Golden Soup Malatang: Sesaat Tertidur Pulas

<—-Kisah Sebelumnya

Aku meninggalkan Le Light House & Hostel sejenak menuju ke timur. Menurut aplikasi berbasis peta di telepon pintarku, tempat makan itu hanya berjarak tak lebih dari seratus meter saja.

Menyusuri Bumrungburi Road untuk berburu makan siang.

Beberapa menit melangkah pun akhirnya aku tiba di tempat makan itu. Aku yang kelaparan bergegas memasuki kedai dan disambut oleh tiga pelayan wanita berusia sangat muda. Mereka mempersilahkan kepadaku untuk mengambil beberapa menu yang tersaji di etalase.

Tanpa pikir panjang, aku pun mengambil beberapa pokcoy, sawi, satu keping mie warna ungu, wortel, beberapa potong cumi, jamur, bakso, dua potongan kecil tuna dan udang. Aku menyerahkan menu itu kepada salah satu dari mereka.

Dengan gesit dia memencet-mencet tombol di mesin kasir.

One mineral water. Ms”, aku memintanya memasukkanya dalam tagihan.

128 Baht, Sir”, kasir wanita itu menyebut angka tagihan.

Aku pun membayarnya dan setelahnya dia memintaku untuk menunggu di salah satu bangku.

Dala lima menit, hidangan tiba. Karena terlanda kelaparan akut, aku menyantap dengan lahap semua menu dalam kuah sup hangat dan gurih itu.

Selama tiga puluh menit lamanya aku menikmati menu pertamaku di Chiang Mai itu itu untuk kemudian selepas menghabisinya, aku mengambil sebotol mineral water dari sebuah freezer.

Ini dia Malatang Soup.

Menenggaknya separuh, maka aku memutuskan untuk menyudahi waktuku bermakan siang.

Rasa penasaran yang tinggi membuatku melangkah ke salah satu pelayan.

What’s the name of this dish, Ms?”, aku yang penasaran memberanikan bertanya

Malatang Soup, Sir”,

Oh, thank you for the information

With pleasure, Sir”, dia menjawab singkat

Melangkah keluar kedai, aku mengambil telepon pintar di saku kanan. Mengetikkan nama “Malatang Soup” ke mesin pencari.

Dengan cepat aku menemukannya. Lepas membaca satu paragraf tentangnya, langkahku pun terhenti. Aku menggeleng-gelengkan kepala di sisi jalan.

Mesin pintar mengatakan bahwa walau beberapa versi Malatang adalah halal namun pada dasarnya kuah pedas itu ada kemungkinan besar direbus menggunakan tulang babi.

Aku terkekeh membacanya tetapi kemudian berusaha tenang dan memohon ampun kepada Tuhan jika kuah Malatang yang kusantap beberapa menit sebelumnya benar-benar direbus menggunakan tulang babi.

Aku melanjutkan langkah menuju hotel karena waktu menunjukkan hampir pukul dua siang…Waktu check-in hampir tiba.

Aku tiba di Le light House & Hostel untuk kemudian duduk kembali di salah satu bangku cafenya. Namun baru beberapa menut duduk, seorang pria yang menggantikan resepsionis wanita sebelumnya tetiba memanggilku.

Le Light House & Hostel tampak depan.

Hello….Are you Mr. Donny?”, dia memanggilku dari arah belakang

Yes, sir…That’s right”, aku menoleh lalu menjawab pertannyaannya

Sir, you can check-in now….Come here!”, dia memanggilku

Aku memberikan paspor dilanjutkan dengan dia mengcopynya, untuk kemudian dia menyerahkan pasporku kembai padaku bersamaan dengan kunci kamar.

Setelah mendengarkan penjelasan singkat tentang prosedur hotel dari resepsionis pria itu, aku berjalan menuju pintu belakang bangunan, menaiki tangga di sisi kirinya untuk kemudian melepas sepatu dan pergi menuju kamar melalui tangga tersebut.

Sesampai kamar. Aku membongkar travel bag, mengambil folding bag lalu mengambil perlengkapan penting seperti dompet, lembar itinerary, power bank, air mineral, obat-obatan, dan kamera mirrorless Canon EOS M10, lalu menaruh beberapa pakaian ganti di salah satu loker.

Aku yang mengantuk berat, memutuskan untuk naik ke kasur di ranjang tingkat atas, dan tanpa sadar untuk beberapa waktu kemudian tertidur pulas di atas kasur……

Lalu bagaimana eksplorasiku siang menjelang sore itu.

Kisah Selanjutnya—->

One thought on “Golden Soup Malatang: Sesaat Tertidur Pulas

Leave a Reply