Saking lelahnya, aku pun tertidur di depan layar LCD TV di depan bangku bernomor 56G yang kududuki. Itulah penggalan cerita ketika aku terbang bersama SriLankan Airline bernomor terbang UL 225. Aku begitu menikmati penerbangan selama hampir lima jam dengan jarak lebih dari 3.000 km.
Aku bersiap memasuki Dubai dengan kepuasan tersendiri ketika mendarat. Bagaimana tidak? perjalanan menuju Dubai ini terjadi dibalik usaha yang keras untuk mendapatkan e-Visa Uni Emirat Arab.
Penerbanganku ke Dubai memang berjalan lancar tetapi sebetulnya banyak hal yang sebetulnya tak mulus berlangsung jauh sebelum penerbangan itu dilakukan. Akibat menggunakan SriLankan Airlines, aku akhirnya tak bisa mengurus visa di VFS Global Kuningan. Karena agensi ini hanya melayani pembuatan e-Visa Uni Emirate Arab untuk pemilik tiket Emirates Airline dan Etihad Airways.
Singkat cerita….
Aku mendatangi agensi itu di Kuningan City tepat satu bulan sebelum petualangan ke Kawasan Timur Tengah dimulai. Karena aturan agensi, setibanya di sana, aku diharuskan menitipkan laptop di sebuah konter di depan kantor VFS Global dengan biaya penitipan sebesar Rp. 50.000.
Berhasil memasuki kantornya maka bertanyalah aku kepada resepsionis yang sedang bertugas.
“Maaf, Mas….Kami tidak melayani pembuatan e-Visa untuk penerbangan menggunakan SriLankan Airlines, kami hanya melayani untuk penerbangan Etihad dan Emirates, Mas. Mohon maaf ya, Mas”
Aku melangkah gontai meninggalkan gedung itu. Dalam setiap langkah, aku telah merasa bahwa perjalananku menuju Dubai akan gagal. Aku pun telah berpikir untuk melewatkan Dubai begitu saja dan berniat untuk langsung menjadwal ulang penerbangan dan bermaksud langsung terbang ke Muscat saja seusai mendarat di Dubai. Itu artinya, aku harus mempercepat penerbangan Swiss Air dari Dubai menuju Muscat yang telah kupesan sembilan bulan sebelum keberangkatan.
Sirna sudah asa untuk mengunjungi gedung tertinggi di dunia Burj Khalifa dan Palm Jumeirah.
Seminggu berikutnya…..
Ketika hendak menjadwal ulang penerbangan, pada suat malam, aku mencoba berselancar di internet untuk mencari agensi yang bisa membuatkan e-Visa UEA. Memang tidak ada agensi lokal yang memiliki otoritas untuk itu. Tetapi aku akhirnya menemukan agensi di UEA yang bisa membuatkan e-Visa.
Dari sekian banyak agensi yang menawarkan jasa itu, akhirnya aku berjodoh dengan DUBAIVISA. Melalui laman agensi itu, aku bertukar pesan dengan Mr. Salman Hyder. Setelah beberapa arahan darinya dan membaca testimoni pelanggan untuk agensi ini maka aku berani mempercayakan pembuatan e-Visa kepadanya.
Membayar jasa pebuatan sebesar 115 Dollar Amerika akhirnya aku mendapatkan e-Visa UEA dalam 29 jam. e-Visa itu aku unduh dari email yang dikirimkan oleh Mr. Salman Hyder. Dan setelah aku cek validitas e-Visa tersebut di laman resmi imigrasi pemerintah UEA, ternyata e-Visa itu memang dokumen keimigrasian yang valid. Walau sedikit mahal, tapi aku cukup bahagia karena asaku menuju Dubai akhirnya terjaga.




Apakah rugi membayar 115 Dollar Amerika?
Aku rasa tidak, toh jika kembali berhitung, harga tiket SriLankan Airlines menuju Dubai ditambahkan biaya pembuatan e-Visa tersebut ternyata masih tetap jauh lebih murah apabila dibandingkan dengan menggunakan penerbangan Emirates Airline ataupun Etihad Airways dengan pembuatan e-Visa gratis di VFS Global.
Tapi tetap saja, memilih penerbangan apapun adalah pilihan, tergantung budget masing-masing ya.
Yuk, ikuti petualanganku di Dubai….
One thought on “e-Visa UAE: Gagal di VFS Global, Sukses di DUBAIVISA”