
Selepas Subuhan, aku bergegas mencari keberadaan flight information board untuk memastikan apakah connecting flightku akan tepat waktu atau mungkin delay. Aku menemukannya di koridor utama transit hall.


Sebagai penganut paham makan tepat waktu maka menjelang jam 6 pagi, aku sibuk berjibaku mencari makanan halal. Kini hanya halal yang akan menjadi syaratnya….Karena aku tak bisa memilih makanan harga kaki lima tentunya. Menjelajah lantai 3 Suvarnabhumi akhirnya aku hinggap di Silom Village.


Sarapan pagi itu kututup dengan menyeruput secangkir teh hangat yang mampu mengusir angin dalam tubuh setelah semalaman tidur kedinginan di koridor utama transit hall dan bersambung di mushola.
Lantas menujulah aku ke gate C10 untuk menunggu Thai Airways TG 319. Kali ini hanya perlu menaiki satu lantai lagi melalui escalator untuk mencapai gate.


Sembari menunggu boarding time, lebih baik mengecharge handphone sebagai satu-satunya alat dokumentasi yang kubawa….Biasa, amatiran. Aku juga berusaha membaca kembali itinerary yang telah siap kugunakan untuk eksplorasi Kathmandu dan Pokhara.

Kebosananku akan lalu-lalang pesawat di runway Suvarnabhumi International Airport dipatahkan dengan kehadiran Thai Airways berjenis BOEING 777-200. Memperhatikan proses loading dengan seksama hingg tak terasa waktu boarding pun tiba tepat waktu.

Memasuki kabin pesawat sekejap mata menjadi segar. Selain karena kecantikan para pramugari juga karena bangku pesawat yang memiliki seat cover penuh warna. Kabin pesawat terlihat bak permen warna-warni.

Aku duduk disisi kanan kabin dan diapit 2 perempuan muda. Sebelah kanan berkebangsaan Tiongkok yang entah siapa namanya dan seorang gadis Jepang di sisi kiri yang kutahu namanya bermarga Kawaguchi….Sangat cantik dengan kuncir kudanya.
Duduk sembari sedikit menyesal karena kalah cepat memilih bangku pesawat pasca pemesanan tiket secara online. Hal ini mengakibatkan hilangnya kesempatan duduk di posisi istimewa bagi para photographer yaitu window seat. Karena penerbangan ini akan sangat dekat sekali dengan beberapa puncak pegunungan Himalaya yang akan memamerkan selimut saljunya.
Saat momen itu terjadi, hampir sebagian penumpang berdiri dan menoleh ke jendela sebelah kanan. Itu adalah posisi dimana aku duduk. Aku tak bisa mengambil gambar dengan baik dan lebih memilih untuk duduk tenang dan merekam sesi singkat penerbangan tepat di atas Himalaya itu dalam memori otakku. Masih terbanyang indah hingga tulisan ini terbit….Amazing flight.

Proses landing juga tak kalah memikat. Pemandangan yang tersaji adalah deretan bangunan tempat tinggal penduduk Kathmandu yang didominasi bentuk kotak kecoklatan. Kini aku bersiap menginjakkan kaki di Tribhuvan International Airport yang telah menjadi gerbang wisata Nepal dalam beberapa dekade terakhir.
Avseq: “Hi, Sir. Please, directly stepping to airport building!”, Ujarnya melarangku mengambil foto selfie tepat di kaki Thai Airways.
Aku: “OK, Sir….I’m sorry”, menjawab dengan sedikit kesal….Hmmh.
Arrival hall yang tak terlalu mewah dan hanya dilengkapi dengan screening gate uzur membuatku tersenyum karena aku seakan berada di Indonesia era 80-an.
Mengajukan aplikasi Visa on Arrival dalam mesin penerbitan visa dan kemudian membayar Rp. 337.500 di sebuah konter yang dijaga oleh staff perempuan tua, akhirnya aku shah memasuki Nepal.

Cari tiket penerbangan dari Bangkok ke Kathmandu? Bisa beli kok melalui 12go Asia. Berikutnya linknya: https://12go.asia/?z=3283832
Komputer buat VOA Nepal di Tribuvhan memang keren banget. Meskipun yang datang banyak, antrenya nggak panjang-panjang amat karena komputernya lumayan banyak dan programnya user friendly. 😀
Wuih….hebat, sudah melanglang kesana juga rupanya kisanak……petualang sejati sampeyan mas.
asik banget sih bos bisa jalan jalan terus kemana-mana..
Aku do’ain masnya juga bisa jalan-jalan terus mas……semangat mase
Tp lg gak pengen jalan2 dl mase..
Corona hahahaha
Iya sih…hehehe. habis wabah selesai aja mas. Jakarta menegangkan ini. Saya jg khawartir. Mohon do’a nya mas.
👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
Thank you
☺️😊☺️
👍👍👍👍
☺️