Mengunjungi Nepal identik dengan mengunjungi Himalaya. Dan seluruh pelancong tahu bahwa gerbang Himalaya itu ada di Pokhara. Sudah lama kota berjuluk “Permata Himalaya” ini membuka diri untuk mempertontonkan keelokannya ke penjuru dunia.
Hal inilah yang menempatkan Pokhara menjadi top list dalam kunjunganku di kawasan Asia Selatan. Bukan Kathmandu, tapi kota terbesar kedua Nepal yang terletak di barat laut lembah Pokhara inilah yang membuatku bergegas sejenak meninggalkan ibukota Nepal walaupun baru sehari tiba.
Berikut tujuh destinasi wisata yang kukunjungi di Pokhara:
1 Sarangkot.

Menjadi titik pandang terdekat untuk menikmati pegunungan Himalaya menempatkan Sarangkot sebagai gtempat istimewa untuk dikunjungi para pelancong yang tak memiliki banyak waktu untuk mendaki pegunungan tersohor itu.
Datanglah di awal pagi dan duduklah di viewpoint mendahului fajar. Nikmati gradasi warna yang menyiram lapisan es di puncak Machhapuchhare. Niscaya warna keemasannya akan membuatmu terpesona.
2. Bindhyabasini Temple

Menuruni Sarangkot berlatar Phewa Lake yang ikonik, aku segera menuju ke sebuah kuil Hindu tempat pemujaan Dewi Bhagwati yang terletak 7 km di sebelah timur Sarangkot. Tepat jam 08:14 kuil sudah begitu ramai dengan lalu lalang pelawat dan juga jemaat yang datang untuk bersembahyang.
Letak kuil yang berada di sebuah bukit membuatku dengan leluasa memandangi rapatnya perumahan penduduk yang berlatar pegunungan Himalaya yang membiru dengan warna putih di puncaknya.
3. Old Bazaar/Purano Bazaar

Kini aku bergerak 2 km ke arah selatan menuruni jalanan menuju sebuah tempat perniagaan yang sudah ada sejak abad ke-18. Pasar dengan dominasi arsitekur Newar bermotif bata merah dengan belahan jalur yang hanya cukup bagi dua kendaraan yang saling berpapasan.
Pukul 09:15…Masih terlalu pagi buat masyarakat Pokhara untuk berdagang. Sejauh mata memandang, memoriku dimanjakan dengan pemandangan jalanan pasar yang dihapit oleh bangunan klasik di kiri- kanan kemudia di ujung jalan sana dibendung dengan wajah Himalaya yang keelokannya abadi.
Saking lengangnya pasar, menikmati Jalebi di tengah jalanan pasar pun tak ada yang mengganggu.
4. International Mountain Museum

Sekembali dari hotel untuk menyantap sarapan. Kemudian, aku melanjutkan bertamu ke sebuah museum yang didedikasikan bagi para pendaki Himalaya yang tak pernah lagi turun dengan selamat.
Dengan membayar Rp. 55.000, aku disuguhi galeri yang menampilkan sederet foto puncak bersalju di seantero dunia disusul dengan kekhasan berbagai etnis penghuni Nepal, kemudian ditutup dengan beberapa kisah heroik para pendaki Himalaya.
5. Tashiling Tibetan Refugee Camp.

Bagi yang belum sempat mengunjugi Tibet, maka rasakan nuansanya dengan mengunjungi para Tibetan di Tashiling. Perkampungan ini ditinggali oleh pengungsi Tibet yang bermigrasi karena intrik politik.
Mereka menyambung hidup dengan cara berdagang di tempat tinggalnya yang baru. Banyak para pelancong yang berbelanja souvenir di tempat ini. Aku sendiri menyempatkan menyantap makan siang dengan menu semangkuk mie seharga Rp. 20.000 di salah satu kedai makan milik mereka.
6. Gupteshwor Mahadev Cave.

