
Resepsionis: “Mr. Donny Suryanto from Indonesia?”, menyapaku ketika merapat ke mejanya.
Aku: “How do you know me?”.
Resepsionis: “Yes Sir, we are waiting for you. Our last room which we have. And you have kept it via Booking.com.”
Aku: “yeaa wright….Hahaha, excellent.”, bersamaan menandatangani berkas beriring senyum.
Aku memasuki kamar Hotel Holiday House seharga Rp. 130.000. Berencana singgah semalam di Kathmandu. Dan di keesokan pagi, aku berangkat menuju Pokhara untuk menikmati Himalaya.
Sempitnya waktu memaksaku untuk bergegas cepat. Mengurungkan niat berbasuh dan segera mengambil folding bag untuk kemudian kuisi dengan barang-barang penting, lalu menuju Swayambhunath Stupa.
Kini aku menyusuri jalanan sempit Thamel dengan hisapan debu yang tak terelakkan di setiap langkah. Bau khas debu tersamar dengan bau wangi menyengat dupa yang perlahan memendek terlahap bara kecil di beberapa kios penjual pashmina.
Kuhampiri pengemudi yang sedang mengelap taksi mungilnya dari debu, kemudian memulai transaksi menuju Swayambhunath Stupa yang 3 km jauhnya dari tempatku menginap. Aku sengaja mengurungkan niat untuk menempuhnya dengan berjalan kaki karena khawatir hari kian sore.

Rp. 50.000 adalah kata sepakatku dengannya. Selama perjalanan, irama pop Nepal yang aku sendiri tak pernah faham maknanya membuat kepalaku mengangguk-angguk mengikuti alunannya. Sesekali si driver merangkap si pemilik taxi menatapku penuh senyum dan akhirnya kita mengangguk-angguk bersama.
Si pengemudi taxi menyarankanku untuk turun di gerbang atas kuil saja. Perlu waktu lama katanya jika aku harus menapak dari gerbang bawah. Setelah mengiyakan sarannya, perlahan taxi mungil itu melaju melingkar mengikuti kontur bukit Swayambhu dan menurunkan tepat di gerbang depan.

Penjaga gerbang: “Where are you come from?.”
Aku: “Indonesia, Sir”
Penjaga gerbang: “Oh, I know….I know….Jokowi”.
Aku: “Hahaha great….You know that.”
Penjaga gerbang: “He is very famous here”, ucapnya sembari merobek tiket masukku seharga Rp. 25.000.


Benar adanya, sesuai julukannya “Monkey Temple” maka area di sekitar stupa ini banyak dijumpai monyet yang riuh menyambut kedatangan pelawat di pelataran depan. Melintasi kolam perdamaian penuh koin yang dilempar oleh para pelawat. Konon mereka percaya do’anya akan terkabul jika melemparkan koin tersebut. Aku terus berlanjut menapaki tangga menuju tempat peribadatan utama di puncak bukit.

Para jemaat bergantian datang dan memutar prayer wheels satu persatu….tentu mereka berharap Buddha mengabulkan permintaannya.
Di sekeliling stupa para penjual souvenir menawarkan barang dagangannya kepada para pelawat. Souvenir berbahan logam yang kusam terpapar debu tak menyurutkan niat para pelawat untuk membeli dan memilikinya.

Melewati setiap alur di sekitar stupa, anjing sebagai satwa penjaga tampak lulut dan sebagian diantaranya tertidur pulas di sembarang tempat. Sementara ribuan bendera do’a warna-warni berjajar rapi pada sebuah tali yang berpusat pada stupa dan terbentang ke berbagai penjuru.

Sementara di tepian lain, tersuguh sunset yang menyiram kota dengan spektrum kuning emas kemerahan. Perpaduan nuansa religi dan keindahan alam yang sangat memanjakan mata.

Keluar di gerbang yang sama, aku meluangkan waktu untuk menuruni jalanan, melihat aktivitas pedagang kaki lima. Langkahku terhenti pada kesibukan sepasang suami istri penjual panipuri. Lalu aku menebusnya seporsi dengan harga Rp. 12.000 dam mulai menikmati jajanan kaki lima Nepal untuk pertama kalinya. Rasa pedas bercampur asam manis dengan aroma kuat kari membuatku sedikit lambat menelan setiap potong panipuri yang kubeli. Pada akhirnya sejoli penjual itu menertawakanku ketika mengunyah jajanan itu sambil melotot.

Selepas menikmati jajanan ala rakyat Asia Selatan yang terkenal tersebut, aku menghentikan sebuah taxi yang baru saja menurunkan penumpang. Saatnya menuju penginapan, mandi dan bersiap diri menikmati dinner di malam pertamaku di Nepal.
Bye Swayambhunath….Bersiap menuju Pokhara esok hari.
Wah,,, penjaga gerbangnya kenal Jokowi. Katanya Jokowi terkenal di sana. Segala kekaguman akan foto bangunan candi yang awalnya membuatku terpesona,,, tiada arti dibanding kata² penjaga gerbang. Itu keren.
Nah dapat kejutan lagi kan….hehehe.
Kadang tak serasa jauh dari rumah jika ada kejadian begituan.
Btw,gimana, Siantar aman kan selama Work from Home?😁
Benar² kejutan yang menyenangkan dan membuatku sangat bahagia. Eh, koq …😃😃
Siantar masih aman. PDP masih 1, positif belum ada, ODP yang banyak.
Btw, kami yang instansi masih belum ada pemberlakuan WFH.
Oh begitu……jaga diri aja bu.👍
Sipp, semoga kita semua tetap sehat.
👍
Lah….yang jalan siapa….yang bahagia siapa…..😁
Ha ha ha…
😁 aya aya wae