9 Mei 2015 – Prinsip utama yang Gw anut untuk menjadi seorang petualang adalah sikap pantang menyerah terhadap apapun yang menghalangi rencana Gw. Jika Gw bertemu halangan maka Gw akan mencari jalan lain untuk mencapai tujuan
Ini kejadian pertama yang hampir membuat Gw gagal berangkat. Sikap pantang menyerah mengubah rencana ini menjadi perjalanan tanpa rencana.
Trip ke Brunei Darussalam adalah trip pengganti tanpa itinerary. Terjadi karena tidak di approvenya cuti perjalanan Jakarta-Vientiane-Luang Prabang-Chiang Mai-Bangkok-Yangon-Jakarta, 8-17 Mei 2015.
Ini modifikasi tiket yang akhirnya Gw bikin:

Dua tiket hangus dan tiga tiket baru harus Gw issued
Keluar budget tambahan itu pasti, tapi ga masalah daripada ga jadi ngetrip sama sekali.
8-10 Mei 2015, akhirnya trip ke Brunei pun tiba. Tanpa persiapan detail ,Gw berangkat.
Kesan baru dalam flight ini adalah pertama kalinya Gw terbang diatas Laut Cina Selatan….terdengar keren aja kala itu.
Air Asia AK272 landing jam 10:05 di Brunei International Airport.

Bandara terbilang sepi untuk ukuran bandara utama sebuah negara
Sembari menunggu bus ke tengah kota, Gw masuk KFC….kaget ternyata pelayannya orang Pacitan. Katanya di Brunei banyak orang Jawa bekerja…..Asek, serasa di negeri sendiri.

Ngobrol bahasa Jawa aja di KFC
Akhirnya bus datang setelah 1 jam nungguin, bus hanya berhenti sebentar, jadi Gw terpaksa lari pontang-panting ngejarin bus yang sudah pelan-pelan jalan meninggalkan bandara….seru nih. Dengan 1 Dolar Brunei sudah bisa nganterin Gw ke terminal Bandar Seri Begawan.

Interior bus…sepi penumpang kan.

Bus kota yang mungil di terminal Bandar Seri Begawan
Untuk menghemat waktu karena sudah jam 13:00, Gw putuskan langsung menuju venue, perkara penginapan nanti saja, karena yang Gw jalani sekarang adalah trip yang sangat pendek.
- Kampong Ayer
Dengan berjalan kaki, dari terminal Gw menuju Kampong Ayer. Untuk mencapai ke pusat Kampong Ayer kamu hanya perlu keluarkan 50 sen untuk bayar jasa perahu mesin.

Pemukiman dilihat dari Kampong Ayer Cultural & Tourism Gallery
Venue gratis disini adalah Kampong Ayer Cultural & Tourism Gallery, untuk masuk Gw hanya perlu isi buku tamu di resepsionis. Kunjungan ke galeri dikombinasi dengan jalan-jalan di pemukiman Kampong Ayer sangatlah menarik.
Walaupun perairan ini dipakai untuk pemukiman, tetapi kejernihan airnya terbilang sangat terjaga…..salut…. bagaimana ya mereka memanajemen limbah rumah tangga?
- Pasar Tamu Kianggeh
Puas berkeliling di Kampong Ayer, Gw segera menepi. Gw mau jalan-jalan ke pasar.
Kali ini Gw merasa dimuliakan oleh seorang Bapak bersama anaknya yang seperahu dengan Gw menuju ke tepi, karena tahu gw turis, dia membayar ongkos perahu Gw. Walaupun hanya 50 sen, itu sangat menyentuh sekali.

Perahu menuju Pasar Tamu Kianggeh berhenti disini

Keliling Pasar Tamu Kianggeh cari souvenir….kaga dapeeettt
Cukup keliling 30 menit untuk melihat bagaimana mereka berniaga….seru.
- K.H Soon Resthouse
Akhirnya Gw mulai mencari dormitory di sekitar pasar. Pencarian online di Agoda.com dan Booking.com sehari sebelum berangkat tidak membuahkan hasil sehingga perlu meluangkan waktu untuk mencari on the spot disana.
Dormitory yang pertama Gw sambangi tentunya Pusat Belia Youth Hostel.

