Tourist Bus dari Kathmandu ke Pokhara

Antrian bus di Kanti Path Road.

Cukup dengan Rp. 40.000 untuk menunggang taksi selama 10 menit dari Thamel ke Kanti Path Road. Jika tak takut tersasar, kamu juga boleh menempuhnya selama 20-25 menit dengan berjalan kaki.

Imajinasiku mengatakan bahwa bus yang sedang kukejar ini akan standby di sebuah kantor travel agent. Tetapi kenyataannya jauh diluar perandaian. Semua bus dari berbagai travel agent berbaris menyemut di sepanjang Kanti Path Road.

48 menit menjelang keberangkatan, kusempatkan bersarapan ringan karena ini adalah perjalanan panjang yang aku sendiri tak tahu bagaimana manajemen waktu perjalanannya.

BG’s Coffee Shop yang sudah buka di sisi Kanti Path Road.
Bisa juga sarapan di trotoar, gaes….Duh, anak sholeh bantu bapaknya jualan.

Tiket sendiri sudah kupesan via email dari Jakarta seharga Rp. 92.000, hanya saja pembayaran dilakukan di lokasi keberangkatan. Transaksi aneh yang kujumpai pertama kali di luar negeri. Kini masalahnya hanya satu, aku harus dioper ke bus lain karena menurut si penjual tiket, bus yang kupesan sudah fullseat (sepertinya ini memang strategi mereka, menjaring penumpang via email terlebih dahulu dan perihal akan ditempatkan di bus yang mana, itu urusan belakangan….Hahaha, cerdas).

Hebatnya lagi, Aku hanya diberikan selembar tiket lalu diminta untuk mencari bus secara mandiri di sepanjang Kanti Path Road berdasar plat nomor yang tertera di tiket. Penuh percaya diri kuiyakan perintah itu. Hanya saja, baru saja berjalan 5 menit mencarinya, aku mulai kewalahan….Ya puyeng lah!….Numerik Nepal kan berbeda dengan numerik latin!.

Parah….Kini setengah jam menuju keberangkatan mulai dihitung mundur. Tak berbekal akses komunikasi apapun, aku kembali lagi ke titik awal pencarian untuk bertanya kepada si penjual tiket yang nampaknya merangkap jabatan sebagai koordinator bus. Kelimpungan dibuatnya karena aku tak menemukan batang hidungnya. Kutunjukkan tiketku kepada beberapa orang di sekitar, mereka hanya manyahut “wait!….wait!”. Berusaha menyamarkan kepanikan dengan 15 menit tersisa menuju waktu keberangkatan, mataku lekat mengawasi satu persatu kerumunan orang untuk menemukan orang yang kucari. Yes, aku mengenali warna hijau penutup kepalanya dan kalungan handphone poliponik di lehernya. Kuhampiri dan memintanya menolongku menemukan armada yang termaksud dalam tiket….Beuh, dia hanya berucap singkat “Looking for the light green bus….Row number three from the front”. Melihatnya sibuk dan tak mungkin menemaniku mencari, aku segera berlari menuju barisan terdepan.

Akhirnya armada hijau muda bertolak tepat pukul 7. Berbekal seliter free-mineral water, aku terduduk di kursi paling belakang bersama mahasiswa asal Korea yang kemudian akan bercakap akrab sepanjang 8,5 jam perjalanan menuju Phokara.

Interior bus.

Sepanjang perjalanan, bus akan berhenti empat kali.

Dua kali untuk toilet break selama 15 menit yaitu break stop ke-1 pada jam 9:30 dan break stop ke-4 pada jam 14:30.

Selain toilet break, bus juga akan 2 kali berhenti untuk makan masing-masing berdurasi 20 menit. Break stop ke-2 untuk sarapan pada jam 10:30 dan break stop ke-3 untuk makan siang pada jam 13:30. Aku sedikit memperhatikan meja kasir rumah makan, terlihat bahwa sedikit banyaknya makanan yang diambil, penumpang secara merata membayar Rp. 53.000.

Duh imoetnya….
Harus cepat kalau ga mau ditinggal bus.
Bahkan aku tak sempat menguyahnya…..Masuk mulut langsung telan.

Selama perjalanan pula, aku sungguh terpesona ketika tersuguh pemandangan dari sisi kanan. Dedaunan yang memutih karena tertutup tebalnya debu jalanan, papan-papan iklan raksasa yang terpanjang di tengah pesawahan, jembatan-jembatan gantung penghubung antar bukit, kegiatan rafting di sepanjang sungai dan ramainya wisata Chandragiri Cable Car. Bahkan aku bisa dibuat tersenyum dengan tingkah warga yang berjemur di tengah hawa dingin 9°C sembari bermain karambol atau beberapa dari mereka mengelilingi api yang dinyalakan di pelataran rumah.

Debu….Lihatlah !
Sawah pun menjadi lahan komersil.
Punya tetangga ga tuh?….

Perlahan bus menaiki, menuruni dan mengelilingi pegunungan dengan jurang di sebelah kanan. Aku tak terlalu khawatir karena bus berjalan pelan. Satu hal yang kemudian membuatku tersadar bahwa kebanyakan mobil, truk dan bus di Nepal berasal dari pabrikan Tata Motor, India.

Lihatlah truk di area pertambangan di sepanjang Kathmandu-Pokhara.

Kupikir moda bertuliskan Tourist Bus ini tak akan mengambil penumpang di jalanan, ternyata dua kali kondektur ciliknya menaikkan penumpang, hanya saja tak sampai ada yang berdiri.

Perjalanan sempat terhenti karena terjadi kebocoran roda pada 15 menit sebelum mencapai Pokhara. Kondektur belasan tahun itu pontang-panting untuk mengganti roda, beruntung 3 sopir taksi datang membantu. Dalam kondisi seperti ini, aku masih sempat saja bertransaksi di sebuah pasar tumpah untuk mendapatkan sekantong jeruk seharga Rp. 13.000. Tetapi perbaikan yang terlalu lama dan tak kunjung usai, akhirnya aku dioper ke bus lain.

Taksi jadoel tapi ekslusif.

Di Pokhara, bus akan berhenti di Tourist Bus Park dengan pemandangan pegunungan Himalaya di belakangnya…..cuannteeekkkkk luar biasa.

Tak mengindahkan serbuan para sopir taksi, aku bergegas menuju sebuah kantor travel agent tak jauh dari tempatku turun. Yup…Aku berinisiatif untuk langsung memesan tiket balik menuju Kathmandu karena nantinya aku akan terbang ke New Delhi melalui Tribhuvan International Airport. Travel agent ini menawarkan tiga jenis harga tiket yang berkisar dari dari Rp. 80.000 hingga Rp. 105.000 tergantung dari kualitas bus. Tak ambil pikir panjang, aku memilih harga termurah.

Tourist Bus Park.

Yuk Explore Pokhara!

Lihat video terkait artikel ini disini: https://youtu.be/sSDNtAYx0tQ

4 thoughts on “Tourist Bus dari Kathmandu ke Pokhara

Leave a Reply