Beranjak meninggalkan toilet container, wajahku tertunduk menahan dinginnya udara Almaty. Tetapi langkahku terhenti ketika tetiba memandang keberadaan beberapa keping koin Tenge yang kuperkirakan terjatuh dari saku pemiliknya. Koin itu tersebar di sepanjang jalur pedestrian di dalam 28 Panfilov Guardsmen Park. Maka tanpa pikir panjang, aku pun bergegas memunguti keping-keping Tenge logam itu dan memasukkan ke dalam salah satu kantong saku winter jacketku. “Lumayan untuk membayar toilet nanti-nanti”, gumamku sembari meyeringai.
Seusainya, aku melanjutkan diri untuk berjalan menelusuri jalur pedestrian hingga menemukan sebidang area lapang yang dipenuhi oleh sekawanan merpati. Tampak sekelompok wisatawan lokal dengan riangnya memberi makan merpati-merpati itu. Aku berkali-kali menyunggingkan ujung bibir, melihat sekumpulan merpati yang gemuk, jinak dan berjalan lamban, seakan mereka baru keluar dari sarang hibernasinya. Mereka tampak lahap sekali menyantap butiran pelet yang ditebarkan para wisatawan. Para wisatawan itu mendapatkan pelet merpati dari para pedagang pakan burung yang ada di sekitar taman.
Di sisi lain taman, dua pemuda tampak sibuk menyewakan seekor kuda besar dan seekor kuda poni yang diantri oleh anak-anak kecil untuk menungganginya. Anak-anak tampak antusias mengantri didampingi orang tuanya.
Sementara di sisi lain lagi, kereta kuda dengan karavan berbentuk tabung kaca tampak menjadi atraksi lain di dalam taman. Sang kusir sengaja mengenakan seragam santa karena momennya memang sedang bertepatan dengan nuansa natal. Melihat karavan berkuda di tengah taman bersalju seakan menjadi mimpi masa kecil yang ingin melihat adegan semacam itu dengan mata kepala sendiri. Di masa lalu, aku hanya sanggup melihat suasana yang demikian di film-film natal yang hanya diputar di layar kaca.



Dan pemandangan terbaik di taman itu adalah sebuah gereja katedral. Dinamai dengan sebutan Zenkov Cathedral, gereja yang kusambangi merupakan Katedral Ortodoks khas Russia yang telah berusia hampir 120 tahun dan menjadi bangunan kayu tertinggi nomor 27 di dunia.
Aku mulai menikmati keindahan katedral dari halaman depannya. Aku sendiri ragu untuk memasuki bagian dalamnya, ada kekhawatiran akan larangan masuk bagi warga non Nasrani. Aku mengamati dengan seksama beberapa warga Nasrani yang berdoa di depan katedral sebelum memasuki bagian dalamnya. Aku sepenuhnya paham bahwa 26 persen dari keseluruhan populasi Kazakhstan adalah umat Nasrani.
Aku yang tak mau rugi karena telah membiayai diri dalam melanglang jauh ke negeri seberang, akhirnya memutuskan untuk berani memasuki bagian dalam kathedral. Aku melihat tanda larangan mengambil gambar, maka aku pun sigap memasukkan kamera ke dalam folding bag dan duduk khusyu’ di salah satu bangku katedral demi menikmati keindahan katedral tersebut.

Aku sangat mengagumi keindahan interior di dalam gereja lima kubah itu, lukisan para Santo (Saint) menghiasi dinding katedral. Sementara itu desain dekoratif fretworks semakin menyematkan budaya tinggi bangsa Kazhakstan dalam mendesain rumah-rumah ibadah warganya.
Usai puas menikmati keindahan Zenkov Cathedral, maka aku memutuskan untuk segera meninggalkan katedral yang indah itu demi mengunjungi destinasi lainnya.
Menjelang pukul dua siang, aku kembali melangkah ke arah timur menuju Stasiun MRT Zhibek Zholy untuk menuju suatu tempat menarik.
Kemanakah tujuanku berikutnya?
Leave a reply to Stasiun Zhibek Zholy: Menghafal Makna “бекеті” Cancel reply