
Aku sudah berada di line tunggal Metro Almaty. Line tunggal ini diberi nama Alatau Line oleh pemerintah setempat. “Alatau” sendiri bermakna “Pegunungan”, itu karena di kota Alamaty terdapat Gunung Alatau.
Di dalam MRT, aku menikmati design interior gerbong kereta buatan Korea Selatan yang dominan berwarna biru. Kereta yang kunaiki itu tampak keren, berwarna abu- abu di bagian luarnya dengan kelir biru.
Dalam 17 menit……
Aku tiba di Abay Station, jarak stasiun ini hanya berjeda dua stasiun dari Zhibek Zholy Station. Penamaan stasiun itu sendiri didedikasikan untuk tokoh nasional bernama Abay Kunanbayev, seorang sastrawan yang mempelopori bergulirnya era sastra Kazakhtan modern.
Turun dari gerbong kereta, sejenak aku menyempatkan waktu berjalan di sepanjang ruang tunggu Abay Station. Sepintas lalu, ruangan stasiun tampak dominan dengan sudut-sudut arsitektur berbentuk persegi. Focal point dari ruang tunggu stasiun itu berada di ujung dinding. Relief cerita tentang sang tokoh Abay Kunanbayev terpampang megah di dinding itu.


Aku berdiri lama menatapnya di bawah dinding, lalu menggenapi kepuasan dalam menikmati seisi ruang tunggu, untuk kemudian meninggalkannya melalui sebuah koridor panjang dan berlanjut dengan menaiki escalator yang menanjak tajam hingga menemukan lobby utama stasiun yang merupakan akses terakhir menuju ke jalan utama.
Adalah Abay Avenue yang menjadi jalan arteri di depan stasiun. Maka melalui jalanan sisi selatan, aku bergegas menuju ke bagian plaza stasiun.
Suhu mencapai -9 derajat Celcius …..
Sebagian besar area plaza berselimut salju. Maka aku sekejap teringat dengan Direct Message Instagram dari salah satu sahabat. Panggilan kesayangan dariku untuknya adalah “Teh Uchi”, travel blogger asal Medan yang memiliki mimpi untuk melihat salju di habitat aslinya. Maka dia menitip kepadaku untuk menuliskan harapannya di atas salju kota Almaty. Maka aku pun segera menuliskan harapan itu di segenggam salju yang aku ambil dari salah satu sudut plaza Abay Station.
Pada akhirnya, suhu yang teramat dingin memaksaku untuk bergegas menuju ke destinasi berikutnya. Destinasi ini berlokasi satu setengah kilometer dari Abay Station. Aku melangkah menuju selatan, melewati jalur pedestrian di sepanjang Furminov Avenue demi menujunya.



Dalam dua puluh menit…..
Dari Furmanov Avenue, aku menikung di jalanan kecil yang kuperhatian dengan seksama tampak mengelilingi bangunan besar yang difungsikan sebagai Central State Museum of The Republic of Kazakhstan. Jalan setapak itu tampak licin karena lapisan tipis salju yang mengeras di atasnya. Tampak beberapa lembar seng dipasang sebagai pembatas antara jalan setapak itu dengan area halaman samping museum.

“Tak ada pintu masuk di sisi ini”, aku membatin.
Aku melihat ada beberapa turis Eropa tampak mendekat ke salah satu pintu besar di halaman samping museum.
“Did you find an entrance gate there?”, aku berteriak dari sisi jalan kepada mereka.
“No….No entrance here”, salah satu dari mereka menimpali.
Maka aku mengurungkan niat dalam melangkah menuju pintu itu. Aku terus berjalan menyusuri jalan setapak ke arah timur bangunan besar tersebut. Lalu di ujung timur, aku menemukan kerumunan turis yang sedang berjalan sembari bercanda menuju sebuah pintu besar.
“Oh, itu pasti pintu masuknya”, aku menyimpulkan dan dengan sangat yakin telah berhasil menemukan pintu masuk musem.
Nah, ada apa di dalam museum?…..
Tunggu di artikel selanjutnya ya, kak….
Leave a reply to Stasiun Zhibek Zholy: Menghafal Makna “бекеті” Cancel reply