Hampir satu jam lamanya waktu telah berlalu, aku memutuskan untuk segera mengusaikan diri dalam bermain air laut di tepian pantai yang lokasinya berada tepat di teras depan Kalboos Park.
Mengenakan kembali sepatu yang kutinggalkan pada tempat kering di salah satu sisi pantai, aku bersay hello kepada keluarga kecil asal Roma yang sedari tadi menemani diriku di pinggiran pantai.
Langkah eksplorasiku berlanjut semakin jauh menuju barat. Kali ini aku tak mengambil sisi selatan Al Bahri Road, melainkan melangkah di sepanjang corniche. Maklum, kali ini jalan utama di area Mutrah itu tepat bersisian dengan pantai. Hanya saja pantai di sepanjang Teluk Oman itu telah mengalami reklamasi, “Mungkin untuk menghindari abrasi jalanan utama”, aku menebak-nebak saja. Tampak tetrapod disebar di sepanjang pantai untuk menghindari sruktur jalanan dari hantaman keras ombak pantai.
Mataku terus menatap satu obyek yang sedari kunjungan di Kalboos Park pada beberapa waktu lalu telah merenggut perhatianku. Tak lain lagi, obyek itu adalah Riyam Censer yang gagah berdiri di puncak bukit berbatu.
Riyam Censer sendiri adalah struktur bangunan yang digunakan sebagai tempat pembakaran sehingga akan menimbulkan efek cahaya yang indah di malam hari. Riyam Censer ini sengaja dibangun sang Sultan untuk memperingati Hari Nasional ke-20 Negara Oman.
Satu kilometer jauhnya aku terengah hingga akhirnya bisa berdiri tepat di bawahnya. Bangunan pembentuk cahaya saat malam itu sempurna berbentuk layaknya cawan, berbahankan marmer putih susu, di bagian atas cawan ditutup dengan sebuah bentukan mahkota dengan ukiran-ukiran indah di permukaannya.
Lama aku tertegun melihat rupa arsitekur itu pada jarak tak lebih dari lima puluh meter. Karena memang tempat itu tak terbuka untuk umum.
Tentu itu tak mengecewakanku, karena di belakang tempatku berdiri tersuguhkan sebuah luasan taman yang cukup indah dengan pemandangan laut lepas di salah satu sisinya.
Memiliki luasan tak kurang dari sepuluh hektar menjadikan taman ini sebagai ruang terbuka hijau terbesar di area Mutrah. Jika Kalboos Park berada di hamparan kaki perbukitan yang dibatasi perairan pantai, maka Riyam Park berada di puncak perbukitan yang tepiannya berwujud tebing yang berbatasan langsung dengan jalanan utama di kawasan Mutrah, Al Bahri Road.
Bahkan taman ini pada masa dahulu pernah tersohor sebagai jalur pendakian antara dua area utama, yaitu Mutrah dan Muscat. Karena letaknya yang berada di ketinggian maka Riyam Park bisa dikatakan sebagai salah satu tempat terbaik untuk melihat area Mutrah dari ketinggian, juga menjadi titik paling tepat untuk menikmati sunset.
Taman yang landmarknyaberwujud Riyam Censer ini memiliki fauna utama penghuni yang berupa sekawanan burung gagak.






Lalu apa pentingnya taman ini dalam sejarah perjalanan Kesultanan Oman?
Ternyata taman ini pernah menjadi tempat bagi sejarah ditandatanganinya perjanjian damai antara Kesultanan Oman dan Portugis pada pertengahan Abad ke-17.
Taman ini sepertinya sengaja diciptakan untuk bisa dikunjung oleh penduduk segala umur. Tampak di salah satu sisi tersedia playground zone yang bisa membuat anak-anak senang berkunjung ke Riyam Park. Restoran dan coffee shop milik Maher Enterprises tampak berdiri di sisi yang lain.
Sementara di banyak hamparan rumput, sprinkler bertugas otomatis dalam menyirami setiap jengkal taman. Sebuah kolam buatan pun tampak semakin mempercantik taman. Dan karena berada di puncak perbukitan, taman ini terkesan menjadi taman bertingkat karena ketinggian permukaan tanah yang berbeda-beda.
Untuk sejenak aku bisa duduk dan menikmati keindahan pantai dari ketinggian bersama dengan beberapa warga lokal yang sudah tiba.
Biarkan aku sejenak menikmati taman ini ya, gaes…..
2 thoughts on “Riyam Park….”Biar Kunikmati Sejenak Taman Ini””