Melenggang dan melintas di depan Masjid Al Khawaja, aku mempercepat langkah karena gerimis mulai jatuh dengan intens, rintikannya menyertai setiap langkah kaki yang kuayunkan di sepanjang Bab Al Bahrain Avenue.
Aku terus melirik ke setiap sudut, mensimulasi jika hujan benar-benar tumpah. Mataku awas menatap setiap emperan pertokoan yang memungkinkan bagiku untuk berteduh ketika itu terjadi.
Benar saja, tak berselang lama usai berpikir demikan.
Byurrrr……
Hujan tumpah dari langit dengan derasnya. Aku yang sudah mengantisipasi kemungkinan tersebut dengan cepat merapat ke sebuah halaman toko baju yang berdinding kaca di bagian depannya. Aku hanya sesekali berusaha menghindari tampias air hujan yang terbang terbawa angin dan menimpa segenap pakaianku.
Setengah jam lamanya aku menunggu di emperan toko itu, sesekali para penjaga toko melihat keberadaanku dari dalam ruangan. Tapi aku menghiraukan saja tatapan aneh mereka.
Hujan akhirnya berhenti….
Bajuku menjadi lembab seusainya, aku berusaha berdamai dengan keadaan itu. Aku pun melanjutkan langkah di tengah jalanan yang basah.
Dari kejauhan dua opsir polisi mengamati kedatanganku. Keduanya tampak gagah berperawakan Arab, berseragam biru muda dan menenteng senapan laras panjang di lengannya.
Aku berusaha bersikap normal di bawah tatapan keduanya, hingga kemudian langkahku benar-benar mendekatinya. Demi mencairkan suasana, aku menganggukkan kepala kepadanya sembari melempar senyuman.
Bersyukurnya diriku, mereka menanggapinya dengan senyuman pula, menjadikan langkahku tak lagi canggung ketika mulai memasuki area baru….Al Hadrami.
Al Hadrami adalah sebuah nama blok yang tentunya ditengarai dengan keberadaan Al Hadrami Avenue.
Sebelum tiba di jalan iru, aku menyusuri ruas terakhir Bab Al Bahrain Avenue yang memiliki lebar kurang lebih enam meter dengan bangunan pertokoan nan rapat di kiri dan kanannya. Sepengamatanku, pertokoan itu menjajakan berbagai model sepatu dan beragam tekstil berikut jasa jahitnya.




Dari ruas itu, kemudian aku mengambil arah ke sebelah timur demi menggapai Al Hadrami Avenue.
Aku mulai menelusuri jalanan basah yang lebih sempit dari ruas jalan sebelumnya. Tetapi setidaknya Al Hadrami Avenue tampak lebih ramah karena keramaian para pengunjung yang melintas di tengah-tengah hapitan pertokoan nan padat. Kali ini pertokoan di sekitar jalanan berubah bentuk dagangan. Aku dengan mudah menemukan toko mainan anak-anak, toko peralatan rumah tangga, money changer dengan brand Travelex, toko emas dan berlian serta beberapa toko lain yang tampaknya dimiliki oleh warga keturuan Bangladesh.
Aku mulai memasuki percabangan-percabangan dari Al Hadrami Avenue. Kuperhatikan dengan seksama, jalan-jalan itu dinamai dengan tiga angka di setiap percabangannya.
Masuklah aku di ruas Road 475….
Jalanan itu tampak indah, pada langit-langit gang tak jarang ditemukan bentangan rapat bendera-bendera Bahrain berukuran kecil yang berjajar membentang di sepanjang tali yang dilintangkan antar sudut gang.
Aku begitu menikmati suasana sejuk setelah hujan mengguyur area Al Hadrami. Hingga tak terasa langkah kakiku akhirnya mengantarkan diri di salah satu pasar tertua di Manama….Pasar itu bernama Souq Bab Al Bahrain.
Ada apa saja di dalamnya, ya?….
2 thoughts on “Al Hadrami Avenue: Jalanan Membasah dan Pakaian pun Melembab”