Soto Kwali dan Wedang Ronde GALABO

<—-Kisah Sebelumnya

Gerbang depan GALABO.

Gladag Langen Bogan atau lebih dikenal dengan sebutan GALABO adalah kompleks pasar kuliner yang diselenggarakan di Jalan Kapten Mulyadi di area Kedung Lumbu. Konsep pasar jalanan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pemimpin perusahaan tempatku bekerja sebagai kandidat utama untuk dikunjungi saat acara Marketing Conference nanti.

Oleh karenanya, aku perlu melihat kondisi sesungguhnya dari GALABO. Aku harus membedah perihal konten kuliner di dalamnya, konsep aktivitasnya dan tentu waktu operasionalnya. Dan untuk bisa melakukannya, tentu aku harus mensurveynya saat malam karena ini adalah pasar malam kuliner.

—-****—-

Aku meluncur bersama taksi online yang kupesan menuju barat daya, meninggalkan Taman Pelangi yang berada di area Jurug. Waktu yang tepat menuju GALABO, karena aku akan tiba disana sekitar pukul 19:00 dan berfikir dengan yakin bahwa tenda-tenda kuliner sudah didirikan di sepanjang jalan.

Aku berpindah dari Taman Pelangi melalui Jalan Ir. Juanda, lalu berlanjut ke Jalan Jend. Urip Sumoharjo, hingga akhirnya aku tiba di sebuah pelataran luas dengan deretan kios-kios di salah satu sisinya.

GALABO sebelah mana, Pak?”.

Ini GALABO, Mas. Kita sudah sampai”.

GALABO bukannya tenda-tenda kuliner di sepanjang jalan ya, Pak

Oh itu dulu, Mas. Sekarang sudah di relokasi dan dipindahkan ke sini. Ini tepat di selatan Benteng Vredeburg”.

Oh sejak kapan, Pak dipindahin?

Pertengahan 2018, Mas”.

Aku membuka pintu taksi online dengan berusaha meyembunyikan raut kekecewaan. Aku masih saja berfikir bahwa GALABO adalah kuliner jalanan. Karena kuliner jalanan akan lebih menarik antusiasme para peserta Marketing Conference nantinya.

28 kedai kuliner pilihan.
Kedai yang hanya menjual kuliner legendaris Kota Solo.
Buka dari pukul 17:00 hingga pukul 05:00

Tak apa, Donny. Kita cicipi dulu saja makanannya!”, batinku meneguhkan diri.

Taksi online dengan cepat meninggalkanku di area baru GALABO. Aku segera menyusuri sepanjang deretan kedai untuk mencari makan malam yang cocok. Kali ini makan malamku sedikit telat sehingga kuputuskan mencari hidangan yang masih panas. Aku tak ragu memesan Soto Kwali Mbok Yem. Kemudian kupadukan dengan memesan Wedang Ronde sebagai minumannya.

Aku mengambil duduk di sebuah umbrella shading-bench. Tak lama setelah aku duduk, lagu yang dibawakan oleh seorang biduan dengan iringan organ tunggal mulai mengalun. Aku baru saja menikmati suasana indah GALABO malam itu. GALABO belum ramai tetapi para pengunjung secara konsisten mulai berdatangan. Perlahan deretan umbrella shading-bench mulai penuh.

Sepuluh menit kemudian, makanan yang kupesan tiba dan mulai kusantap Soto Kwali yang masih mengepul itu dengan lahap. Biasanya kalau telat makan maka secara otomatis aku akan kehilangan nafsu makan. Tapi kali ini aroma harum Soto Kwali membuatku terlupa akan kondisi perutku yang sudah mulai masuk angin. Sementara ritme lagu yang dibawakan semakin cepat dan ngebeat.

Malam yang indah di Solo.

Di akhir waktu makan malamku, aku mulai berfiikir, membayangkan membawa peserta Marketing Conference yang berjumlah 76 orang ke GALABO untuk makan malam. Di fikiran lain, aku membandingkan jika makan malam itu diselenggarakan di De’ Tjolomadoe.

Sepertinya aku sudah memiliki kecenderungan untuk memilih destinasi yang mana. GALABO atau De’ Tjolomadoe?

Kini aku harus bergegas untuk mengunjungi destinasi lain. Destinasi yang akan dikunjungi di sore hari saat Marketing Conference, tetapi aku akan mensurveynya di malam hari.

Mari kita lanjutkan perjalanan kita ke pusat olahraga terbesar di Kota Bengawan itu.

Kisah Selanjutnya—->

One thought on “Soto Kwali dan Wedang Ronde GALABO

Leave a Reply