Melompat turun dari bus bernomor 92, aku lantas melangkah menuju kerumunan, sekedar untuk menemukan rasa aman dan tenang dibandingkan harus berdiri di tempat gelap sendirian. Suhu udara sudah turun dibawah titik beku. Sementara itu, di depan halte bernuansa remang berdiri belasan warga lokal yang menunggu kedatangan bus. Aku yang bergabung dengan mereka berusaha untuk memperhatikan keadaan di sekitar Rayimbek Avenue karena aku harus menemukan cara menyeberang menuju sisi Seberang, tak lain karena Tahar Hotel yang sedang kutuju berada di sisi itu.
“Tak ada jembatan penyeberangan, juga Zebra Cross”, aku membatin.
“Itu artinya, pasti ada lorong penyeberangan bawah tanah”, aku menyimpulkan.
Keberanianku mulai ciut. Semenjak lama, aku selalu mempersepsikan bahwa lorong penyeberangan bawah tanah sebagai jalur yang lembab nan gelap, selalu membuat khawatir dengan potensi kejahatan di dalamnya.
Aku menemukan pintu masuk lorong penyeberangan itu di sebuah sudut perempatan. Pintu masuk itu dilengkapi kanopi besar yang membuatnya tampak kentara dibanding obyek lain di sekitarnya.
Memaksa diri untuk menghalau rasa khawatir, aku memutuskan untuk segera beranjak menyusuri lorong penyeberangan itu sebelum hari semakin malam.
Hati berdegup kencang seiring langkahku menuruni setiap anak tangga di pintu lorong penyeberangan….Benar adanya, lembab dan gelap….Itulah kesan yang kutangkap. Memasuki bagian awal lorong penyeberangan, aku melihat pintu toilet yang tak terurus dan terpampang suasana sepi di sepanjang lorong. Mataku awas, memastikan tak ada orang yang duduk-duduk di sepanjangnya.
“Sepertinya sepi dan aman”, aku memutuskan untuk segera melangkah dengan cepat demi menggapai ujung lorong lainnya.
Yeaaiy….Aku bisa menjangkaunya dengan mulus. Hatiku lega dan bergegas menaiki pintu lorong. Aku pun sudah berada di seberang jalan lainnya.
Aku segera menyusuri trotoar sisi barat Abylai Khan Avenue menuju selatan. Sepanjang sisi kiri dan kanan trotoar tampak dipenuhi gumpalan salju, memantulkan cahaya yang dipancarkan oleh lampu-lampu pertokan. Menjadikan suasana di sepanjang trotoar menjadi terang. Setidaknya mampu membuatku nyaman untuk melangkah menuju penginapan.
Dua ratus meter melangkah, aku mulai memasuki gang menuju penginapan. Memasuki jalanan sempit ke arah dalam, aku menemukan jalan melingkar dengan taman dan playground di tengahnya. Sementara bangunan di sekitarnya lebih menyerupai rumah susun dan toko-toko kecil. Beberapa kali aku hampir jatuh terjengkang ke belakang karena terpeleset oleh gumpalan es yang membeku dan menempel di jalan setapak beraspal yang kulewati.
“Dimanakah gerangan letak Tahar Hotel?“, aku membatin. Aku mencari keberadaannya dengan berbekal ingatan pada tampilan signboard milik Tahar Hotel yang kuhafal mati saat berselancar di dunia maya beberapa bulan sebelum perjalanan.
“Тахар КонАКуй Гостиница”, aksara itu benar-benar aku ingat bentuknya. Berbekal ingatan itu, aku segera mengamati lekat-lekat setiap signboard yang kutemui di kompleks perumahan itu.
Akhirnya aku pun menemukan signboard itu tepat di atas sebuah pintu bangunan.




“Is it Tahar Hotel?”, ucapku kepada seorang pemuda yang kuduga juga sedang menginap di penginapan yang sama.
“Yes, you’re right, Just come in!” turis muda itu menjawab.
Hmhhh….Begitu senangnya hati, setelah menempuh perjalanan selama satu setengah jam, akhirnya aku menemukan penginapan yang kutuju.
Yuk, kita ke resepsionis…..
Leave a comment