Berjarak selemparan batu dari Tashi Ling, goa yang terletak persis di tepian jalan Siddhartha Rajmarg ini berbiaya masuk Rp. 14.000. Melingkar menuruni tangga dengan bangunan utama berwarna merah, aku sampai pada mulut goa. Berlanjut menyusuri liukan lorong-lorong sempit nan lembab yang berujung pada ruangan utama gua dengan pemandangan derasnya air terjun yang terintip dari guratan celah memanjang di salah satu sisi….Indah sekali.
7. World Peace Pagoda

Menjelang sore, aku tiba di destinasi terakhirku. Dengan nama lain Shanti Stupa, pagoda putih bersih ini harus ditanjaki dengan susah payah di Bukit Anadu. Sebuag situs peribadatan peninggalan jepang perlambang perdamaian yang menjunjung kesunyian. Tak diperkenankan berisik sedikitpun adalah norma yang harus ditaati selama berkunjung.
Hiasan alam berupa Pegunungan Himalaya beralas Phewa Lake dalam satu sisi pandang menjadi semakin sempurna dengan penampakan kota Pokhara bak maket terlihat dari atas.
Jadi, jika kamu berkunjung ke Pokhara pastikan mengunjungi tempat-tempat keren ini ya.
Sangat senang dengan foto pegunungan di Sarangkot 🙂
Oiya, Tibetan Village juga menawarkan masakan Halal ya mas?
Mas Win, apa kabar? Semoga sehat selalu.
Pokhara indah dimana-mana mas😊
Kalau masalah halah atau tidak, aku sebetulnya ga yakin. Aku hanya memilih chicken noodle saja…..😁
Tapi kalau masakan Nepal saya yakin halal.
Kabar baik mas, sdh lama tidak mampir disini krn bnyk urusan.. trip Nepal saya gagal berangkat krn kemolekan mbak Corona sudah terpancar kemana-mana.
In my opinion, chicken noodle will be the best choice ever 😜, yg penting halal saja.
Syukurlah jikalau baik-baik saja Mas Win.
Masih ada waktu utk kembali ke sana suatu saat, sabar menunggu saja ya.
Semua juga sdg “Di Rumah Aja”
Kalau masalah makanan, saya mah apa saja mas…..yg penting terjangkau dan kenyang.😊
Iya, Mas Donny.. suntuk juga di rumah terus2an, hahaha
Kerja dr rmh atau libur mas?
Saya work from home, Mas Win.
Gimana Medan? Terkendali?
Dunia traveling sdg mati suri ini mas. Nunggu 2021.
Banyak bersabar dulu.
Medan dan sekitarnya mulai terdampak mas.. namun sejauh ini msh terkendali.
Saya malah masih kerja di lapangan mas, tidak dpt option WFH, haha
Sementara waktu travelling di dunia maya saja dulu mas Donny 😌
Hati-hati mas.
Waspada selalu.
Iya, lihat cerita cerita orang di blog aja dah seneng….hahaha
Iyaa, selalu pasang masker hingga merasa seperti dokter gigi, hahaha
Betul mas Donny, pantengin blog org2 yg menjelajahi tempat2 baru sdh merasa senang untuk saat skrng ini 😌
Stay safe and strong, mas!
Kita harus tetap selamat dari wabah ini….masih Panjang mimpi. Banyak berdo’a sama Tuhan….Hehehe.
Semangat!!!!
Di International Mountain Museum ada kisah heroiknya Sir Edmund Hillary nggak, Oom?
Wah itu mah sudah pasti mase….siapa yg kagak kenal doi sih.
Btw banyak cerita mengharukan, ada yang survive di atas sampai hampir kehilangan nyawa, ada juga yang satu helikopter meninggal semua karena misi kemanusiaan yang gagal.
Alat-alat pendakiannya di pajang di situ.
Waah asyik ini museum yes. Patut memang disambangi
Iyo, ini destinasi paling lama yang kukunjungi. Harus baca semua artikel baris demi baris.
Indahnya. foto2nya bagus mas. Smoga covid-19 segera berlalu
Syukurlah bisa menjadi bahan bacaan selama WFH mbak Cicilia. Iya, semoga pandemik segera berakhir dan backpackeran keliling dunia kembali.