa Lake dan lekukan Himalaya yang luar biasa memikat.


Jantung terasa berhenti ketika helikopter berwarana merah mendadak menukik tajam jatuh ke danau. Baru kali ini melihat helikopter jatuh menghujam dengan tajamnya.
Nafasku yang mendadak berhenti, akhirnya mampu menarik udara kembali dengan cepat ketika helikopter itu mampu mensejajarkan moncongnya dengan permukaan danau. Astaga….Itu hanya permainan adrenalin berbayar, pastas saja pengunjung di sekitarku mengacuhkannya….Ndeso kamu, Donny.

Mataku menyusuri segenap arah mencari keberadaan Kawaguchi. Berdebar berharap menemukannya. 15 menit sudah…..Tak kunjung pula aku melihat batang hidungnya. Mungkin dia sudah keburu pulang, hilang sudah kesempatan untuk meminta maaf karena aku tak mengingatnya dengan baik….Sudahlah.

Sudah sore, saatnya pulang ke hotel.
Lihat suasana Shanti Stupa di sini: https://youtu.be/wSOfTsqJjX8
Dari hari pertama di Pokhara selalu lihat Shanti Stupa ini dari pinggira Phewa, Mas. Magis banget pemandangannya kalau dilihat dari bawah. 🙂
Serasa ga mau pulang ke Indonesia lagi mas…..hahahaha. Ngopi Himalayan coffee diatas bukit Anadu….mantab
Waktu serasa berhenti Mas di Nepal. Enak banget buat santai, buat detoks teknologi. 🙂
Aaah padahal sudah nggak sabar membaca tentang pencarian si Kawaguchi itu… Ternyata sama saja dengan cerita helikopter merah penuh drama itu 😀 kena pasal 378 nih!! 😀 😀
Eeeh… Di sana ada wanita berambut sebahu dan bermata sipit nggak, Oom? 😉
Bien penasaran kayak novel-novel sebelah.
Pasal 378 tdk berlaku di dunia blogging mas, seasumsiku.
Wanit berambut sebahu dan bermata sipit cm nongol di keramaian setahun sekali….di Festival Lima Gunung mas, sepengetahuanku……nanti coba kucarinya di acara yang sama…..ckckck
Keren bangat. Semoga suatu waktu kelak bisa main kesini juga. Amin
Monggo mas Moel, apa perlu saya antar….😁😁😁
cakeppp
Wah cekepnya Nepal memang bikin kangen mbak…..pengen balik lagi jadinya 😁.