Dormitory popular ini full booked karena pekan olahraga pelajar di Brunei
Gw bergegas menuju dormitory kedua -K.H. Soon Resthouse- tidak jauh dari dormitory pertama. Yess… ada slot 3 bed tersisa.…jadi langsung aja Gw ambil tanpa fikir panjang.

Dormitory milik warga Tionghoa….Gw sekamar dengan backpacker asal Amerika, Inggris dan Semarang.
Si Erza berangkat dari Pontianak selepas menyelesaikan tugasnya sebagai seorang dosen (doi ngajar di Semarang). Menurutnya, masuk Brunei lewat darat sangatlah ketat, doi musti keluarkan isi tas satu-persatu untuk di cek petugas imigrasi dan tak luput isi dompet juga di cek….hahaha….asyek juga tuh pengalamannya.
Travelmate pertama Gw yang kenal di perjalanan selama menjadi seorang backpacker nih….hingga saat ini masih saling kontak bahkan saling tuker itinerary.
- Masjid Omar Ali Saifuddien
Tidak berlama-lama di dormitory, kita akhirnya melanjutkan penjelajahan kota Bandar Seri Begawan.
Venue terdekat adalah Masjid Omar Ali Saifuddien. Sebelum masuk untuk shalat Ashar, Gw perlu mengisi buku tamu di pintu masjid.

Dilarang mengambil foto didalam masjid dan disediakan gamis shalat di depan pintu masuk.

Pemandangan di pelataran masjid
- The Mall Gadong
Setelah tahu bahwa Musium Kerajaan Regalia yang dekat dengan masjid tutup, Gw bergegas ke terminal bus untuk menuju The Mall Gadong.

Bus nomor 01 mengantar kita ke The Mall Gadong cukup dengan 1 dolar
Jika dibandingkan dengan mall di Jakarta , mall ini masih berukuran kecil. Gw hanya jalan keliling di dalam mall untuk melihat aktivitas masyarakat lokal.
Saat di dalam The Mall Gadong, Gw sudah sadar diri bahwa Gw akan jalan kaki menuju dormitory saat pulang nanti, karena bus hanya beroperasi hingga pukul 17:00….enjoy saja.
- Gadong Night Market
Gadong Night Market berjaran 350m dari The Mall Gadong. Karena ini pasar kuliner, Gw putuskan untuk dinner disini karena harganya cukup murah. Dengan 2 dollar Brunei Gw bisa makan kenyang.



Boleh dibilang ini adalah venue paling berkesan karena akhirnya Gw menemukan keramaian yang sejak pagi sangat langka ditemui. Pasar ini banyak dikunjungi warga yang pulang dari kerja untuk beli makan malam dan dibawa pulang.
Kalau Gw cukup duduk di aspal dan menikmati santap malam bersama travelmate dadakan Gw….hahaha. So pasti night market ini menyediakan tempat parkir yang luas untuk menampung para pengunjung yang 90% bermobil….Selama 2 hari di Brunei Gw hanya 4x menemui sepeda motor di jalanan dan itu pun semuanya motor sport ber cc besar. Kaya emang negara ini.
- Masjid Jame Asr Hassanil Bolkiah
Puas mencoba beberapa kuliner lokal, Gw akhiri perjalanan ini untuk shalat Maghrib di Masjid Jame Asr Hassanil Bolkiah.

Masjid ini tergolong megah karena marmernya sangat bagus.
Setelah selesai shalat Maghrib dan mengagumi keindahan masjid terbesar di Brunei ini, Gw pulang.
Pasti sudah tahu kan kalian?….Gw musti jalan kaki sejauh 4 km selama 1 jam menuju dormitory….bagian yang selalu Gw rindu setiap nge-trip adalah jalan kaki.
Bersambung ke bagian 2
One thought on “Brunei Darussalam Tanpa Itinerary (part 1)”